-->

Contoh Perubahan Sosial, Beserta Penjelasan Teori Sosiologinya

Berikut ini penjelasan contoh perubahan sosial dalam dunia pendidikan di kehidupan sehari hari, beserta teori sosiologinya.
Contoh Perubahan Sosial di Kehidupan Sehari Hari, Berikut Penjelasan Teori Sosiologinya

Sosiologi Info - Kehidupan masyarakat dalam sehari-harinya pasti mengalami perubahan sosial, baik dalam dunia pendidikan, sosial budaya, ekonomi, politik, dan lainnya. 

Nah bagaimana perubahan sosial yang terjadi pada dunia pendidikan disaat pandemi Covid-19 di Indonesia ? 

Berikut ini penjelasan contoh perubahan sosial dalam dunia pendidikan di kehidupan sehari hari, beserta teori sosiologinya. Yuk pahami guys !

Penulis Artikel : Mahasiswa Sosiologi Universitas Negeri Padang | Novran Juliandri Bhakti

Perubahan Sosial Disaat Pandemi Covid-19 di Indonesia

Pandemi covid-19 telah merubah segala aspek kehidupan manusia, ia masuk pada ranah kesehatan, ekonomi, politik, kemanusiaan dan pendidikan. 

Yang disebutkan tadi itu baru secara garis besar, belum masuk pada penyebab, akibat, dan contoh fenomena yang terjadi yang diakibatkan oleh pandemi covid-19. 

Kita tidak bisa menutup mata kalau pandemi covid-19 atau yang lebih dikenal dengan virus corona, telah memporak-porandakan seluruh negara, tak terkecuali Indonesia. Saking porak porandanya Indonesia yaitu dapat kita lihat pada aspek ekonomi. 

UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) sering menjadi imbasnya, banyaknya peraturan pembatasan aktivitas atau lockdown membuat para pedagang UMKM membuat ruang gerak mereka menjadi sempit dalam berdagang dan mendapatkan laba untuk menutupi modal. 

Pembatasan aktivitas atau lockdown tersebut juga berlaku pada ranah pendidikan, kita sama-sama tahu kalau aktivitas belajar mengajar di kelas atau luring sangat dibatasi. 

Jika naik level yang terjangkit covid yang sebelumnya zona hijau atau kuning menjadi zona merah, aturan bisa dirubah secara mendadak atau tiba-tiba. 

Pembelajaran yang sebelumnya luring atau di dalam kelas, akan digantikan dengan daring atau belajar di rumah menggunakan beragam aplikasi belajar online. 

Hal ini yang menjadi sebuah dilema pro dan kontra di tengah-tengah masyarakat. Ada wali murid yang tidak terkendala dengan kebijakan tersebut, dan ada juga yang keberatan dengan kebijakan tersebut. 

Beberapa ada yang keberatan dikarenakan tidak memiliki device atau alat untuk menunjang pembelajaran online seperti Smartphone ataupun laptop/PC. 

Jika adapun device-nya, beberapa masyarakat juga terkendala dengan lokasi kediaman rumah yang tidak terjangkau sinyal dan keterbatasan membeli paket internet. 

Persoalan ini bukan salah dan personal dari masyarakat, akan tetapi ada sangkut pautnya dengan kinerja pemerintah dalam mengatasi hal tersebut. Untuk itu kita akan melanjutkannya pada pembahasan, agar lebih rinci. 

Kita juga akan mengkaitkan fenomena pendidikan, pandemi, dan kegiatan belajar mengajar online ini dengan teori AGIL milik Talcott Parson.

Pada pembahasan disini, aku akan membuat beberapa point yaitu dimulai dengan apa itu pendidikan secara lebih rinci lagi dengan referensi yang aku miliki.

Dilanjutkan dengan bagaimana pendidikan di Indonesia bisa survive pada saat pandemi dengan mengaitkannya dengan Teori AGIL Talcot Parson. 

