-->

Paulo Freire : Teori, Pemikiran, dan Contohnya

Penjelasan Memahami Tokoh Asal Brasil. Fokus Pendidikan. Paulo Freire : Teori, Pemikiran, dan Contohnya.
Paulo Freire : Teori, Pemikiran, dan Contohnya

Sosiologi Info - Pernah mendengar nama Paulo Freire ? Ia seorang tokoh Pendidikan terkenal asal Brasil yang memberikan perspektif berbeda.

Berikut ini pemahaman teori, pemikiran, beserta contoh kasus fenomena sosial yang bisa dilihat dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat.

Penulis : Mahasiswa Universitas Indonesia (UI) | Rafly Caesario | IG @rafly_crs

Mengenal Paulo Freire, Sang Pendobrak Dunia Pendidikan

Paulo Freire adalah seorang tokoh pendidikan asal Brasil yang memiliki pemikiran yang cukup kritis. Freire mengemukakan beberapa konsep penting. 

Pertama, ketika Freire menyatakan bahwa dalam dunia pendidikan di Brasil serta Amerika Latin saat itu terjadi suatu budaya bisu. 

Budaya tersebut merujuk kepada terbatasnya ruang bagi siswa untuk mengemukakan pendapatnya. Selain itu, kemampuan bernalar dan berpikir kritis siswa pun masih cukup rendah. 

Hal ini tidak terlepas dari adanya metode pembelajaran yang bersifat guru-sentris. Freire juga mengistilahkan hal tersebut dengan istilah “sistem banking”. 

Hal itu terjadi ketika seorang guru layaknya penabung yang memasukkan uang (materi pembelajaran) kepada siswa sebagai celengan. 

Sumber pengetahuan seakan-akan hanya berasal dari guru sedangkan siswa diidentikan hanya sebagai penerima pengetahuan. 

Proses pembelajaran pun hanya mengandalkan hafalan bukan kepada bagaimana para siswa itu dapat memahami materi yang dikaitkan dengan kondisi sosial/politik/budaya mereka.

Melihat kondisi yang begitu suram, Freire memberikan solusi jitu guna mengatasi hal tersebut. Freire mengemukakan konsep yang dinamakan sistem pembelajaran hadap masalah. 

Sistem ini mengharuskan pembelajaran berlangsung secara dua arah. 

Para guru harus memberikan ruang kepada para siswa untuk berpendapat meskipun hanya memberikan tanggapan dari materi yang telah diajarkan. 

Sistem ini berangkat dari pemikiran Freire mengenai pendidikan humanisasi. Freire merasa bahwa pendidikan yang ada saat itu tidak memanusiakan manusia alias dehumanisasi. 

Hal tersebut karena tidak adanya ruang bagi siswa untuk berpendapat. 

Selain itu, adanya hal tersebut juga membuat pemerintah sedikit menerima kritikan dari masyarakat khususnya dari para pemuda. 

Oleh karennya, Freire berpandangan bahwa dengan diterapkan sistem hadap masalah maka para siswa menjadi sadar.

Untuk berpikir kritis dan dapat memberikan semangat pembaruan bagi masyarakat serta kebijakan pemerintah.

Contoh Fenomena Sosialnya

Contoh konkret yang relevan dengan pemkiran Freire di masa pandemi dan dunia digital saat ini adalah dengan adanya pembelajaran kolaboratif. 

Pembelajaran kolaboratif merupakan suatu metode pembelajaran yang menuntut para siswa untuk saling berbagi dan aktif dalam memahami suatu materi pembelajaran. 

Pembelajaran dengan model tersebut dinilai dapat menjawab tuntutan pendidikan abad 21 yang menekankan.

Kepada kompetensi civic literacy (meliputi komunikasi dan kolaborasi) dan digital literacy (Purboningsih, Hamidy, n/d). 

Pengajaran kolaboratif mempunyai 6 langkah utama (Arend, 2000 dikutip dalam Purboningsih, Hamidy, n/d) yaitu: 

1. Penyampaian tujuan dan memotivasi pembelajar. 

2. Penyajian informasi dalam bentuk demonstrasi atau melalui bahan bacaan. 

3. Pengorganisasian pebelajar ke dalam kelompok- kelompok belajar.

4. Membimbing kelompok bekerja dan belajar. 

5. Evaluasi tentang apa yang sudah dipelajari sehingga masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya. 

6. Memberikan penghargaan baik secara kelompok maupun individu.

Di Indonesia, pembelajaran kolaboratif mulai dilakukan di level pendidikan dasar dan menengah ketika kurikulum 2013 diterapkan. 

Sedangkan di level pendidikan tinggi, pembelajaran kolaboratif sudah menjadi pola pembelajaran yang melekat di berbagai universitas di Indonesia.

Salah satu contohnya ada di Universitas Indonesia. Universitas Indonesia memberlakukan pembelajaran kolaboratif.

Dengan mengutamakan kerja kelompok sebagai pijakan awal untuk mencapai pembelajaran tersebut. 

Para dosen memberikan tugas yang sifatnya kelompok guna menstimuli para mahasiswa untuk dapat berkolaborasi dalam pembelajaran.

Selain itu, adanya presentasi yang ditugaskan juga mendorong terbukanya ruang diskusi yang sering memuat kritikan ataupun pendapat pro terhadap ide yang diajukan oleh kelompok.

Setelah adanya pandemi, pembelajaran kolaboratif pun masih dilakukan dengan menggunakan platform virtual conferences (zoom, meets, dll) dan via chat (EMAS, line, whatsapp, dll).

Tak hanya di Indonesia, pembelajaran kolaboratif juga dilakukan di negara lainnya seperti Brasil. Di Brasil, pembelajaran kolaboratif online sudah menjadi andalan mereka sejak sekitar 5 tahun yang lalu. 

Metode pembelajaran kolaboratif online yang diterapkan pun memiliki variasi. 

Pertama, pembelajaran kolaboratif dilakukan di berbagai media sosial, seperti facebook dan twitter. 

Dalam platform tersebut, para guru akan membentuk grup belajar serta akan membagikan materi dan tugas kelompok kepada para siswa. 

Di luar waktu pembelajaran, percakapan sehari-hari pun terjadi dimana para siswa saling berbagai mengenai hobi ataupun minat mereka. 

Kedua, para guru akan menginstruksikan para siswa untuk belajar dalam kelompoknya masing-masing. 

Dalam hal ini, para siswa akan saling bertukar pikiran tentang materi ataupun tugas yang telah diberikan. 

Ketiga, para siswa akan mempresentasikan dari tugas yang sebelumnya mereka kerjakan. Dalam tahap ini.

Mereka akan saling memberikan pendapat guna memperkaya materi pembelajaran yang disampaikan oleh para siswa yang melakukan presentasi. 

Para guru juga berperan dalam memvalidasi serta menambahkan materi yang telah disampaikan oleh para siswa.

Nah itulah sekilas penjelasan untuk memahami ulasan Paulo Freire : Teori, Pemikiran, dan Contoh Kasus Fenomena Sosialnya.

Sumber Referensi : 

Abdillah, Rijal. 2017. Analisis Teori Dehumanisasi Pendidikan Paulo Freire. Jurnal Aqidah dan Filsafat Islam, Vol. 2, No. 1.

Torres, Carlos Alberto dan O’Cadiz Maria Del Pilar. 1994. Lteracy, Social Movement, and Class Consciousness: Pahs From Freire and the Sao Paulo Experience. American Anthropological Association: Anthropology & Education Quarterly 25(3):208-225.

Ikuti Sosiologi Info di Google News, klik disini !