-->

Kata Rani : Cara Mengatasi Berita Hoax dengan Gerakan Literasi Media

Masyarakat itu harus memiliki kemampuan dalam memahami bentuk pencintraan media, dimana sekarang media dianggap sebagai suatu kebenaran
Figur - "Masyarakat itu harus memiliki kemampuan dalam memahami bentuk pencintraan media, dimana sekarang media dianggap sebagai suatu kebenaran," kata Rani Mahasiswi Jurusan Sosiologi Universitas Bangka Belitung.
Aktif. Itulah kata yang wajar bagi seorang mahasiswa. Sebagai seorang mahasiswa yang semestinya dapat mengambil peranan penting dalam kehidupan kampus ataupun diluar kampus.

Misalnya menjadi relawan kegiatan sosial, aktif di organisasi kampus, ataupun organisasi di luar kampus, dan aktif dalam kegiatan sosial lainnya. Langkah-langkah semacam itulah yang harus diterapkan oleh para pemuda ataupun mahasiswa.

Tidak membatasi ruang gerak, antara perempuan dan laki-laki, semuanya dapat berkarya dan mengambil pernan ketika kita menjadi mahasiswa. Begitulah, yang dilakukan oleh Rani Dian Sari salah satu Mahasiswi Jurusan Sosiologi Universitas Bangka Belitung.

Lahir di Air Pelempang, 13 Oktober 1998, perempuan yang hobinya membaca dan menulis, aktif diberbagai kegiatan organisasi dan selalu berpikir kritis dengan publikasi artikel yang Ia lakukan.

Tidak hanya aktif dalam organisasi, Rani sapaan akrabnya, juga merupakan mahasiswa yang berprestasi. Ini terbukti dengan prestasi yang Ia raih, seperti menjadi Juara II Duta Genre tingkat Kota Pangkalpinang dan tingkat Provinsi Bangka Belitung.

Di tingkat Fakultas, Rani juga merupakan mahasiswi berprestasi, Ia menjadi Juara III dalam ajang pemilihan Mahasiswa Berprestasi tingkat FISIP, dan juga Juara II Mahasiswa Berprestasi tingkat Jurusan Sosiologi, semuanya Ia raih dalam tahun 2018 ini.

Rani juga aktif dalam publikasi artikel ilmiah dibeberapa media, salah satunya di (Rakyatpos,09/02/18) dengan judul : Dibalik Euforia Pendidikan Indonesia.

Selain aktif di organisasi, tidak memutuskan niat Rani untuk bisa berprestasi sebagai Mahasiswa. Masih banyak prestasi dan pengalaman organisasi yang telah dilakukan oleh Rani. Nah untuk lebih lengkapnya silahkan baca di lampiran CV Rani Dian Sari di link berikut ini : CV Rani

Dibawah ini adalah hasil wawancara kami melalui WA beberapa waktu lalu, sebagai berikut :
Video wawancara dapat di lihat pada channel Youtube kami dibawah ini

Aktif dalam berbagai kegiatan, tentunya akan berpengaruh pada pola dan waktu yang kita manfaat dalam berinteraksi, nah bagaimana seorang Rani dapat mengatur waktu kuliah dan waktu organisasi yang Ia lakukan ?

Menurut Rani, menuturkan, bahwa saya biasa memprioritaskan, yang mana lebih penting didahulukan untuk dilakukan pada saat itu.

"Artinya kita selalu ada saat dibutuhkan pada kegiatan kampus maupun diluar kampus, tanpa mengesampingkan kewajiban kuliah," ungkap Rani.

Kemudian, bagaimana waktu belajar yang Rani terapkan, dengan aktif di organisasi, apakah mengurangi waktu belajar itu ?

"Saya biasa belajar mandiri di pagi hari, walaupun cuman sebentar, tapi jangan pernah meremahkan waktu dipagi hari untuk belajar mandiri, karena itu merupakan suatu cara untuk mengejar ketertinggalan ketika tidak hadir dikampus," tuturnya

Nah untuk tugas kuliah, saya biasa mengerjakannya di malam hari, walaupun aktif di organisasi, ya dengan manajemen waktu yang baik saya masih dengan IPK yang tinggi.

Rani, juga aktif menulis artikel ilmiah, 
lantas Bagaimana Rani memulai menulis artikel ilmiah ?

"Nah, untuk memulai menulis artikel, itu berawal dari melihat masalah-masalah sosial yang ada disekitar kita, ini sangat membutuhkan kepekaan individu dalam melihat permasalahan yang ada," pungkas Rani

Ia melanjutkan, selain kepekaan, juga dibutuhkan dorongan yang kuat untuk menulis, karena ketika tidak ada dorongan untuk menulis, sebanyak apapun permasalahan yang ada disekitar kita, itu tidak akan menjadi sebuah manfaat atau sebuah tulisan yang dapat kita bagikan ke orang lain.

"Artinya dorongan yang kuat untuk menulis harus dimiliki setiap individu, agar selalu belajar dalam memperbaiki tulisan maupun pemikiran," ajakannya

Nah, Rani kan aktif diberbagai kegiatan, tentunya pernah mendengar tentang informasi atau berita hoax yang beredar dalam lingkungan masyarakat.

Bagaimana tanggapan Rani mengenai berita hoax ?

"Berita bohong yang dianggap benar oleh sebagian masyarakat yang biasanya terebar di media sosial, itu terjadi karena masyarakat kita tidak memiliki budaya literasi," tuturnya

Akibatnya adalah masyarakat mudah percaya dengan berita-berita yang tidak diketahui kebenarannya. Itu terjadi karena, kebanyakan dari masyarakat kita, ketika mendapati berita hoax langsung men-share, tanpa menyaring lagi informasi yang bersangkutan, apakah benar atau tidaknya informasi itu.

Rani menyarankan, untuk dapat mengatasi berita hoax, yang pertama itu adalah dari individunya, bagaimana individu itu mampu menyaring atau menelusuri kembali mengenai berita-berita bohong.

"Untuk dapat melihat berita itu benar atau tidak, dapat melihat dari ciri-ciri informasinya, misalnya biasanya berita hoax berisi informasi yang provokasi atau menghasut, yang dapat menimbulkan perpecahan dalam masyarakat kita."

Nah, kemudian kita hidup di zaman masyarakat informasi, jadi salah satu cara mengatasi berita hoax itu dengan melalukan gerakan literasi media, sejenis kesadaran kritis.

"Artinya masyarakat itu harus memiliki kemampuan dalam memahami bentuk pencintraan media, dimana sekarang media dianggap sebagai suatu kebenaran," tutupnya.

"Masyarakat itu harus memiliki kemampuan dalam memahami bentuk pencintraan media, dimana sekarang media dianggap sebagai suatu kebenaran," kata Rani Mahasiswi Jurusan Sosiologi Universitas Bangka Belitung.

Ikuti Sosiologi Info di Google News, klik disini !