Aku akan menyajikan beberapa data-data dari beberapa sumber seperti buku dan artikel-artikel yang berkaitan dengan tulisan ini. 

Tulisan ini aku harap dapat menjadi referensi mereka yang berada di dunia pendidikan, baik itu guru, dosen, siswa, mahasiswa, ataupun pemerhati pendidikan yang berwenang. 

Sebab pendidikan juga harus dibahas dewasa ini, bukan saja tentang kestabilan politik maupun ekonomi. Dari pendidikan juga, maka terciptalah generasi masa depan yang nantinya menjadi estafet untuk mengurus persoalan politik dan ekonomi negara kedepannya.

Apa Itu Pengertian atau Definisi Pendidikan ? 

Pendidikan memiliki sebuah istilah dari bahasa Yunani yaitu “pedagogie,” yang akar katanya “pais” yang berarti anak dan “again” yang artinya membimbing. Jadi, “paedagogie” berarti bimbingan yang diberikan kepada anak. 

Dalam bahasa Inggris, pendidikan diterjemahkan menjadi “education.” Education, berasal dari bahasa Yunani “educare” yang berarti membawa keluar yang tersimpan dalam jiwa anak, untuk dituntun agar tumbuh dan berkembang (Syafril dan Zelhendri Zen, 2017: 26).” 

Selain definisi di atas, ada juga dua definisi mengenai pendidikan yang lain yaitu, “Pendidikan berarti daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intelek dan tubuh anak).

Dalam Taman Siswa tidak boleh dipisah-pisahkan bagian-bagian itu supaya kita memajukan kesempurnaan hidup, kehidupan, dan penghidupan, anak-anak yang kita didik, selaras dengan dunianya. (Ki Hajar Dewantara, 1977: 14 dalam Syafril dan Zelhendri Zen, 2017: 30).” 

Menurut (Dijen Dikti, 1983/1984: 19 dalam Syafril dan Zelhendri Zen, 2017: 31) “Pendidikan adalah proses dimana seseorang mengembangkan kemampuan sikap dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya.

Di dalam masyarakat di mana ia hidup, proses sosial di mana orang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol (khususnya yang datang dari sekolah), sehingga dapat memperoleh atau mengalami perkembangan kemampuan sosial dan kemampuan individu yang optimum.” 

Begitu lah sedikit kutipan kalimat yang aku kutip mengenai pendidikan, ya bisa dibilang pendidikan ini yaitu membangun generasi generasi penerus bangsa.

Agar memiliki kompetensi-kompetensi pada aspek kemampuan akademik dalam skala individu, serta kemampuan berkomunikasi dalam skala sosial. 

Siapa sih penerus bangsa itu? Ya mereka generasi muda yang masuk kedalam kategori usia 6 sampai 23 Tahun. 

Usia tersebut merupakan patokan dari usia anak-anak yang menerima pendidikan di Indonesia, dari jenjang Taman Kanak-Kanak hingga ke Perguruan Tinggi. 

Jika dihitung lamanya, ada sekitar 17 tahun. Akan tetapi, tidak semua anak-anak di Indonesia yang menerima pendidikan selama itu. 

Menurut data dari (sirusa.bps.go.id), rumus yang digunakan oleh Badan Pusat Statistik yaitu RLS= 1n × i=1nxi, yang mana keterangan dari rumus tersebut sebagai berikut: 

RLS = Rata-rata-rata lama sekolah penduduk usia 25 tahun ke atas, xi= Lama sekolah penduduk ke-i yang berusia 25 tahun, N = Jumlah penduduk usia 25 tahun ke atas. 

Nah untuk kegunaan dari rumus ini yaitu “RLS dapat digunakan untuk mengetahui kualitas pendidikan masyarakat dalam suatu wilayah.”

Keterangan tambahannya yaitu “Penduduk yang tamat SD diperhitungkan lama sekolah selama 6 tahun, tamat SMP diperhitungkan selama 9 tahun, tamat SMA diperhitungkan lama sekolah selama 12 tahun tanpa memperhitungkan tinggal kelas atau tidak. 

