-->

Presiden 2019 yang Terpilih adalah Wakil Allah, Saleh dan Leadership yang Baik

Pemilihan presiden 2019. Tentukan sikap dan pilihan untuk pemimpin yang saleh dan mempunyai leadership yang baik…mulai dari sekarang ya !
"Seorang pemimpin harus menyadari, bahwa ia berperan sebagai wakil Allah untuk mewujudkan kehidupan semesta yang beradab. Dasar pemahaman ini menjadi fatsun perilaku politik yang diartikulasikan melalui berbagai kebijakan berdimensi moral tinggi yang tentu saja selaras dengan aspirasi masyarakat". (Politik Untuk Kemanusian, 2014)

Seorang pemimpin harus menyadari, bahwa ia berperan sebagai wakil Allah untuk mewujudkan kehidupan semesta yang beradab. Dasar pemahaman ini menjadi fatsun perilaku politik yang diartikulasikan melalui berbagai kebijakan berdimensi moral tinggi yang tentu saja selaras dengan aspirasi masyarakat. (Politik Untuk Kemanusian, 2014) 

“Pemimpin yang kuat adalah pemimpin yang bisa mengambil keputusan tepat dalam hantaman manuver lawan politik, pemimpin kuat adalah pemimpin yang rakyatnya merasa terayomi. 

Apakah kita sudah memasuki tahapan kampanye untuk pemilihan umum, presiden dan wakil presiden? Dan ternyata ketika kami mencoba menelusuri di google, jadwal pemilu sudah ditentukan, tepatnya untuk tahapan kampanye yaitu 23 September 2018 – 13 April 2019 itu merupakan kampanye calon anggota DPR, DPD, DPRD serta calon presiden dan wakil presiden.  

Sumber : [Preview ##eye##] 

Tapi, kerasa sekarang ini sudah tahapan kampanye ya, lihat saja di sudut-sudut kota, dipersimpangan jalan, atau di media sosial, para politisi atau pendukung berkeliaran mengkampayekan jagoan mereka. 

Mungkin, tidak masalah bagi KPU dan Bawaslu, dan masyarakat pun tidak terlalu mempermasalahan hal itu, syukur deh…takutnya nanti saling serang dan memicu konflik diantara masyarakat, semoga saja tidak terjadi hal tersebut. 

Tapi kita tidak akan membahas itu lebih jauh, kita hanya fokus pada pemimpin yang saleh dan mempunyai jiwa leadership yang mumpuni. Kembali, kepada masalah pokok tulisan ini….emang masalah pokoknya apaan ? Berikut, uraiannya. 

Tulisan ini kami mengutip beberapa hal penting yang ada dalam buku yang di tulis oleh Tamsil Linrung yang cetakan edisi ke dua pada Januari 2014. 

Judul buku ini yaitu Politik Untuk Kemanusian Mainstream Baru Gerakan Politik Indonesia. Halaman 13 buku ini membahas tentang Pemimpin Kuat dan Saleh. 

Pada awal tulisan, Tentang kepemimpinan holistik-salah satu kajian menarik dan kerap menyeruak dari benak umat-mengisi ruang-ruang diskusi baik di situs berita, koran, televise, hingga di jejaring sosial adalah tentang manakah yang harus didahulukan : kesalehan seorang pemimpin atau kemampuan leadershipnya. 

Siapakah yang harus kita pilih di antara banyak kandidat : yang saleh saja atau tidak usah saleh yang penting bisa menata pasar, menjaga kebersihan dan menjamin keamanan bagi warga, memberi beasiswa dan jaminan kesehatan, serta mampu menciptakan iklim investasi. Jika ada pilihan ketiga : saleh dan memiliki kemampuan leadership yang mumpuni, tentu ini adalah pilihan yang ideal. 

Perilaku imitatif (tiruan) yang mempengaruhi beberapa masyarakat dalam hal perdebatan dan atau diskusi tentang sosok seorang pemimpin. Keluar dari kebiasaan atau meninggalkan orisinalitas demi menarik simpati-empati sehingga masyarakat menjadi bingung menilai wujud aslinya serupa apa. 

Misalnya pada saat momen ramadhan tiba-tiba kita menyaksikan banyak sekali orang yang berdandan, bahkan berubah menjadi seorang ustadz. Memang, hak setia orang untuk menampakan religiusutasnya kapanpun ia mau, tapi dalam konteks mejamin kepentingan publik, perilaku tersebut justru akan menggiring pada kebingunan, bahkan bisa jadi merupakan bentuk jebakan artifisial. 

Bermaksud menampilkan kesalehan yang tidak orisinal adalah awal dari sebuah pengkhianatan besar. Mengelabui masyarakat. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah di dalam kitabnya As-Siyaasah asy-Syar’iyyah ketika berbicara tentang kekuasaan (walayat) mengatakan bahwa sepatutnya kita mengetahui mana yang membawa maslahat dalam setiap kedudukan. 

