-->

Memahami Mortalitas, Faktor Penyebab, Contoh dan Hubungan Pembangunan Manusianya

Secara komprehensif memberikan pemahaman tentang mortalitas, faktor-faktor penyebab, contoh dan hubungannya terhadap pembangunan manusia di Indonesia.
Memahami Mortalitas, Faktor Penyebab, Contoh dan Hubungan Pembangunan Manusianya

Sosiologi Info - Apa sih yang kamu ketahui tentang kependudukan. Lantas apa saja objek kajiannya ? Nah artikel ini secara komprehensif akan memberikan pemahaman tentang mortalitas, faktor-faktor penyebab, contoh dan hubungannya terhadap pembangunan manusia di Indonesia. 

Apalagi dengan situasi pandemi Covid-19 sekarang ini. Tentunya akan memberikan pengaruh bagaimana kematian pasien akibat terpapar Covid-19 terhadap pembangunan manusia di Indonesia. Yuk Simak guys.

Penulis Artikel : Mahasiswa Sosiologi Universitas Trunojoyo Madura, Linda Puspita Sari

Memahami Pengertian Mortalitas sebagai Bagian dari Kajian Kependudukan di Indonesia

Salah satu objek kajian kependudukan adalah Mortalitas (angka kematian). Masalah Mortalitas menarik untuk dibahas. Pasalnya, Secara tidak langsung, Mortalitas sangat berkaitan dengan pembangunan manusia pada suatu negara. 

Indonesia merupakan salah satu negara yang menjadikan mortalitas sebagai indikator pembangunan manusianya. Sebagai salah satu komponen kependudukan, Mortalitas berpengaruh terhadap struktur penduduk. 

Kematian atau mortalitas merupakan salah satu dari tiga komponen proses demografi yang berpengaruh terhadap struktur penduduk, dua komponen yang lainnya adalah kelahiran (fertilitas) dan mobilitas penduduk (Mantra, 2000). 

Menurut Utomo (1985) kematian dapat diartikan sebagai peristiwa hilangnya semua tanda-tanda kehidupan secara permanen, yang bisa terjadi setiap saat setelah kelahiran hidup.

Menurut PBB dan WHO, kematian adalah hilangnya semua tanda-tanda kehidupan secara permanen yang bisa terjadi setiap saat setelah kelahiran hidup. Still Birth dan keguguran tidak termasuk dalam pengertian kematian.

Perubahan jumlah kematian (naik turunnya) di tiap daerah tidaklah sama, tergantung pada berbagai macam faktor keadaan. Ada dua jenis mortalitas yaitu Kematian dalam rahim (Intra Uterin), di luar rahim (Extra Uterin). Intra Uterin terbagi dalam beberapa fase. 

Kematian janin menjelang dan hingga 16 minggu (abortus). Immature yaitu kematian janin antara umur kandungan di atas 16 hingga 28 minggu. Di atas 28 minggu hingga lahir disebut premature.

Sementara untuk Extra Uterin dibedakan still birth yaitu kematian bayi yang cukup masanya. Neo Natal Death, kematian bayi sebelum usia satu bulan di bawah satu tahun. Post Neo Natal Death, kematian bayi setelah berumur satu bulan tetapi kurang dari satu tahun. 

Infant Mortality yaitu kematian setelah bayi lahir hidup hingga berumur kurang dari satu tahun. (Apta Devi N, 2019, Hubungan Preeklampsia Berat dan Peeklampsia Ringan Dengan Kejadian Asfiksia Pada Bayi Di RSUD Wonogiri tahun 2018).

Faktor-faktor yang mempengaruhi kematian dibagi menjadi dua yaitu:

Faktor langsung (faktor dari dalam), faktor tersebut antara lain dipengaruhi oleh beberapa variabel yaitu:

a. Umur

b. Jenis kelamin

c. Penyakit

d. Kecelakaan, kekerasan, bunuh diri.

