-->

Kata Rafika : Ada 5 Langkah Pertolongan Pertama pada Psikososial/PFA (Psychosocial First Aid)

Salah satu perwakilan dari Universitas Riau (UR) pada kegiatan Pelatihan Teknis Program Dukungan Psikososial tahun 2018, yaitu Rafika Indy Lestari (Mahasiswa Sosiologi Angkatan 2015 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik).
Rawan bencana. Indonesia adalah salah satu negara yang rawan dengan terjadinya bencana alam, seperti banjir, tanah longsor, gempa bumi, gunung meletus, kekeringan, dan beberapa bencana alam lainnya.

Menurut, United Nations International Stategy for Disaster Reduction (UNISDR, Badan PBB untuk Strategi Internasional Pengurangan Risiko Bencana), merangking jumlah korban pada 6 jenis bencana alam, meliputi tsunami, tanah longsor, banjir, gempa bumi, angin topan, dan kekeringan.

Indonesia menduduki peringkat pertama pada dua bencana alam yakni tsunami dan tanah longsor, peringkat ketiga pada gempa bumi, dan peringkat keenam pada banjir. Bencana yang terjadi tersebut dapat mengakibatkan kerugian, baik materil ataupun psikologis masyarakat. Dengan demikian langkah cepat harus diambil untuk dapat mengatasi gangguan psikologis korban bencana alam tersebut.

Seperti dikutip pada keranca acuan Pelatihan Teknis Program Dukungan Psikososial tahun 2018, Palang Merah Indonesia (PMI) dalam setiap kegiatannya selalu berusahameningkatkan kualitas hidup masyarakat. Salah satunya memberikan pelayanan yang bersifat psikososial kepada masyarakat Indonesia, khususnya pasca terjadi bencana.

Program dukungan psikososial merupakan salah satu sarana pelayanan PMI yang diberikan untuk membantu penyintas agar dapat memperoleh kembali fungsi sosialnya, serta dapat menjalani hidup dengan lebih bermakna.
Hal tersebut dapat terwujud jika jumlah sukarelawan yang bergerak dibidang dukungan psikososial jumlahnya memadahi, sedangkan jumlah sukarelawan di Indonesia pada tahun 2015 tercatat terdapat 850.700 orang dimana 67% dari jumlah tersebut adalah sukarelawan di bawah umur 18 tahun sedangkan 33% dari jumlah tersebut adalah sukarelawan yang masih terbagi menjadi beberapa tenaga bidang spesialis.

Kegiatan ini diadakan oleh Korps Sukarela Palang Merah Indonesia Unit Universitas Muhammadiyah Malang, berlangsung dari tanggal 3 – 9 Maret 2018, yang bertempat di  Kampus III Universitas Muhammadiyah Malang, Jl. Raya Tlogomas No. 246.


Salah satu perwakilan dari Universitas Riau (UR) pada kegiatan Pelatihan Teknis Program Dukungan Psikososial tahun 2018, yaitu Rafika Indy Lestari (Mahasiswa Sosiologi Angkatan 2015 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik).

“Saya dan rekan (Yulia Rista Mahasiswa Sosiologi angkatan 2016) mewakili UKM KSR PMI Unit Universitas Riau (UR),” ungkap Rafika, pada Kamis, (29/3).
Kegiatan ini bermanfaat bagi mahasiswa. “Mengikuti pelatihan ini untuk menambah ilmu dan wawasan, serta sejalan dengan jurusan yang saya ambil,” imbuhnya. Pelatihan ini mempertemukan rekan-rekan PMI se-Indonesia baik dari perguruan tinggi, dan PMI kota. Jumlah pesertanya ada sekitar 66 peserta.

Sebagai seorang relawan, kita harus siap secara fisik dan mental, sehingga dapat membantu orang lain pada saat ada bencana alam. “Kita harus siap, terutama diri kita sendiri, jangan sampai tak siap,” ajak Rafika.

Ia pun menjelaskan, sudah tertera di tujuan Pertolongan Pertama "PP", untuk materi PSP ini kita sebagai tim penolong ada lima langkah yang harus di utamakan dalam menolong para penyintas (orang yang terkena bencana, krisis dan konflik).

