-->

Pandemi Virus Corona dalam Perspektif Sosiologi Peter L Berger

Berikut ulasan menurut pandangan Peter L Berger dalam memandang pandemi corona virus (Covid-19) di Indonesia.
Pandemi Virus Corona dalam Perspektif Sosiologi Peter L Berger
Sosiologi Info - Pandemi wabah virus Corona (Covid-19) membangkitkan masyarakat untuk menerapkan budaya hidup bersih dan sehat. 

Dalam kajian Sosiologi, budaya dapat didefinisikan sebagai semua hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat. Berikut ulasan menurut pandangan Peter L Berger dalam memandang pandemi corona virus (Covid-19) di Indonesia.

Wabah Corona Virus (Covid-19). Tahun 2020 dunia digemparkan dengan wabah virus corona atau Covid-19, yang mulai muncul di Kota Wuhan, Tiongkok. Selang beberapa waktu, virus tersebut mulai menyebar ke berbagai negara.

Tidak hanya negara-negara di Asia seperti Jepang dan Korea Selatan, Covid-19 juga tersebar ke beberapa negara di Eropa dan Amerika, seperti Italia dan Amerika Serikat.

Tentunya, penyebaran wabah ini ditunjang oleh mobilitas manusia antar lintas negara yang tinggi. Bahkan pada akhirnya World Health Organization (WHO) menetapkan Covid-19 sebagai pandemi, yaitu situasi ketika populasi seluruh dunia berpotensi terjangkiti virus tersebut.

Sama halnya dengan negara-negara lain, seperti Tiongkok, Korea Selatan, dan Italia, Indonesia juga menjadi negara yang telah terpapar Covid-19.

Hal tersebut terhitung ketika Presiden Joko Widodo mengumumkan bahwa ada dua warga negara Indonesia yang positif terjangkit Covid-19.

Pada perkembangannya, jumlah kasus warga negara Indonesia yang terpapar virus tersebut kian bertambah, ada yang meninggal, dan ada yang berhasil disembuhkan.

Dikutip dari Kompas.com, penyebaran wabah virus Covid-19 terus bertambah, secara global. Data real time Covid-19 Global Cases by The CSSE at Johns Hopkins University, tercatat ada 662.073 kasus hingga Minggu (Pagi), 29 Maret 2020. Ada 139.426 orang yang dilaporkan sembuh, sementara untuk jumlah korban meninggal mencapai 30.780 jiwa. (Sumber : Klik)

Lalu, bagaimana perkembangan Covid-19 di Indonesia ? Masih dari Kompas.com, Achmad Yunrianto sebagai juru bicara pemerintah untuk penanganan wabah corono, menyebutkan bahwa hingga Minggu (Siang), 29 Maret 2020, jumlah kasus positif Covid-19 bertambah 130 orang.

Penambah itu, membuat total ada 1.285 kasus Covid-19 di Indonesia. "Ada penambahan kasus baru positif sebanyak 130 orang, sehingga jumlah sekarang menjadi 1.285 (kasus)," ungkap Yurianto di Gedung Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Minggu, (29/3). (Sumber : Klik)

Dengan semakin bertambahnya jumlah kasus yang ada di Indonesia membuat masyarakat menanggapi kasus wabah ini beragam, mulai dari yang santai, biasa saja, serius, bahkan sampai panik.

Pemerintah Indonesia terus berupaya untuk dapat menanggulangi wabah Covid-19 ini melalui berbagai macam kebijakan, mulai dari menyiapkan rumah sakit, menyiapkan tenaga medis, stabilisasi ekonomi, physical distancing atau jaga jarak, sosialisasi pencegahan virus, serta edukasi mengenai budaya Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

Terdapat banyak anjuran dan himbauan bagi masyarakat guna mencegah tertular Covid-19, salah satunya adalah mengenai penggalakan budaya PHBS.

Dikutip dari website Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Kementerian Kesehatan, indikator PHBS dapat berwujud rajin cuci tangan dengan sabun, penggunaan air bersih, konsumsi buah dan sayur, tidak merokok, serta melakukan aktivitas fisik setiap hari.

