-->

Memahami Pendidikan Nasional : Pengertian, Hakikat dan Perubahan Sosial, Beserta Contoh Fenomenanya !

Lalu apa pengertian pendidikan nasional, bagaimana perubahan sosial mempengaruhi pendidikan, memahami hakikat pendidikan, serta contoh fenomenanya.
Memahami Pendidikan Nasional : Pengertian, Hakikat dan Perubahan Sosial, Beserta Contoh Fenomenanya !

Sosiologi Info - Dunia pendidikan disaat pandemi Covid-19 memberikan perubahan-perubahan yang signifikan. 

Lalu apa pengertian pendidikan nasional, bagaimana perubahan sosial mempengaruhi pendidikan, memahami hakikat pendidikan, serta contoh fenomena sosial yang ada. Yuk simak ulasan berikut ini !

Penulis : Agung Kresna Bayu | Alumnus Departemen Sosiologi, Fisipol, Universitas Gadjah Mada (UGM)

Perubahan pada Pendidikan di Indonesia Saat Pandemi Covid-19. Pandemi Covid 19 telah membawa berbagai perubahan pada tatanan kehidupan kita. Setahun, kita menjadi pelaku dan saksi dari proses perubahan itu. Salah satu bidang yang menarik untuk kita cermati adalah pendidikan. 

Pendidikan kita selama ini menitiberatkan pada fungsi dan peran institusi pendidikan, mulai tingkat pendidikan anak usia dini sampai perguruhan tinggi untuk mendidik anak-anak kita dengan jam yang teratur, tempat yang diatur, dan aturan yang mengatur secara rigid serta sistematis. 

Namun, apakah hal tersebut berlaku saat ini ? Oleh sebab itu patut untuk kita refleksikan bersama bagaimana peran dunia pendidikan dalam proses perubahan ini. 

Berdasarkan Undang-Undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan diartikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran.

Agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuataan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masayarakat, bangsa, dan negara. 

Artinya, pendidikan didasarkan pada adanya institusi resmi yang melakukan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran. 

Namun, kita coba kembali membuka sejarah pendidikan bangsa Indonesia. Ki Hadjar Dewantara mengartikan pendidikan adalah pembudayaan buah budi manusia yang beradab dan buah perjuangan manusia terhadap dua kekuatan yang selalu mengelilinginya, yakni kondrat alam dan zaman atau masyarakat. 

Dari arti tersebut, kita dapat memahami bahwa dasar memahami pendidikan adalah diri manusia, dimana proses pendidikan berusaha memberikan kekuatan untuk dapat menyesuaikan dirinya dengan keadaan sekitarnya. 

Pengertian di atas adalah dua dari berbagai pengertian lain soal pendidikan. Hal ini memberikan kita pemahaman bahwa pendidikan tersebut memiliki makna yang luas serta tergantung dari mana kita melihatnya untuk memberikannya arti dan pemahaman. 

Pendidikan dari Sudut Pandang Bisnis dan Kompetisi. Ada beberapa orang yang melihat pendidikan dari perspektif bisnis, dimana mengartikan pendidikan sebagai industri untuk menghasilkan keuntungan. 

Ada sebagian lain memahami pendidikan sebagai dunia kompetisi untuk bertarung dan saling mengeksklusi serta sebagai lain yang memahami pendidikan sebagai tempat untuk memarken kekayaan orang tuanya. 

Setidaknya, kita memahami bahwa pendidikan yang kita nikmati dan saksikan saat ini tidak memiliki arti tunggal dan proses mengartikan kata pendidikan itu sendiri tergantung dari latar belakang dan pengalaman sang pemberi definisi. 

Pendidikan Nasional Kehilangan Pondasinya. Namun, dua hal yang perlu kita garis bawahi bersama, bahwa pendidikan nasional kita telah lama kehilangan pondasinya, sehingga tidak terdapat visi yang jelas untuk mengembangkan arah dan tujuan pendidikan ke depan. 

Satu hal lagi, bahwa semua ilmu pengetahuan itu penting tetapi terdapat dua ilmu pengetahuan yang seharusnya bisa mengantarkan kita untuk kembali pondasi dan dasar pendidikan, yaitu ilmu pengetahuan tentang sejarah dan bahasa. 

Uraian tentang pengertian pendidikan di atas adalah renungan untuk kita kembali mengingat bahwa terdapat akar dalam pendidikan yang telah ditanam dan disemai oleh para penggali pendidikan nasional.

Memahami Hakikat Pendidikan. Hal ini penting untuk kita renungkan kembali sebelum membahas peran pendidikan di tengah wabah Covid 19, sebab akan menjadi pengantar untuk memahami hakikat pendidikan serta tidak sebatas melihat pendidikan dari fenomena sekolah dari rumah atau kegaduan tenaga pendidik dan orang tua dalam menyesuaikan diri dengan teknologi informasi. 

Saat kita menggunakan nalar pendidikan dari UU Sisdiknas, maka terlihat jelas bahwa dasar mengartikan pendidikan adalah institusional, maka tidak heran akan banyak kita jumpai ungkapan selama pandemi ini seperti “sekolah libur tapi tetap bayar”, “sekolah online yang sekolah orang tuanya”, “sekolah online tugasnya banyak”, dll. 

Hal tersebut terjadi karena nalar publik menekankan arti pendidikan dari institusinya, sehingga kurang afdol rasanya jika menempuh pendidikan tapi tidak pergi ke sekolah/institusi pendidikan lainnya. 

Padahal, saat kita kembali mengingat sejarah maka kita mendapatkan arti pendidikan sebagai pembudayaan budi manusia, yang menekankan pendidikan sebagai sebuah ekosistem menyeluruh untuk memberikan nilai perjuangan pada manusia. 

Pandemi Covid-19 Menyadarkan Manusia bahwa Pendidikan Bukan Sebatas Gedung Sekolah. Saat pandemi, kita menyadari bahwa akses pendidikan bukan sebatas bangunan sekolah melainkan gawai. Namun, kepemlikian gawai pun tidak akan berguna dalam proses pendidikan tanpa adanya akses internet. 

Hal ini patut kita catat bersama, bahwa selama ini wacana kesenjangan akses pendidikan sebatas dilihat dari jarak menuju institusi pendidikan. 

Saat seperti ini, bagaimana dengan pendidikan anak-anak bangsa yang berada di wilayah dengan minim akses internet, atau lebih dasar lagi tentang listrik ?

Telah lama bangsa ini menekankan pendidikan sebatas pada penilaian secara standar dan spesifik dengan aturan rigid dan sistematis sebagai penentu kualitas anak didiknya. 

Adanya wabah ini sejatihnya merupakan momen bagi kita bersama untuk berkaca kembali tentang kehidupan pendidikan kita sebelum adanya wabah ini, apakah kita mengingkan kembali tatanan pendidikan yang seperti itu? 

Oleh karenanya, saat ini bukan waktunya untuk romantis dan merindukan kondisi “normal” sebelum adanya wabah, tetapi bagaimana kita berkaca dan menyusun ulang tatatan pendidikan setalah wabah ini berlalu. 

Ingat bahwa wabah ini juga mengajarkan kita bahwa hidup itu penuh dengan ketidpastian dan ketidak prekdisian, semua bersifat rentan. 

Ikuti Sosiologi Info di Google News, klik disini !