Untuk interpretasi, kegunaan atau penafsiran dari rumus RLS ini yaitu “RLS dapat digunakan untuk mengetahui tingkat pendidikan masyarakat dalam suatu wilayah. RLS Indonesia pada tahun 2016 sebesar 7,95 tahun. 

Artinya, secara rata-rata penduduk Indonesia yang berusia 25 tahun ke atas telah menempuh pendidikan selama 7,95 tahun atau hampir menamatkan kelas VII.” 

Dari data tersebut, kita bisa menilai bahwa masih banyak generasi muda Indonesia yang putus sekolah, atau hanya menamatkan pendidikannya pada jenjang Sekolah Menengah Pertama (sederajat). 

Generasi muda indonesia yang menempuh pendidikan tinggi atau perguruan tinggi masih rendah, hal tersebut disampaikan oleh Bapak Mohammad Nasir (Staf Khusus Wakil Presiden Bidang Reformasi Birokrasi dan Pendidikan). 

Dalam (tribunnews.com) beliau mengatakan bahwa “saat ini jumlah masyarakat yang menempuh jenjang pendidikan tinggi masih rendah. Nasir mengatakan pada 2019, jumlah masyarakat yang masuk perguruan tinggi hanya mencapai 34,58 persen dari keseluruhan warga Indonesia. 

“Kondisi yang sekarang terjadi adalah masalah-masalah yaitu buat rakyat Indonesia ini yang mengikuti pendidikan tinggi baru 34,58 persen,” ujar Nasir dalam webinar Kompas Talk with UT, Rabu (2/9/2020).”

Nah saking banyaknya problematika pendidikan di Indonesia, ada problem baru yang datang yaitu pandemi covid-19. 

Sudah 2 tahun berselang pandemi belum usai, pendidikan menjadi salah satu sektor yang terkena imbasnya. Minimnya generasi muda dalam menamatkan studinya, serta tidak melanjutkan ke perguruan tinggi. 

Membuat pendidikan di Indonesia semakin memburuk, ditambah lagi diperparah dengan pandemi covid-19 yang tak kunjung selesai.

Pendidikan di era sekarang harus bisa beradaptasi, demi terciptanya pendidikan yang berkelanjutan dan tidak terkesan mandek. 

PJJ atau “Pembelajaran Jarak Jauh” adalah salah satu tips yang diberikan oleh pemerintah, dalam hal ini Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia. 

Disaat yang bersamaan, demi kelangsungan pendidikan di Indonesia tetap berjalan, ada masalah baru yang timbul dalam “Pembelajaran Jarak Jauh” ini, yaitu terkendala device dan akses internet yang kurang memadai, serta kuota internet yang cukup memberatkan bagi sebagian orang tua/wali murid.

Nah untuk analisis lebih lanjut, kita masuk pada point konsep AGIL dalam menghadapi pendidikan di masa pandemi covid-19. 

Analisis Pendidikan di saat Pandemi menggunakan Teori Sosiologi yaitu AGIL Talcott Parsons

Sama-sama kita ketahui bahwa, pendidikan turut terkena imbas dari gejolak pandemi covid-19 yang sudah menahun ini. 

Semua stakeholder, baik tiap-tiap pemerintah di setiap negara maupun pemerintah yang bernaung pada lembaga internasional.

Turut bahu membahu membuat solusi, serta mencarikan alternatif agar kehidupan umat manusia tetap berjalan sebagaimana mestinya. 

Telah disinggung juga pada point di atas, bahwa pemerintah kita telah membuat sebuah solusi agar pendidikan tetap terus berjalan. 

Pembelajaran Jarak Jauh, Pembelajaran Dalam Jaringan (Daring) adalah istilah serta konsep pendidikan yang dibuat oleh Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia. 

