-->

Teori Sosiologi Komunikasi dan Contoh Fenomena Sosialnya

Teori Sosiologi Komunikasi dan Contoh Fenomena Sosialnya
Teori Sosiologi Komunikasi dan Contoh Fenomena Sosialnya

Sosiologi Info - Apa saja teori sosiologi komunikasi yang dapat digunakan untuk mengkaji atau menganalisa berbagai contoh fenomena sosial di masyarakat ?

Berikut ini teori sosiologi komunikasi yaitu meliputi teori evolusi sosial, teori konflik, teori perilaku, teori struktur, teori tindakan komunikatif,

Selanjutnya ada teori interaksi simbolik, teori tindakan, teori pertukaran sosial, teori konstruksi sosial, teori dramaturgi, teori organisasi diri, dan teori sosiologi fenomenologis.

Mau tahu lebih lengkapnya ? Simak dimawah ini pembahasan dan ulasannya beserta contoh fenomena sosial yang sekarang sedang terjadi yaitu Pandemi Covid-19. 

Sekilas Contoh Fenomena Sosial di Masyarakat

Apa saja contoh fenomena sosial yang ada di dalam kehidupan masyarakat sehari hari di lingkungan sekitar pada saat ini ?

Nah salah satunya berkaitan dengan fenomena mengenai adanya pandemi Virus, yaitu Corona virus  atau  lebih  dikenal  dengan  istilah COVID-19.

Virus ini adalah sebuah penyakit menular yang  pada mulanya terjadi di Wuhan, Tiongkok,  pada  bulan  Desember 2019.  

Namun kini pandemi covid-19 sudah menyebar bahkan diseluruh dunia (global). Bentuk tanggap dari pemerintah pun mulai bermunculuan seperti.

Halnya tindakan pencegahan berupa pembagian masker, mensosialisasikan membersihkan tangan dengan  hand sanitizer.

Hingga di munculkannya  oleh  pemerintah kebijakan-kebijakan dalam rangka mencegah meluasnya penyebaran covid-19.

Salah satu kebijakan yang diberlakukan oleh pemerintah ialah Social distancing  (Jarak Sosial) merupakan salah satu istilah yang digunakan.

Untuk  mencegah atau mengendalikan  penyebaran virus corona dengan membatasi setiap orang untuk mengunjungi tempat atau bahkan berkumpul dengan khalayak ramai.  

Selain itu konsep dari kebijakan ini diantaranya dimulai dari melakaukan aktivitas bekerja dari rumah (work from home).

Belajar  secara online bagi siswa sekolah dan mahasiswa, menunda pertemuan bahkan acara yang dihadiri oleh banyak orang.

Seminar dan rapat yang dapat dilakukan secara online melalui aplikasi seperti konferensi video atau teleconference.

Dan tidak mengunjungi orang sakit  melainkan cukup melalui telepon atau video call.

Menilik kondisi yang semakin memburuk pemerintah pun lagi-lagi mengeluarkan kebijakan  untuk menggantikan istilah social distancing.

Dengan physical distancing (Jarak Fisik) sebagai cara untuk menghindari lebih meluasnya  penyebaran virus corona. 

Pada dasarnya tidak ada perbedaan yang signifikan hanya saja terdapat perbedaan dalam hal istilah antara social distancing dengan physical distancing. 

Saya akan mulai dari istilah Social Distancing yang pada dasarnya merupakan cara bagaimana orang harus menjaga jarak setidaknya sekitar 2 meter dari orang lain.

Serta bagaimana meminimalisir adanya kontak fisik langsung dan juga membatasi adanya kegiatan-kegiatan seperti.

Beribadah pada tempat-tempat ibadah yang bilamana akan menyebabkan berkumpulnya orang banyak dll) atau kita istilahkan dengan pembatasan kegiatan sosial. 

Social distancing masih ada celah bagi orang lain untuk bertemu dan melakukan komunikasi secara langsung. 

Sedangkan Physical Distancing bisa juga dianggap sebagai bagian dari Social Distancing jika mengacu pada.

Bahasa Indonesia Physical Distancing dapat diartikan sebagai pembatasan fisik dengan padanan kata jaga jarak fisik. 

Organisasi kesehatan World Health Organization (WHO) telah menegaskan bahwa tindakan menjaga jarak fisik dan mengisolasi diri.

Akan sangat diperlukan untuk mengurangi penyebaran COVID-19 namun hal tersebut bukan berarti seseorang menjadi harus terisolasi dalam konteks sosial.

Pemerintah meminta agar masyarakat tetap melakukan interaksi sosial seperti biasanya. 

Namun untuk kali ini dengan menggunakan cara lain yang tidak memerlukan hadirnya fisik secara langsung. Misalnya memanfaatkan teknologi informasi dan menggunakan media sosial. 