Pandemi Covid-19 dapat menjadi momentum yang tepat guna membudayakan PHBS. Dengan adanya wabah ini membuat masyarakat akan sadar terhadap kebersihan, pola hidup sehat, dan berbagai upaya yang dilakukan dalam pencegahan Covid-19.
Pandemi Virus Corona dalam Perspektif Sosiologi Peter L Berger
PHBS sebagai Budaya. Dalam kajian Sosiologi, budaya dapat didefinisikan sebagai semua hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat. Budaya dapat diklasifikasikan menjadi tiga wujud, yaitu berupa ide/gagasan, aktivitas, dan benda.
PHBS dapat digolongkan ke dalam wujud aktivitas atau tindakan yang berpola dalam masyarakat. Jika budaya PHBS terus disosialisasi serta diinternalisasikan secara masif, maka akan tercipta satu sistem sosial masyarakat yang dilandasi oleh budaya PHBS itu sendiri.

PHBS yang telah membudaya dan terinternalisasi dengan kuat di kalangan masyarakat, dapat mencegah  potensi munculnya wabah penyakit di masa depan-pasca Covid-19. Kalaupun dunia kembali diguncang oleh wabah penyakit, maka masyarakat tidak akan kaget maupun panik.

Proses Pembentukan Budaya PHBS. Manusia dan budaya merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, dimana budaya merupakan produk dari buah pikir manusia.

Manusia sendiri merupakan produk dari konstruksi budaya yang ada. Maka dari itu, PHBS tidak hanya menjadi produk masyarakat, melainkan masyarakat juga dapat menjadi produk dari kontruksi budaya PHBS.

Proses atau tahap terbentuknya konstruksi budaya PHBS, dapat dianalisis menggunakan perspektif Peter Ludwig Berger mengenai konsep Tahap Konstruksi Realitas sosial dalam teori Fenomenologi-nya.

Menurut Berger, budaya sebagai perwujudan dari realitas sosial dapat terbentuk atau terkonstruksikan melalui tiga tahap.

Pertama, internalisasi. Tahap ini merupakan proses penyerapan nilai-nilai oleh individu terhadap realitas eksternalnya, baik itu berbentuk aturan maupun budaya.

Dalam konteks PHBS, proses sosialisasi dan edukasi mengenai nilai-nilai PHBS yang dilakukan baik oleh Kementerian Kesehatan, dokter, aktivis kesehatan, bahkan Presiden sekalipun, akan diserap oleh masyarakat sebagai sebuah upaya untuk mencegah penularan Covid-19.

Kedua, eksternalisasi. Tahap ini merupakan proses pengekspresian atau pencurahan nilai-nilai yang ada di dalam diri individu.

Pengekspresian atau pencurahan ini dapat berupa tindakan maupun perilaku. Dalam konteks PHBS, nilai-nilai PHBS yang telah diinternalisasikan di tahap pertama, kemudian akan di praktikan di kehidupan sehari-hari.

Misalnya, dengan rajin cuci tangan dengan sabun, makan buah dan sayur, tidak merokok, dan lain-lain.

Ketiga, objektivasi. Tahap ini merupkan proses ketika aktivitas individu terlembagakan menjadi sebuah realitas objektif.

Perwujudan dari realitas objektif ini salah satunya adalah budaya atau kebudayaan. Dalam konteks PHBS, proses internalisasi dan eksternalisasi mengenai PHBS pada akhirnya akan terlembagakan sehingga menghasilkan budaya PHBS di kalangan masyarakat.

Tahap konstruksi realitas sosial ini tidak bersifat liniear, artinya tidak berhenti di tahap objektivasi, dimana PHBS telah terlembagakan menjadi sebuah budaya.

Ketiga tahap tersebut akan berputar seperti sebuah siklus, dimana objektivasi akan kembali terinternalisasikan, kemudian internalisasi tersebut akan kembali tereksternalisasikan, dan pada akhirnya akan kembali ke tahap objektivasi.

Karakteristik atau sifat inilah yang akan melanggengkan suatu budaya, salah satunya adalah PHBS.

Jika PHBS telah menjadi budaya yang mengakar dan hidup di keseharian masyarakat, maka pencegahan terhadap wabah penyakit tertentu akan berjalan lebih maksimal.

Merebaknya Covid-19 dapat dijadikan momentum guna mengkonstruksikan, membangkitkan, serta membumikan budaya PHBS di kalangan masyarakat. Jadilah pahlawan kemanusiaan dimulai dengan membudayakan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
Penulis :
Dimas Wira Adiatama
Mahasiswa Pendidikan Sosiologi, Universitas Negeri Jakarta

Media Sosial :
IG @dimas_yesyesyes
FB Dimas Yesyesyes

Sumber Foto : Peter L Berger

1 komentar

  1. Unknown
    👋👋

Ikuti Sosiologi Info di Google News, klik disini !