Kekuasaan itu mempunyai dua asas yaitu kekuatan (al-quwwah). Allah Swt berfirman : Salah seorang dari kedua wanita itu berkata, “Ya bapakku, ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita) karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya.” (Q.s. al-Qashas [28] : 26). 

Memang untuk mendapatkan dan mencari pemimpin seperti ayat diatas bukanlah perkara yang mudah. Perlu proses yang harus kita amati dan melihat bagaimana pemimpin itu di mata masyarakat, dan pemimpin yang kuat. 

Pemimpin kuat adalah pemimpin yang memiliki rekam jejak (track record) yang baik. Pemimpin kuat adalah pemimpin yang bisa mengambil keputusan tepat dalam hantaman manuver lawan politik. Pemimpin kuat adalah pemimpin yang rakyatnya merasa terayomi. 

Orang-orang yang ia pimpin yakin melakukan pekerjaan-pekerjaan mereka karena pemimpinnya adalah sosok yang memiliki tanggung jawab tinggi. Adapun kepercayaan yang dimaksud dalam ayat diatas adalah tentang kekuatan moral, kriteria moralitas menjadi sangat penting kita wabah demoralisasi menjangkiti para pemimpin di negeri ini. 

Oleh karena itu, nilai-nilai keberagamaan yang juga kerap disandarkan sebagai parameter moralitas menjadi mutlak dimiliki oleh seorang pemimpin. Ya, kita butuh pemimpin saleh yang kesalehannya terbentuk secara otentik sehingga kita tidak kesulitan mengukur saleh atau tidaknya seorang hanya karena dia membalut dirinya dengan topeng pencitraan. 

Sultan Malik azh-Zhahir salah satu yang sederhana, tetapi dicintai rakyat karena kepemimpinannya yang kuat. Juga Umar bin Khattab r.a yang mampu menegakkan stabilitas politik dan bahkan ekspansi kekuasaan Islam yang gilang-gemilang di mas kepemimpinnya atau kemampuan leadership Umar bin Abdul Aziz walau periode kepemimpinannya terbilang singkat, tetapi bisa mewujudkan masyarakat yang sejahtera. 

Mereka adalah salah satu tokoh yang memiliki profil istimewa karena telah berhasil menjadi seorang pemimpin yang mampu menyelaraskan kesalehan dan kekuatan. Mereka bakti umat dalam bentuk pelayaan kepada manusia, yang selanjutnya sejarah mengenang mereka sebagai pemimpin-pemimpin yang terbilang ideal lagi bersahaja. 

Dengan demikian sebagai masyarakat yang mengingkan pemimpin yang bersahaja dan dekat kepada rakyat serta memperhatikan rakyat untuk mensejahteraan mereka. 

Seorang pemimpin yang mempunyai kesalehan dan mampu memimpin atau mempunyai leadership yang baik juga. Keduanya itu mempunyai tujuan untuk dapat mewujudkan integrasi sosial dan integrasi nasional. 

Pemimpin yang saleh dan jiwa leadership yang baik, merata dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat adalah citi-cita kita bersama, tanpa ada memihak yang akan menimbulkan disintegrasi (konflik).
Integrasi Sosial dan Integrasi Nasional. Indonesia adalah negara besar yang lahir dan dibangun dengan dasar kosensus berdasarkan kesatuan sosial, kesatuan berbagai kelompok masyarakat, kesatuan perjuangan, serta kesatuan tumpah darah.

Hal inilah yang memberika value/nilai tersendiri untuk Indonesia sebagai negara. Kemajemukkan yang sudah menjadi warisan ini harus dipelihara dengan baik, dengan cara menjada stabilitas sosial-politik masyarakat, ekonomi, dan lainnya. Itulah mengapa kita harus sadar dan pentingnya integrasi sosial. 

Secara umum integrasi sosial adalah sebagai kerja sama dari seluruh anggota masyarakat, mulai dari individu, keluarga dan masyarakat secara keseluruhan, sehingga menghasilkan persatuan-persatuan berupa consensus nilai-nilai yang dijunjung tinggi bersama. 

Integrasi sosial akan tercapai apabila individu-individu yang ada dalam satu masyarakat menjauhkan diri dari prasangka dan diskriminasi. Dengan demikian konflik-konflik yang bersangkutan dapat dihindari. Soekarno dan Hatta telah membuktikan diri sebagai pemimpin yang saleh dan mempunyai leadership yang baik. 

