-->

Menjadi Guru Sosiologi Itu Pemersatu Siswa dan Paling Disukai, Kok Bisa ?

Cerita dari Adhma Saida alumni dari Universitas Negeri Jakarta yang berbagi pengalaman mengajar bersama siswa/siswi di SMA.
Menjadi Guru Sosiologi Itu Pemersatu Siswa dan Paling Disukai, Kok Bisa ?
Sosiologi Info - Banyak yang bilang kalau anak IPA dan IPS itu tak bisa disatukan. Masih ingat saat dulu dibangku SMA, kita yang IPA dan IPS sama-sama punya ciri yang khas dan unik, pastinya. Lantas, apa bisa anak IPA dan IPS disatukan ? 

Yuk simak cerita dari Adhma Saida alumni dari Universitas Negeri Jakarta yang berbagi pengalaman mengajar bersama siswa/siswi di SMA.

Adhma Saida Berbagi Cerita dan Pengalaman menjadi Seorang Guru Sosiologi. Perkenalkan saya Adhma Saida dari Universitas Negeri Jakarta Jurusan Sosiologi Prodi Pendidikan Sosiologi angkatan 2014.

Yaps...sekarang saya sudah menjadi alumni. Alhamdulillah, selesai kuliah atau wisuda langsung mengajar di salah satu SMA yang berlokasi di daerah Jakarta Pusat, yaitu SMA Muhammadiyah 16.

Memang sih, saya tinggal di Jakarta Timur, tapi mengajar ke Jakarta Pusat, jauh ya kan, tapi seteleh berpikir baik-baik, saya memutuskan untuk mengajar di SMA tersebut.

Sempat berfikir, “Ya udah, gapapa jauh-jauh mencari pengalaman, mungkin barokahnya disini". Sampai tidak sadar saya sudah 2 tahun mengajar di sekolah tersebut.

Alhamdulillah...saya dipercaya untuk menjabat menjadi staff wakil kesiswaan, tidak disangka dan tak menduga juga, saya sendiripun syok tiba-tiba dijadikan staff.

Padahal banyak guru muda lainnya yang lebih lama dari saya. Oh iya, sebelum diangkat staff kesiswaan memang saya di amanahkan menjadi Pembina IPM, kalo di sekolah umumnya OSIS.

Menjadi Guru Sosiologi Itu Pemersatu Siswa dan Paling Disukai, Kok Bisa ?

Saya disekolah bisa dibilang dekat dengan siswa-siswi, baik menjadi guru, kaka atapun tempat curhat. Seringkali mereka menanyakan, “Bu, kalo jadi guru sosiologi, sosialnya bagus ya Bu ?," tanya beberapa siswa.

“Bu, saya mau jadi ibu, bisa memahami sebuah permasalahan yang nyata dan dicari akar permasalahannya," ungkap beberapa siswa disana.

“Bu, ko saya merasa kalo cerita sama ibu, saya tidak bisa bohong, Sosiologi begitu yah Bu," ungkapnya (siswa) dengan rasa penasaran. 

Perkataan ini sering kali dilontarkan siswa-siswi kepada saya, sampai pada akhirnya saya menjelaskan, bahwa memang Sosiologi mengarahkan kita untuk berperilaku sesuai nilai dan norma.

Yang mana nilai dan norma itu yang berlaku pada masyarakat, bahkan dalam melakukan penelitian sosial para Sosiologi menempatkan diri sebagai objek yang ditelitinya. 

Saya sering menjelaskan, bahwa ciri sosiologi yaitu non-etis. Artinya tidak mempersoalkan baik buruknya suatu masalah sosial. 

Jadi, saya sebagai guru tidak pernah pilih kasih, atau melihat baik buruknya siswa-siswi tersebut. Saya hanya melihat, bahwa siswa-siswi saya akan menjadi generasi milenial yang membawa perubahan sosial, bahkan menjadi Agent Of Change. 

Pertama kali saya mengajar disekolah inipun, saya melihat kurangnya antusias siswa-siswi pada Pembelajaran Sosiologi. Ternyata sebelum saya ada beberapa guru yang bergantian mengajar Pelajaran Sosiologi dari latar belakang yang beraneka ragam. 

Mereka hanya mnegajarkan apa yang ada di buku, sebatas yang di buku dan di internet. Sampai saya mendengar Pelajaran Sosiologi ini mudah, yang penting paham juga udah bisa. Sempat saya sedikit kesal, banyak hal yang dikaji oleh Sosiologi. 

Bahkan, Sosiologi ilmu rumpun yang bisa kemana ajah ada, sebut aja ada sosiologi agama, sosiologi politik, sosiologi antropolog. 

Bahkan saya pernah menjadi pelaksana seminar Sosiologi Cinta sewaktu kuliah. Coba, cinta ajah bisa dilihat dari teori sosiologi, gimana ga keren kann hehe. 

Akhirnya ketika mengajar saya meluruskan semua pembelajaran terkait sosiologi. Bahkan saya 2 kali pertemuan di awal selalu menceritakan kepada siswa-siswa pengalaman saya melakukan penelitian sewaktu kuliah.

Seperti pembelajaran sosiologi menyimpang saya berukunjung ke Lapas Cipinang, Lapas Nusakambangan, Lapas Batu.

Kami mewawancarai para napi langsung terkait kasus yang menjerat mereka sampai pada akhirnya di penjara. 

Saat saya menceritakan siswa-siswi sangat antusias mendengarkan pengalamn penelitian saya. Lambat laun siswa-siswa baik IPA dan IPS sangat tertarik dengan pembelajaran sosiologi, bahkan mereka sudah bertanya-tanya tentang Jurusan Sosiologi. 

Dan terakhir kemarin ada guru menyebar angket guru yang disukai dan pelajaran yang disukai di sekolah. Jawabannya adalah guru pelajaran SOSIOLOGI. Tersentuh bukan, anak IPA pun ternyata antusias dalam Pembelajaran Sosiologi.

Wah...cerita yang memotivasi para guru Sosiologi dimanapun berada ya Kak Adhma Saida, bisa menjadi pemersatu anak-anak IPA dan IPS ya kak di SMA hehehe....

Lancar dan semangat terus yah kak ngajarnya, semoga dapat memberikan pemahaman yang lebih luas kepada siswa-siswi SMA disana. 

Nah, itulah cerita dari Adhma Saida Alumni Sosiologi Universitas Negeri Jakarta (UNJ) yang sudah berbagi pengalaman mengajarnya, hayooo....kamu ada cerita yuk kita narasikan.

Penulis
Nama : Adhma Saida
Asal Kampus : Universitas Negeri Jakarta
IG : @adhma_saida

Ikuti Sosiologi Info di Google News, klik disini !