Menggunakan ragam aplikasi serta website adalah salah satu cara untuk membuat pembelajaran daring ini menjadi sukses.

Alih-alih ingin mencapai sebuah kesuksesan, Indonesia mengalami mengalami masalah baru lagi yaitu persoalan kecepatan sinyal untuk seluruh wilayah Indonesia. 

Dari pembelajaran ini mulai diterapkan pada tahun 2020, hingga sekarang 2021. Sangat terlihat bahwa, akses internet kita masih sangat terbatas untuk di beberapa wilayah. 

Daerah yang masuk ke dalam kategori 3 T, sangat susah untuk menerapkan pembelajaran daring. Boro-boro sinyal, device seperti laptop atau smartphone saja tidak punya. 

Terkendala dengan media, membuat beberapa para pakar dan pemerhati pendidikan, serta masyarakat berkomentar bahwa pembelajaran daring sangat sulit untuk diterapkan. 

Selain masalah di atas, ada juga masalah yang baru, yakni orang tua menjadi fasilitator di rumah untuk anaknya belajar. Ya…. Namanya fasilitator, harus sedia dan sigap untuk memperhatikan yang dibutuhkan oleh anak. 

Terlebih lagi jika anak tersebut, masih bersekolah dibangku TK, SD, dan SMP. Banyak orang tua yang kesulitan membagi waktunya untuk membimbing buah hati, dan ada juga yang susah untuk menggunakan smartphone serta aplikasi belajar penunjang pada saat sekolah daring.  

Melihat fenomena-fenomena tersebut, kita bisa mengkajinya secara lebih dalam melalui teori yang dicetuskan oleh Talcott Parsons yaitu AGIL. 

Dalam Jurnal Analisa Sosiologi (Jayadi Suparman dan Rahmawati Ratih: 2019), bahwa parson mendefenisikan AGIL sebagai berikut: 

“Parsons (2013) menjelaskan bahwa (Adaptation) yaitu sistem sosial mampu beradaptasi dengan lingkungan sekitar serta menyesuaikan dengan kebutuhan kelompok. 

Selain itu juga masyarakat saling memahami dalam mencapai tujuan yang sama (Goal attainment), sehingga terdapat hubungan (Integration) yang erat antara masyarakat, kemudian menjaga pola-pola hubungan (Latent Pattern Maintenance) tersebut.” 

Empat hal tadi memiliki keterkaitan, jika diinterpretasikan ke dalam fenomena pendidikan di saat pandemi covid-19, semua pihak mampu dan harus bisa beradaptasi dengan kondisi baru di tengah pandemi. 

Menyesuaikan diri dengan gaya hidup baru, seperti 3 M (Mencuci Tangan, Menjaga Jarak, Serta Memakai Masker) adalah salah satu ciri dari Adaptasi. 

Begitu juga dalam hal pendidikan, sistem baru yang dibuat oleh pemerintah harus diterapkan oleh masyarakat, dan masyarakat harus bisa beradaptasi dan menyesuaikan diri sesuai dengan kapasitas dan kapabilitas mereka. 

Pembelajaran awalnya menjadi fenomena yang rumit, sulit, dan sangat memberatkan. Namun seiring berjalannya waktu, khalayak menjadi paham dan aware terhadap ketetapan pemerintah, bahwa pembelajaran daring harus diterapkan. 

Wilayah yang Susah sinyal internet diatasi, subsisi kuota internet diberikan, serta bantuan untuk membeli device smartphone. Untuk di beberapa wilayah di Indonesia dilaksanakan pembelajaran Luring, dengan masuk kelas sesuai dengan protokol kesehatan yang berlaku.

Menggunakan masker, face shield, hand sanitizer, menjaga jarak, kapasitas kelas Cuma 50%, serta menerapkan sistem shift kelas pagi dan kelas siang. Dari usaha dan upaya untuk menerapkan adaptasi tadi, pada akhirnya menuju sebuah tujuan (Goal Attainment). 