This is 5 Langkah Pertolongan Pertama pada Psikososial/PFA (Psychosocial First Aid) :
1. Penuhi kebutuhan mendesak. kebutuhan yang utama bagi para penyintas untuk di pelaku PSP bukan hanya  kebutuhan Pangan,  Sandang dan Papan. Juga berupa Informasi!

Informasi yang seperti apa yang dimaksud? Informasi tentang keluarga mereka yang masih belum di temukan,  keluh kesah mereka,  semua yang mereka butuhkan tim PSP lah penampung cerita mereka. 

2. Mendengarkan. Setelah mereka menceritakan segala keluh kesah mereka tugas kita hanya mendengarkan bukan memberi saran ataupun nasehat. Dengan mereka bercerita setengah dari masalah tersebut terasa ringan dan hati sedikit plong. Tapi jadilah seorang pendengar dengan respon yang baik dan ada interaksi simpati dari raut wajah kita. Karena penyintas butuh teman bicara untuk mengeluarkan perasaannya saja.

3. Terima segala bentuk perasaan yang ditumpahkan. Biasanya seorang pentinyas yang mengalami trauma berlebihan dan tidak menerima keadaan bisa mengekspresikan kekecewaan secara berlebihan seperti teriak-teriak,  mengancurkan barang yang ada disekitar. Seorang pelaku PSP harus melakukan  tindakan yang tidak merugikan dirinya sendiri atau orang lain. Dengan meyakinkan penyintas bahwa respon negatif mereka bukan tanda yang buruk yang ada didiri mereka,  membuatvmereka memahami bahwa tidak semua orang mengalami gejala yang sama.

4. Bantu dengan langkah lebih laniut.  Nah di langkah keempat ini bisa kita lakukan melalui respon fisik misalnya mengelus-elus bahu penyintas yang menangis,  memberikan tissue,  mempersilahkannya duduk agar lebih tenang, memberikan respon dengan ucapan sabar tapi tidak dengan kata-kata yang berlebihan yang membuat ia mengingat kejadian yang membuatnya trauma.

5. Arahkan dan tindak lanjuti. Si pelaku PSP memberikan pertolongan kepada penyintas yang membutuhkan pertolongan lebih lanjut yang kita rujuk ke fasilitas yang bersangkutan sesuai apa yang mereka alami seperti ke Psikolog,  Psikiater,  Poly Jiwa dan RS.

Tapi sebelum itu hal yang perlu di ingat untuk kita sebagai relawan. "Jangan Menjanjikan Sesuatu Yang Tak Pasti" karena ketika di bencana nyawalah taruhannya.

“Kita hanya sebagai relawan yang menolong bukan sebagai pelayanan terapi atau bantuan professional,” tegasnya.

Nah, sebenarnya ada banyak materi (10 materi) lagi yang pastinya penting. Salah satunya seperti apa itu stress dan trauma,  cara mengatasi stress,  BKD (Bencana, Krisis dan Darurat), dan lain sebagainya.

Kalau mau bisa tanya-tanya langsung ke Rafika aja ya. (DM aja Instagramnya) cek dibawah.
Intagramnya : [Preview ##eye##]

Ada 6 orang Pemateri dan Fasilitator Kece yang sudah berbagi ilmu dan pengalaman luar biasanya. Jadi, kami tuh terbagi 2 kelas A dan B saya di kelas A dengan Manajer Pematerinya Mas Hamidan Noor Firdaus dari PMI Sidoarjo, untuk di kelas B Manajer Pematerinya ada Mas Aditya Bayu Wardana dari PMI Malang.

Untuk Fasililtatornya ada Mas Elvana Kusdijanto, Mbak Esra Selena  mama muda yang cantik kalau dekat Mbak Esra adem banget asalnya dari Bandung, Mbak Hikmah Nurjannah, Psikolog yang imut dan mungil asli Malang, dan Mbak Meuti Nadia Soraya Bulan dari Surabaya.

Senang bertemu dan mendapat ilmu dari mereka walaupun pada awalnya agak sulit nyambung karena kebanyakan dari mereka kebiasaan menggunakan bahasa Jawa. Tapi semakin hari karena terbiasa dan terjalinnya sesama sifat toleransi tadi memudahkan semuanya. (Rafika Indy Lestari)

Sumber :


A post shared by KSR-PMI UNIT UMM (@ksrpmiumm) on

Ikuti Sosiologi Info di Google News, klik disini !