Dengan begitu penggunaan dari makna Physical Distancing lebih tepat digunakan apabila dibandingkan dengan Social Distancing. 

Ditengah problem yang mengharuskan masyarakat membatasi diri dalam melakukan komunikasi secara langsung.

Maka saya akan mencoba untuk mengulik fenomena kebijakan pemerintah dalam perspektif sosiologi komunikasi. 

Yang bilamana kebijakan tersebut  dikeluarkan oleh pemerintah dalam rangka menekan laju penyebaran dari covid-19. 

Filsuf yang juga ahli komunikasi Jurgen Habermas menggunakan istilah komunikasi dalam teorinya tentang tindakan sosial. 

Hebermas menyebutnya dengan teori tindakan komunikatif. Yang bilamana teori ini menekankan komunikasi sebagai sebuah paradigma. 

Lalu apa saja teori teori sosiologi komunikasi yang bisa sobat pelajari untuk dapat menganlisa dan mengkaji fenomena sosial di masa Pandemi Covid-19 ?

Mari simak pembahasan dan ulasan dibawah ini dengan seksama agar dapat memahami topik diatas dengan cermat ya. 

Ada 12 Teori Sosiologi Komunikasi 

Memang banyak teori sosiologi komunikasi yang dapat kita jadikan rujukkan dalam menganalisis paparan diatas terkait dengan kebijakan Social Distancing diantaranya :

1. Teori Evolusi Sosial 

Teori ini melihat proses komunikasi sebagai bentuk dari interaksi antar manusia  yang mengalami evolusi. 

Lalu makna positif yang tersirat dari konsep kebijakan social distancing ataupun physical distancing adalah diterapkannya proses aktivitas.

Bahkan komunikasi melalui sosial media yang bilamana teknologi  menjadi senjata utamanya. 

Disini sudah jelas terjadi sebuah evolusi dari yang tadinya hanya bermodalkan manual apapun harus melalui tatap muka.

Ataupun menggunakan cara-cara tradisional sekarang sudah menuju ke arah otomatisasi dan mau tidak mau bahkan suka tidak suka.

Itulah sekiranya dampak positif yang ditimbulkan dari hadirnya covid-19 serta kebijakan yang telah diterapkan oleh pemerintah

2. Teori Konflik

Teori ini melihat komunikasi sebagai bagian yang mengandung kepentingan. 

Terjadinya pandemi covid-19 ini dapat saja menimbulkan konflik kepentingan dari para pemangku kekuasaan.

Untuk bagaimana dapat mengelabui rakyat dengan maksud-maksud tertentu contohnya pandemi covid-19 terjadi.

Bahkan hampir diseluruh penjuru dunia yang berujung pada kebijakan social distancing atau pengisolasian diri yang bilamana.

Dapat saja menjadi sebuah strategi yang dilakukan oleh para pemangku kepentingan dengan maksud ingin menguasai ekonomi global. 

Hal ini jika kita mencoba menggunakan teori konspirasi teori yang berusaha menjelaskan penyebab dari serangkaian peristiwa yang terjadi baik dalam lingkup sosial, politik, ekonomi.

3. Teori Perilaku

Teori ini melihat komunikasi sebagai suatu proses sosial yang ditentukan oleh unsur-unsur psikologis dan emosional. 

Pandemi covid-19 telah berdampak pada psikologis bahkan emosional masyarakat yang disebabkan oleh penyebaran arus informasi.

Yang di share melalui media-media komunikasi dalam hal ini berbagai jenis jejaring sosial media yang lagi-lagi berdampak pada timbulnya keresahan.

Atau kehawatiran dari para pengguna media komunikasi dalam hal ini masyarakat akan arus informasi yang beredar tanpa adanya penyaringan terlebih dahulu.

Selain tiga teori diatas, didalam teori sosiologi komunikasi sobat juga bisa mengenal beberapa teori sosiologi komunikasi dibawah ini yaitu sebagai berikut. 

4. Teori Struktur

5. Teori Tindakan Komunikatif,

6. Teori Interaksi Simbolik

7. Teori Tindakan

8. Teori Pertukaran Sosial

9. Teori Konstruksi Sosial

10 . Teori Dramaturgi

11. Teori Organisasi Diri

12. Teori Fenomenologis

Nah itulah pembahasan singkat diatas mengenai beberapa pilihan teori sosiologi komunikasi yang bisa digunakan untuk mengkaji fenomena sosial di masyarakat. 

Seperti halnya pernyataan yang sudah saya paparkan sebelumnya terkait dengan ulasan mengenai  sebuah  pandemi yang sempat menggegerkan hampir seluruh penjuru dunia. 

Ya covid-19 virus ini menjadi salah satu topik yang menghiasi isu-isu globalisasi saat ini. 

Pada dasarnya globalisasi merupakan suatu proses penyebaran unsur-unsur baru khususnya yang menyangkut arus informasi secara mendunia melalui media cetak maupun elektronik. 