Adaptasi kebiasaan baru ketika di kelas dan ketika pembelajaran online, melahirkan sebuah cara baru untuk tetap terus belajar dan menuntut ilmu, meskipun di tengah kondisi yang kurang baik. 

Pada akhirnya tujuan untuk menumbuhkan pendidikan menjadi terwujud. Dari tujuan yang sudah tercapai, maka sistem pendidikan tersebut dapat membangun rasa persatuan, integrasi tersebut akan ditetapkan dan dipertahankan hingga pandemi usai. 

Hingga akhirnya ketika khalayak sudah nyaman dengan sistem pendidikan seperti ini, sistem serta pola-pola (Latent Pattern Maintenance) yang ada pada pembelajaran daring ataupun pembelajaran luring di kelas, yang menerapkan protokol kesehatan akan dijaga.          

Dengan demikian, saya melihat bahwa yang namanya pendidikan itu penting. Pendidikan itu membangun negara, pendidikan itu mencerdaskan generasi muda, dan pendidikan juga membuat masa depan menjadi cerah.

Pandemi covid-19 membuat semua menjadi susah, termasuk dunia pendidikan. Pandemi ini datang dan menjangkiti Indonesia pada awal tahun 2020, membuat Indonesia bahkan dunia hancur serta kocar kacir. 

Kita seakan menyerah dan tak berdaya dibuat oleh virus corona tersebut. Virus yang kecil itu, mampu meluluh lantahkan manusia, menghancurkan ekonomi, membuat gejolak politik, mematikan kemanusiaan, hingga terseoknya pendidikan. 

Satu tahun sudah berlalu, kini semuanya mulai beradaptasi, membiasakan diri dengan protokol kesehatan agar dapat bangkit kembali. 

Tujuannya satu, agar umat manusia diseluruh dunia dapat hidup dengan normal kembali. Semua pihak mau tidak mau harus beradaptasi, terutama di dunia pendidikan. 

Kominfo Republik Indonesia bekerjasama dengan Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia. 

Bahu membahu bersinergi untuk membuat pembelajaran daring menjadi sukses, selain memberikan subsidi kuota. 

Tentunya Kominfo memperluas dan memperkuat jaringan internet di Indonesia, dari kota besar hingga ke daerah-daerah. 

Sekian tulisan ku kali ini, untuk info dan berkabar dengan ku, teman teman bisa menghubungi sosial media ku di bawah ini. Terima Kasih, sampai jumpa pada artikel selanjutnya.

Nah itulah contoh perubahan sosial dalam kehidupan sehari hari yang ada di Indonesia, yaitu dalam dunia pendidikan, beserta penjelasan teori sosiologi AGIL Talcott Parsons.

Follow Sosial Media

FB         : Novran Juliandri Bhakti

Instagram : @nvrnjlndr

Twitter : @ininovran

Sumber Referensi :

Martono, Nanang. 2014. Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta: Rajawali Pers.

(Ratih Rahmawati, Suparman Jayadi 2019)Ratih Rahmawati, S. J. (2019). Analisis Kasus pada Usaha Kecil dan Menengah (UKM) “Ms Collection” Kerajinan Kain Perca di Kelurahan Gandekan Kecamatan Jebres Kota Surakarta. Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699. https://jurnal.uns.ac.id/jas/article/view/29220.

https://www.tribunnews.com/nasional/2020/09/02/eks-menristek-baru-3458-persen-warga-indonesia-yang-tempuh-jenjang-pendidikan-tinggi, diakses 18 Agustus 2021. 

https://sirusa.bps.go.id/sirusa/index.php/indikator/572, diakses 18 Agustus 2021.

https://www.kompas.com/edu/read/2021/02/04/144307671/hasil-sensus-2020-hanya-85-persen-penduduk-indonesia-tamat-kuliah?page=all, diakses 18 Agustus 2021.   

Sumber Foto : 

www.pixabay.com

Ikuti Sosiologi Info di Google News, klik disini !