Faktor tidak langsung (faktor dari luar), faktor tersebut antara lain dipengaruhi oleh beberapa

variabel yaitu:

a. Tekanan, baik psikis maupun fisik

b. Kedudukan dalam perkawinan

c. Kedudukan sosial-ekonomi

d. Tingkat pendidikan

e. Pekerjaan

f. Beban anak yang dilahirkan

g. Tempat tinggal dan lingkungan

h. Tingkat pencemaran lingkungan

i. Fasilitas kesehatan dan kemampuan mencegah penyakit

j. Politik dan bencana alam

Contoh Fenomena Sosial Hubungannya antara Pandemi Covid-19 dengan Mortalitas dan Pembangunan Manusia 

Seperti apa hubungan Covid 19, Mortalitas dan Pembangunan Manusia? Akan saya urai satu persatu. Mortalitas bisa terjadi karena beberapa faktor dan penyebab. Salah satu penyebab mortalitas saat ini adalah Virus Corona. 

Virus corona adalah virus yang mudah sekali menular dari satu individu ke individu yang lain. virus ini mematikan namun juga bisa disembuhkan. 

Masyarakat Indonesia diharapkan tidak perlu panik karena pasien covid-19 masih bisa disembuhkan meskipun angka mortalitas masih terbilang lebih tinggi dari pada pasien yang bisa di sembuhkan.

Virus ini pertama kali muncul pada tahun 2019 di negara china dan di awal 2020 virus ini sudah masuk ke Indonesia dan menyebabkan mortalitas yang terjadi. 

Virus corona bisa dicegah penularannya dengan tetap mematuhi protokol kesehatan yaitu. Menerapkan cuci tangan dengan sabun, memakai masker dan juga menjaga jarak atau phsycal distancing. 

Hal ini sangat dibutuhkan untuk mengurangi angka kematian atau mortalitas yang terjadi di seluruh dunia khususnya Indonesia. Semakin masyarakat lalai untuk mematuhi protokol kesehatan yang di tetapkan oleh pemerintah maka semakin banyak orang yang tertular virus corona ini.

Coronavirus ini merupakan virus yang menyerang sistem pernapasan. Penderita asma tidak memiliki kemungkinan besar terkena coronavirus daripada orang lain. 

Namun, coronavirus sama seperti virus pernapasan lainnya dapat membuat gejala asma yang dialami bertambah buruk serta berpotensi mengalami serangan asma yang mengancam nyawa.

Berapa pasien reaksi berlebihan dari sistem kekebalan tubuh yang dikenal sebagai badai sitokin menghasilkan tingkat sitokin yang tak terkendali.

Kemudian mengaktifkan lebih banyak sel kekebalan yang mengakibatkan hiperinflasi titik sel-sel kekebalan mulai menyerang jaringan jaringan yang sehat. 

Kebocoran pembuluh darah, tekanan darah turun, bentuk gumpalan, dan kegagalan organ katastropik yang terjadi titik ancaman yang baru teramati dari virus SARS-COV-2 yang menyebabkan.

Covid 19 adalah kecenderungan abnormal terhadap pembekuan darah gumpalan darah dapat pecah dan menyebar ke paru-paru menyumbat pembuluh darah vital emboli paru atau menumpuk di otak yang pada akhirnya menyebabkan stroke dan kematian. 

Virus corona ini adalah salah satu penyebab banyaknya mortalitas yang terjadi di seluruh dunia. khususnya Indonesia.

Total kasus kumulatif Covid-19 desember 2020 di dalam negeri saat ini sudah tembus angka 700 ribu orang. Hampir 82% dari total kasus tersebut sudah dinyatakan sembuh. Sebanyak 15% di antaranya masih menjalani isolasi mandiri maupun perawatan di berbagai fasilitas kesehatan yang ada. Jumlah korban meninggal mencapai 3% dari total kasus. 