Hanya dalam jangka waktu kurang lebih tiga bulan pandemi covid-19 telah berdampak luas ke berbagai Negara. 

Tidak hanya membuat infeksi berjuta-juta jiwa, pandemi  ini juga menyebabkan manusia serta barang tidak lagi bebas berlalu lalang mengelilingi dunia. 

Globalisasi serta perdagangan bebas yang selama ini menjadi pemompa ekonomi dunia seketika itu senyap. 

Globalisasi telah memberi jalan bagi virus ini untuk “berkembang biak” hingga melampaui batas-batas Negara. 

Setiap Negara harus  mengambil kebijakan untuk melakukan pencegahan terhadap penyebaran dari covid-19 ini. 

Menurut saya peran Negara dalam menangani penyebaran covid-19 seringkali menjadi sumber perdebatan dalam pembahasan mengenai globalisasi. 

Dikarenakan banyak yang berasumsi bahwa terjadinya pandemi ini disebabkan oleh adanya kepentingan-kepentingan tertentu.

Hadirnya pandemi covid-19 telah merusak tatanan globalisasi dan kita juga bisa merasakan  bagaimana kepanikan yang sedang melanda dunia saat ini. 

Akibat virus corona membuat terbatasnya pergerakan manusia serta untuk mencegah terjadinya penularan covid-19 berbagai Negara.

Kemudian memberlakukan kebijakan karantina dalam berbagai tingkatan. Kebijakan tersebut tidak ayal merugikan berbagai komponen masyarakat.

Bagi saya kebijakan yang telah diterapkan oleh setiap Negara sedikit tidak sudah cukup membantu memutuskan rantai dari penyebaran covid-19. 

Akan tetapi kebijakan itu tidak serta merta memiliki kesempurnaan secara keseluruhan sebab banyak dari berbagai kalangan masyarakat yang merasa dirugikan dari diberlakukannya kebijakan-kebijakan tersebut. 

Salah satunya penutupan sekolah, hal tersebut telah menimbulkan beberapa problem diantaranya akses dari kalangan siswa bahkan akademisi menjadi terhambat. 

Proses pembelajaran yang tadinya harus melalui tatap muka sekarang mau tidak mau harus menggunakan media sosial dan tentunya membutuhkan modal yang tidak sedikit.

Saya akui pemerintah tanggap dalam hal ini dengan konsep membagikan kuota gratis. Ya, akan tetapi lagi-lagi tidak semua kalangan dari siswa bahkan tingkatan akademisi memperolehnya. 

Sejak diberlakukannya social distancing telah memberi dampak bagi pendidikan. 

Menteri pendidikan dan kebudayaan Nadiem Makarim pun mendukung kebijakan pemerintah daerah untuk meliburkan sekolah karena adanya virus corona yang semakin menghawatirkan. 

Belum lagi ditambah dengan kondisi sosial ekonomi yang semakin menurun akibat dari adanya covid-19 serta akibat yang ditimbulkan dari kebijakan yang diberlakukan oleh pemerintah. 

Bagi saya hal itu telah menciptakan terjadinya perubahan yang begitu cepat salah satunya dalam bidang pendidikan. 

Apakah kita pernah berpikir tidak semua dari kalangan siswa ataupun  mahasiswa memiliki Hp dan 
Laptop untuk bisa mengikuti kuliah online lalu bisa mengirim tugas dengan paket kuota. 

Secara tidak langsung  hal tersebut telah memaksa orang untuk membeli Hp bahkan paket kuota untuk kelancaran berjalannya kuliah online.

Dan tanpa kita sadari tidak sedikit dari para orang tua harus memikirkan hutang disaat pandemi seperti sekarang.

Dari beberapa fenomena sosial diatas saya jadi ingat kata-kata Karl Marx mengenai perkembangan kapitalisme. 

Fenomena ini adalah salah satu contoh bagaimana kapitalisme itu selalu ada menyoroti berbagai aspek kehidupan baik politik, hukum, sosial, ekonomi, bahkan pendidikan. 

Dan Karl Marx pun memberi pandangannya, bahwa kapitalisme sebagai suatu sistem sosio-ekonomi yang dibangun untuk bagaimana mencapai keuntungan yang diperoleh dari proses produksi.

Demikianlah pembahasan dan penjelasan tentang Teori Sosiologi Komunikasi dan Contoh Fenomena Sosialnya di dalam kehidupan masyarakat. 

Penulis Artikel : Alumni Prodi Sosiologi, Universitas Hamzanwadi, Baiq Husnul Khotimah

Sumber rujukan Sosiologi.info : 

https://pakarkomunikasi.com/teori-sosiologi-komunikasi, diakses pada Rabu, 16 Maret 2022

Ikuti Sosiologi Info di Google News, klik disini !