-->

Tokoh Sosiologi Karl Heinrich Marx

Biografi dan teori tokoh sosiologi karl marx. karl marx percaya dalam kapitalisme terjadi keterasingan (alienasi) manusia dari dirinya sendiri.

Karl Heinrich Marx. Lahir di Trier, Jerman, 5 Mei 1818, dan meninggal di London pada 14 Maret 1883 (umur 64 Tahun). Ia adalah seorang filsuf, pakar ekonomi politik, dan teori kemasyarakatan.
Terkenal  atas analisisnya terhadap sejarah, terutama mengenai pertentangan kelas yang dapat diringkas sebagai “Sejarah dari berbagai masyarakat hingga saat ini pada dasarnya adalah sejarah pertentangan kelas”, sebagai tertulis dapat kalimat pembuka dari buku Manifesto Komunis.
Lahir dari keluarga progresif Yahudi. Ayahnya bernama Herschel, keturunan para rabi, walaupun begitu ayahnya cenderung menjadi deis, yang kemudian meninggalkan agama Yahudi dan beralih ke agama resmi Prusia, Protestan aliran Lutheran yang relative liberal untuk menjadi pengajara.
Herschel pun mengganti namanya menjadi Heinrich. Saudara Herschel, Samuel seperti juga leluhurnya adalah rabi kepala di Trier. Keluarga Marx amat liberal dan rumah Marx sering dikunjungi oleh cendikiawan dan artis masa-masa awal Karl Marx.
Karl Marx merupakan pendiri Ideologi Komunis sekaligus merupakan seorang teoritikus besar kapitalisme, bukan hanya sekadar ekonom, namun juga seorang philosopis, sosiologis, dan seorang revolusioner. Ia juga merupakan seorang profesor dalam berbagai ide yang Revolusioner yang menginspirasi pemikir-pemikir lainnya.
Marx beserta teman dekatnya, yakni Friedrich Engles (1820-1895) menuliskan sebuah buku “Das Kapital” yang isinya kurang lebih tentang bagaimana ekonomi sosial atau komunis diorganisasikan. Kemudian, disusul buku The Communist Manifesto (1884) yang berisikan daftar singkat karakter alamiah komunis.
Dimana suprastruktur  yang berfungsi untuk menjaga relasi produksi yang dipengaruhi oleh historis (seni, literature, musik, filsafat, hokum, agama, dan bentuk budaya lain yang diterima oleh masyarakat).
Pada tahun 1849 Karl Marx pindah ke London dank arena kegagalan revolusi politiknya pada tahun 1848. Ia mulai menarik diri dari aktivitas revolusioner lalu beralih ke penelitian yang lebih serius dan terperinci tentang bekerjanya sistem kapitalis.
Pada tahun 1852, Ia mulai studi tentang kondisi kerja dalam kapitalisme di British Museum. Studi ini akhirnya menghasilkan tiga jilid buku Capital yang jilid pertamanya terbit pada tahun 1867, dua jilid lainnya terbit setelah ia meninggal.
Ia hidup miskin selama tahun-tahun itu, dan hampir tidak mampu bertahan hidup dengan sedikitnya pendapatnya dari tulisan-tulisannya dan dari bantuan teman-temannya. Dalam hidupnya, Marx terkenal sebagai orang yang sukar dimengerti.
Ide-idenya mulai menunjukkan pengaruh yang besar dalam perkembangan pekerja segera setelah ia meninggal. Pengaruh ini berkembang karena dorongan oleh kemenangan dari Marxist Bolsheviks dalam Revolusi Oktober Rusia. Ide Marxian baru mulai mendunia pada abad ke 20.
Karl Marx percaya dalam kapitalisme terjadi keterasingan (alienasi) manusia dari dirinya sendiri. Kekayaan pribadi dan pasar menurutnya tidak memberikan nilai dan arti pada semua yang mereka rasakan sehingga mengasingkan manusia, manusia dari diri mereka sendiri.
Hasil keberadaan pasar, khususnya pasar tenaga kerja menjauhkan kemampuan manusia untuk memperoleh kebahagian sejati, karena dia menjauhkan cinta dan persahabatan. Dia berpendapat bahwa dalan ekonomi klasik, menerima pasar tanpa memperhatikan kekayaan pribadi dan pengaruh keberadaan pasar pada manusia, sehingga sangat penting untuk mengetahui hubungan antara kekayaan pribadi, ketamakan, pemisahan buruh, modal, dan kekayaan tanah antara pertukaran dengan kompetisi, nilai dan devaluasi manusia, monopoli, dan kompetisi. Fokus kritiknya terhadap masalah ekonomi klasik adalah tidak memperimbangkan kekuatan produksi akan meruntuhkan hubungan produksi.
Hasil dari teori historis Karl Marx pada masyarakat antara lain :
-Masyarakat feudalisme dimana faktor-faktor produksi beruapa tanah pertanian dikuasi oleh tuan tanah.
-Pada masa kapitalisme hubungan antara kekuatan dan relasi produksi akan berlangsung, namun karena terjadi peningkatan ouput dan kegiatan ekonomi, sebagaimana feudalism juga mengandung benih kehancurannya, maka kapitalisme pun akan hancur dan digantikan dengan masyarakat sosialisme.
-Masa sosialisme dimana relasi produksi mengikuti kapitalisme masih mengandung sisa-sisa kapitalisme.
-Pada masa komunisme manusia tidak didorong untuk bekerja dengan intensif uang atau materi.
Menurut Karl Marx dalam komoditas dan kelas dapat dibagi menjadi dua kelas, yaitu :
-kaum kapitalis (borjuis) yang memiliki alat produksi
-kaum buruh (proletar) yang tidak memiliki alat-alat produksi, ruang kerja maupun bahan-bahan produksi.

