-->

Memahami Kelompok Etnis, Beserta Contoh Konflik Sosial Positif dan Penyebabnya

Lalu, apa sih pengertian singkat dari kelompok etnis, serta memahami adanya contoh konflik sosial positif dan penyebabnya.
Memahami Kelompok Etnis, Beserta Contoh Konflik Sosial Positif dan Penyebabnya

Sosiologi Info - Model nasional Indonesia sudah sejak lama ada. Seiring berkembangkan pemikiran-pemikiran serta gagasan untuk membangun Indonesia. 

Begitu juga dengan hadirnya kelompok etnis di Indonesia menjadi bagian penting dalam pemerataan pembangunan nasional. 

Lalu, apa sih pengertian singkat dari kelompok etnis, serta memahami adanya contoh konflik sosial positif dan penyebabnya, yuk simak ulasannya berikut ini. 

Penulis Artikel : Rafly Caesario | Mahasiswa Sosiologi Universitas Indonesia (UI) | Instagram @rafly_crs

Indonesia beragam kelompok etnis. Apa sih yang kamu ketahui tentang kelompok etnis ? Dikutip dari Wikipedia menjelaskan bahwa kelompok etnis disebut juga etnik atau sebuah suku bangsa adalah suatu golongan manusia yang anggota-anggotanya mengindentifikiasi dirinya dengan sesamanya. 

Biasanya berdasarkan atas garis keturunan yang dianggap sama. Identitas suku ditandai oleh pengakuan dari orang lain akan ciri khas kelompok tersebut, seperti kesamaan budaya, bahasa, agama, perilaku dan ciri-ciri biologis. 

Dari Sabang sampai Merauke kelompok etnis menemani kehidupan kita. Menurut data yang dihimpun oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia diperkirakan memiliki lebih dari 300 kelompok etnis. 

Bahkan, lebih detailnya berdasarkan sensus BPS pada 2010, kelompok etnis di Indonesia mencapai 1340. Hal ini membuat Indonesia sering disebut sebagai negara plural yang menjunjung tinggi nilai toleransi. 

Namun, dalam perkembangannya apakah negara menjamin kelompok etnis untuk selalu hidup aman dan damai di negara ini, atau justru sebaliknya ?

Memahami model nasional Indonesia sebagai identitas bangsa. Melihat kilas balik sejarah negara ini dimana pada era Soekarno, Indonesia yang terdiri dari beragam kelompok etnis seperti sedang “diintegrasi” ke dalam suatu model nasional yang diinginkan negara. 

Model nasional sendiri merupakan bentuk pengaturan identitas (agama, etnis, bahasa, dan lain-lain) oleh negara. Kala itu, semboyan Bhinneka Tunggal Ika, Bahasa Indonesia, serta ideologi Pancasila diproyeksikan untuk menjadi identitas bangsa.

Serta menyatukan segala perbedaan yang ada dari berbagai kelompok etnis di Indonesia. Jika kita melihat tanpa merefleksikan lebih dalam sebenarnya hal tersebut merupakan suatu upaya yang baik untuk menciptakan semangat nasionalisme dan persatuan di dalam masyarakat. 

Namun, upaya itu tidak sepenuhnya mulus dimana terdapat kelompok etnis berbasis lokalitas yang merasa terdiskriminasi dan merasa aspirasinya tidak didengar oleh pemerintahan Soekarno. 

Kita bisa merefleksikan hal itu lebih jauh, kita dapat melihat bagaimana gerakan etnonasional (separatis) yaitu keinginan untuk mendirikan negara Republik Maluku Selatan (RMS) menggema dalam masyarakat Maluku Selatan. Jadi, apakah model nasional adalah belenggu bagi kelompok etnis ?

Lalu pada era Soeharto dengan caranya yang represif banyak kelompok etnis yang tertindas. Menurut pemberitaan di berbagai media, kelompok etnis yang ada di Timor-Timur serta Papua mengalami tindak kekerasan dari para aparat di era Soeharto. 

Tercatat, lebih dari ratusan jiwa meninggal akibat tindakan represif aparat. Selain itu, era Soeharto juga sangat anti terhadap etnis Tionghoa. 

Hal itu membuat para warga Indonesia keturunan Tionghoa merasa takut dan dikucilkan dalam kehidupan sosial. 

Selanjutnya, model nasional pasca reformasi yang dituangkan dalam kebijakan negara masih kurang bisa mempercepat pembangunan di wilayah timur sehingga kesenjangan masih terjadi. 

Hal ini memicu hidupnya kembali gerakan separatis di Papua dimana kita bisa melihat akhir-akhir ini OPM kembali beraksi. 

Bahkan, pemerintah pun pada sekitar bulan April lalu membuat pernyataan bahwa para anggota OPM yang beraksi disebut sebagai “kelompok teroris”. 

Masih dengan pertanyaan yang sama, apakah model nasional adalah belenggu bagi kelompok etnis ? 

Menurut penulis model nasional itu bagai belenggu bagi kelompok etnis jika negara tidak mampu menjamin pemerataan pembangunan sosial, tidak adanya diskriminasi, keamanan, serta kelayakan hidup anggota kelompok etnis. 

Salah satu sosiolog yaitu Jacques Bertrand menyatakan bahwa model nasional dapat membuahkan ketegangan antar kelompok etnis akibat diskriminasi yang mungkin diterimanya.

Selain itu, ketegangan yang ada lama-kelamaan dapat menimbulkan sebuah situasi yang disebuh sebagai critical juncture.

Critical juncture yaitu ketika konteks sosial memaksa negara untuk melakukan pendefinisian ulang  model nasional yang diharapkan dapat memperbaiki model nasional sebelumnya (jika di Indonesia, contohnya reformasi 1998). 

Berkaca pada perspektif sosiologi relasi etnisitas, model nasional yang diterapkan harus bisa mengakomodir seluruh kelompok etnis di Indonesia; membuka ruang diskusi dan negosiasi terkait permasalahan yang selama ini mereka rasakan. 

Hal ini diharapkan agar tidak adanya lagi gerakan separatis, konflik antar etnis, serta konflik etnis dengan negara. Nah itulah sekilas bagaimana kita memahami pentingnya pengertian kelompok etnis, serta contoh-contoh konflik sosial bersifat positif, serta penyebabnya. 

Sumber Referensi :

BBC News. 2018. Suharto, suara dari Timur: antara 'diktator sukses' dan 'penindas kejam' dalam https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-43513185.  Diakses pada 25 Mei 2021

Indonesia.go.id. 2017. Suku Bangsa dalam https://indonesia.go.id/profil/suku-bangsa/kebudayaan/suku-bangsa. Diakses pada 29 Mei 2021

Kumparan.com. 2017. Diskriminasi Etnis Tionghoa: Dari Orde Lama Sampai Orde Baru dalam https://kumparan.com/potongan-nostalgia/diskriminasi-etnis-tionghoa-dari-orde-lama-sampai-orde-baru.  Diakses pada 25 Mei 2021

https://id.wikipedia.org/wiki/Kelompok_etnik

Ikuti Sosiologi Info di Google News, klik disini !