Terbukti bagaimana kedua tokoh ini membangun semangat para pemuda dan masyarakat Indonesia untuk memerdekaan bangsa Indonesia. Pada tanggal 28 Oktober 1928, pemuda Indonesia bersumpah untuk membela satu nusa, satu bangsa, dan satu bahasa, yaitu nusa (tanah air) Indonesia, bangsa Indonesia dan bahasa Indonesia. 

Inilah salah satu dorongan integrasi sosial masyarakat pada saat itu, karena pengaruh tokoh kepemimpinan Soekarno-Hatta. Dengan terwujudnya integrasi sosial, maka integrasi nasional pun dapat terwujud. Semangat nasionalisme yang membangkitkan perlawanan terhadap penjajahan bangsa Indonesia masa itu, baik dari Belanda, Jepang, dan penjajah lainnya. 

Ya, puncaknya pada 17 Agustus 1945 Indonesia memproklamasikan kemerdekaan bangsa dan negara Indonesia. (dengan proses yang panjang, akhirnya kita merdeka dari penjajahan kala itu). Sejauh ini, memang bangsa Indonesi sudah mempertahankan integrasi sosial dan nasional, memang masih ada pergolakan-pergolakan dibeberapa daerah, namun cukup kita berikan apresiasai kepada pemerintah yang telah menjalankan roda kepemerintahan dengan menjaga stabilitas sosial politik, dan stabilitas perekonomian dengan baik. 

Itulah yang membuat konflik tidak begitu terjadi dengan dahsyat. Semoga kita semua masyarakat Indonesia selalu menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia dengan baik. Dan terus berregenerasi kepada anak dan cucu kita kedepannya. 

Mempertahankan itu lebih berat, cukup Dilan saja…

Eksistensi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah harga mati yang harus terus digaungkan kepada masyarakat Indonesia. Masih ingat kasus yang terjadi setelah perang dunia II berbagai negara bermunculan, sebut saja di India yang mengalami perpecahan dan konflik, yang melahirkan Pakistan, begitu juga perpecahan Pakistan menghasilkan Bangladesh.

Perpecahan ini dipicu karena adanya problem yang tidak adilnya pemerintahan pada masa itu, ketidakadilan sosial, khusunya dalam kesenjangan ekonomi antar penduduk di kawasan Pakistan Barat dan penduduk di Pakistan Timur.

Wajar saja, karena pemerintah Pakistan lebih memprioritaskan pembangunan ekonomi di wilayah Pakistan Barat, sedangkan pembangunan di wilayah Pakistan Timur tidak digarap dengan sungguh-sungguh, wilayah itu cenderung dibiarkan dalam keterbelakangan.

Begitu juga di Indonesia, negara besar ini tidak hanya berada di daerah Jawa saja, namun ada juga di wilayah papua, sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan daerah lainnya, yang juga mesti mendapakan perlakuan yang sama, sesuai dengan nilai-nilai Pancasila bangsa Indonesia, yaitu sila kelima Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.

Jangan sampai daerah lain konflik gara-gara pembangunan yang tidak seimbang dan ini membuat pecah dan terbelahnya Indonesia menjadi negara kecil yang penuh konflik. Semoga itu tidak terjadi.

Oleh karena itu, dalam hal kepemimpinan wajar saja Indonesia perlu dan membutuhkan sosok pemimpin yang Saleh dan mempunyai Leadership yang mumpuni sehingga pembangunan dan stabilitas sosial-politik dan stabilitas ekonomi berjalan dengan baik.

Sudahkan kita menentukan pilihan pemimpin yang saleh dan mempunyai jiwa leadership yang baik tersebut, dengan tujuan agar pemimpin ini dapat mengayomi masyarakat, dan menjalankan sila-sila pancasila dengan bijak, terutama dalam kapasitas memberikan Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia, tanpa memandang mereka si a, si b, dan si c.

Pemilihan umum presiden dan wakil presiden di tahun 2019 mendatang adalah ajang untuk kita memilih pemimpin yang saleh dan mempunyai leadership yang baik, sehingga tetap dapat menjada stabilitas sosial-politik, stabilitas ekonomi, dan stabilitas di bidang lainnya.

Dengan cita-cita masyarakat yang sejahtera, aman, damai, tentram, dan selalu bersatu dalam persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia, yaitu NKRI harga mati bagi kita seluruh masyarakat Indonesia.

Begitu juga agar terwujudnya integrasi sosial dan nasional bangsa Indonesia yang terus berregenrasi dengan baik.

Tentukan sikap dan pilihan untuk pemimpin yang saleh dan mempunyai leadership yang baik…mulai dari sekarang ya !

Sumber refrensi :
Politik Untuk Kemanusian (Mainstream Baru Gerakan Politik Indoneisa) oleh Tamsil Linrung
Pengantar Sosiologi Politik oleh Rafael Raga Maran

Ikuti Sosiologi Info di Google News, klik disini !