Teori Konflik
Teori Konflik. Karl Marx juga mempelopori teori konflik. Teori konflik adalah teori yang memandang bahwa perubahan sosial tidak terjadi melalui proses penyesuaian nilai-nilai yang menghasilkan kompromi-kompromi yang berbeda dengan kondisi semula.
Teori ini didasarkan pada pemilikan sarana-sarana produksi sebagai unsur pokok pemisahan kelas dalam masyarakat. Teori konflik muncul sebagai reaksi dari munculnya teori struktur fungsional. Pemikiran yang paling berpengaruh atau menjadi dasar teori konflik ini adalah pemikiran Karl Marx.
Pada tahun 1950-an dan 1960-an, teori konflik mulai merebak. Teori konflik menyediakan alternative terhadap teori structural fungsional. Pada saat itu Marx mengajukan konsepsi mendasar tentang masyarakat kelas dan perjuangannya.
Marx tidak mendifiniskan kelas secara panjang lebar, tetapi ia menunjukkan bahwa dalam masyarakat, pada abad ke 19 di eropa dimana dia hidup, terdiri dari kelas pemilik modal (borjuis) dan kelas pekerja miskin sebagai kelas proletar.
Kedua kelas ini berada dalam suatu struktur social hirarkis, kaum borjuis melakukan eksploitasi terhadap kaum proletar dalam proses produksi. Eksploitasi ini akan terus berjalan selama kesadaran semu eksis (false consiusness) dalam diri proletar, yaitu berupa rasa menyerah diri, menerima keadaan apa adanya tetap terjaga.
Ketegangan hubungan antara kaum proletar dan kaum borjuis mendorong terbentuknya gerakan sosial besar, yaitu revolusi. Ketegangan tersebut terjadi jika kaum proletar telah sadar akan eksploitasi kaum borjuis terhadap mereka. (Refrensi: Kompilasi Sosiologi Tokoh dan Teori penyusun Dr Sabarno Dwirianto, M.Si)

Ikuti Sosiologi Info di Google News, klik disini !