Sekilas melihat angka kesembuhan di atas 80% dan kematian di bawah 5% memang membawa harapan. Apalagi sebelumnya Presiden Joko Widodo (Jokowi) sempat menyebut tingkat kesembuhan dan mortalitas di Indonesia lebih baik dari rata-rata global. 

Namun sesungguhnya semua itu tidak bisa dibanggakan karena ada fakta yang tak bisa dipungkiri. Kesadaran masyarakat untuk menerapkan protokol kesehatan 3M yang rendah, penanganan pandemi Covid-19 lewat 3T yang kendur sering membuat kasus harian baru Covid-19 cetak rekor.

Banyaknya pasien covid 19 dan minimnya tenaga medis untuk menangangi pasien tersebut adalah salah satu problematika yang terjadi saat ini. Tidak hanya pasien saja yang berisiko tinggi tenaga kesehatan seperti perawat dan dokter yang berjuang di lini paling depan pun memiliki risiko yang tak kalah tinggi.

Apabila para pejuang di lini terdepan ini tumbang, lantas siapa yang akan merawat puluhan ribu pasien Covid-19 yang saat ini memenuhi rumah sakit?. Jelas ini harus menjadi renungan bersama. 

Kesadaran bahwa nyawa adalah sebuah taruhan di dalam pandemi ini adalah kunci utama untuk melalui tragedi kemanusiaan masa ini. Angka kematian akibat Covid-19 masih cukup tinggi dan mengkhawatirkan.

Pandemi ini berdampak lebih luas daripada angka jumlah kematian positif Covid-19 setiap hari yang mungkin dipublikasikan setiap hari di berbagai negara sejak pandemi melanda. 

Pengaruh pandemi ini begitu besar bagi kondisi kesehatan masyarakat hingga dapat menimbulkan kematian yang seharusnya tidak terjadi bagi mereka yang tidak terpapar virus SARS-CoV-2.

Angka Kematian Akibat Covid-19 Tinggi, Dua Faktor Ini Jadi Penyebabnya

Tingginya tingkat kematian atau mortalitas Coronavirus ini diakibatkan oleh beberapa faktor, yaitu faktor individu dan faktor dari luar individu. 

Faktor individu meliputi usia, Secara biologis penduduk lansia akan mengalami proses penuaan yang ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik. Hal ini dapat menyebabkan tubuh lebih rentan terhadap penyakit tertentu. Separuh lansia Indonesia mengalami keluhan kesehatan dan persentasenya semakin meningkat seiring bertambahnya umur lansia. 

Riwayat penyakit menjadi salah satu faktor yang menyebabkan kematian. Penyakit bawaan yang dapat membahayakan apabila terjangkit Coronavirus ini seperti diabetes, ini merupakan salah satu penyakit kronis yang ditandai dengan tingginya kadar gula dalam darah. 

Selanjutnya, faktor dari luar individu yang menjadi penyebab tingginya angka kematian akibat Covid-19 di Indonesia meliputi fasilitas kesehatan kurang memadai, Rumah sakit yang telah ditunjuk sebagai RS Rujukan bagi pasien Covid-19 harus memenuhi fasilitas.

Misalnya seperti terdapat ruang isolasi, ICU, ruang perawatan, perlengkapan yang lengkap, dan terdapat standar ukuran ventilasi. 

Namun dalam faktanya terdapat beberapa rumah sakit yang masih belum memenuhi persyaratan tersebut. Jumlah alat bantu pernapasan atau ventilator pun masih minim. Hal ini tentu sangat mengkhawatirkan mengingat seluruh pasien suspect belum menjalani tes swab untuk memastikan apakah mereka positif terkena virus corona maupun negative.

Karena virus corona mudah sekali menular dari individu satu ke individu lain. maka angka masyarakat yang terinfeksi pun semakin meningkat menyebabkan banyaknya masyarakat yang mengalami kematian atau mortalitas.

Edukasi ke masyarakat perlu dilakukan terus-menerus. Apalagi dicurigai sekarang ini ada tren baru yang menular lebih cepat, agar masyarakat lebih bisa sensitif, lebih cepat mendeteksi melakukan penilaian kalau dia sudah gejala Covid-19 atau tidak.

Untuk menghindari mortalitas akibat covid-19 yang berkepanjangan masyarakat harus senantiasa mematuhi protokol kesehatan seperti mencuci tangan, menggunakan hand sanitizer, memakai masker, dan jaka jarak atau sosial distancing. 

Karena seperti yang kita tahu Risiko terburuk dari  wabah penyakit yang merebak adalah kematian massal. Semakin luas penyebaran pandemi, dan semakin panjang durasinya, tingkat kematian (mortalitas) yang diakibatkan semakin besar. Tak pelak lagi, pandemi Covid-19 yang oleh WHO disebut mulai mewabah secara global pada Maret 2020 itu memberi dampak lonjakan pada mortalitas masyarakat Indonesia. 

Apabila masyarakat tetap tidak patuh pada protokol kesehatan maka pandemi covid-19 tidak akan menemukan titik terang. Apabila pandemi covid-19 masih saja berkelanjutan maka kematian massal atau mortalitas sudah tidak bisa dihindari lagi. 

Selain menjalankan protokol kesehatan masih ada banyak sekali solusi untuk mengurangi tingkat mortalitas yang terjadi akibat covid-19 yaitu menguatkan peran puskesmas dan Rumah Sakit. 

Dalam hal ini, puskesmas memiliki peran yang strategis, yaitu mendidik masyarakat untuk menerapkan protokol kesehatan serta memaksimalkan 3 T (testing, tracing, treatment) sesuai dengan rekomendasi WHO. 

Indonesia dapat belajar dari India dengan mengerahkan kader kesehatan untuk membantu penelusuran kontak erat dan edukasi kepada masyarakat terkait penerapan protokol kesehatan. 

Puskesmas dapat digunakan sebagai tempat untuk penanganan awal seperti penanganan untuk pasien Orang Tanpa Gejala (OTG) sampai gejala ringan yang membutuhkan perawatan sehingga mengurangi pasien untuk dirujuk ke rumah sakit dan rumah sakit tidak penuh. 

Penguatan layanan kesehatan dasar melalui puskesmas dapat membantu secara efektif dalam menurunkan kasus aktif seperti yang dilakukan di negara Thailand dan Korea.

Selain itu, solusi untuk mengurangi mortalitas yang ada di Indonesia karena covid 19 adalah sosialisasi. Sosialisasi harus digencarkan dengan melibatkan seluruh elemen masyarakat. 

Perlu adanya penegakan hukum bagi masyarakat yang melanggar aturan kebijakan PPKM. Pemerintah juga harus melakukan pengawasan secara lebih ketat dengan melakukan pengecekan pada daerah- daerah yang menjadi episentrum penyebaran. 

Dalam hal ini, evaluasi kebijakan secara berkala sangat diperlukan. Solusi selanjutnya yaitu dengan mempercepat program vaksinasi. Vaksin terbukti dapat membantu risiko tingkat keparahan sehingga kematian akibat Covid-19 menurun.

Sumber referensi : 

Salma Matia Ilpaj, Nunung Nurwati. 2020. Analisis Pengaruh Tingkat Kematian Covid 19 Terhadap Kesehatan Mental Masyarakat Di Indonesia. Vol 3 No 1. Universitas Padjajaran

Faisal Nur Arafa Supandi, 2019, Pengaruh Covid 19 Terhadap Mortalitas Dan Ketenagakerjaan Di Indonesia, Jurnal Unpas, Universitas Padjajaran

Tuti Mardja Fuadi, Irdalisa. 2020. Covid-19 Antar Angka Kematian Dan Angka Kelahiran. Vol. 1 No. 3. Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka Jakarta

Sumber foto :

www.beritasatu.com

Ikuti Sosiologi Info di Google News, klik disini !