-->

Contoh Otoritas Kharismatik yang Dimiliki UAS, Akankah Pengaruhi Pemilih ?

Nah, yuk kita bahas dengan menggunakan pendekatan pemikiran Weber tentang otoritas atau dimense kekuasaan yaitu otoritas kharismatik. Yuk Baca !

Contoh Otoritas Kharismatik yang Dimiliki UAS, Akankah Pengaruhi Pemilih ?

Sosiologi Info - Pilkada Serentak 2020 tingal enam hari lagi, yaitu pelaksanaan pencoblosan tepat pada Rabu, 9 Desember 2020. 

Ulama besar seperti Ustaz Abdul Somad (UAS) memberikan dukungan kepada beberapa calon yang bertarung, lalu bagaimana pengaruh otoritas kharismatik UAS dalam memberikan suara dukungan kepada Paslon ?

Nah, yuk kita bahas dengan menggunakan pendekatan pemikiran Weber tentang otoritas atau dimense kekuasaan yaitu otoritas kharismatik. Yuk Baca !

Sekilas Profil Ustaz Abdul Somad. Ustaz Prof. H. Abdul Somad Batubara, Lc., D.E.S.A., Ph.D., Datuk Seri Ulama Setia Negara, atau lebih dikenal dengan Ustaz Abdul Somad.

Ustaz Abdul Somad atau disering orang menyebut UAS menjadi sosok ulama yang disukai oleh masyarakat Indonesia. UAS adalah seorang pendakwah dan ulama Indonesia berdarah Batak yang sering mengulas berbagai macam persoalan agama, khususnya kajian ilmu hadis dan ilmu fikih. 

UAS adalah sosok ulama yang mempunyai kharismatik dengan jumlah pengikut yang banyak. Nah, dalam Pilkada Serentak di Indonesia 2020 ini, UAS sebagai ulama memberikan dukungan politiknya kepada beberapa calon yang berkompetisi. 

Nah saya tidak akan mengulas secara mendalam siapa-siapa saja calon kepala daerah yang turut didukung oleh UAS, silahkan mencari secara mandiri yah.

Karena pada artikel singkat ini saya hanya akan membahas mengenai otoritas kharismatik yang dipancarkan oleh UAS, tetap menggunakan pendekatan pemikiran dari Max Weber.

Tiga Sumber Legitimasi/Otoritas Kekuasaan. Weber mengatakan bahwa ideal tipe sumber dominasi atau otoritas kekuasaan itu ada tiga sumber, yaitu bersumber dari tradisi, kharisma, dan legal rasional atau instrumen rasional, berikut penjelasannya :

Tipe-Tipe Otoritas Max Weber 

Dimensi Otoritas Tradisional merupakan suatu bentuk wewenang atau otoritas yang berlandaskan pada kesakralan tradisi tertentu, yang dapat menyebabkan seseorang patuh atas peraturan yang dibuat oleh pihak pemegang otoritas. 

Otoritas ini sebuah legitimasi kekuasaan yang digunakan oleh pewarisan dari masa lampau, dan masih dianggap penting dan berlaku sampai sekarang.

Tipe otoritas jenis ini biasanya diterapkan oleh kepala suku, kepala keluarga, dan kaum aristokrat feodal.

Menurut Weber, otoritas tradisional ini adalah bentuk ketidaksetaraan dalam masyarakat pra-modern yang mana diciptakan dan dipelihara, meskipun hasilnya tidak rasional.

Dimensi Otoritas Kharismatik merupakan merupakan otoritas yang dimana terkait dengan adanya kesetiaan masyarakat terhadap sosok yang memiliki sifat-sifat luar biasa.

Otoritas ini juga yang memiliki magnet kekuatan, dan dapat memberikan pengaruh kepada masyarakat.
Dasar bagi otoritas karismatik dengan adanya pengakuan atau penerimaan masyarakat terhadap kualitas diri orang tersebut seperti sikap heroik ataupun spiritual yang tinggi. 

Tipe otoritas jenis ini biasanya dimiliki, seperti kepahlawanan, figur/tokoh publik, pemimpin revolusi, nabi, prajurit atau pejuang dan lainnya.

Memang pada otoritas ini memiliki kepercayaan khusus yang didukung oleh pengikutnya dalam rangka melegitimasi otoritas dengan memperlihatkan kinerja kepemimpinan.

Dimensi Otoritas Legal Rasional merupakan otoritas yang diberikan kepada seseorang atau kelompok karena terdapat peraturan yang sah untuk mendapatkan posisi tersebut. 

Pada otoritas jenis ini mengutamakan birokrasi yang memiliki struktur pemerintahan yang di dalamnya terdapat peraturan yang mengatur anggotanya. 

Jenis otoritas ini menjadi bentuk pelaksanaan otoritas yang unggul dibandingkan otoritas sebelumnya.
Tipe otoritas jenis ini biasanya dimiliki oleh para birokrat, menteri di pemerintahan, dan lainnya.

Nah itulah penjelasan singkat mengenai dimensi otoritas kekuasaan menurut Weber. Dalam pandangan Weber ada kekuasaan dan otoritas memiliki makna yang berbeda.

Max Weber mendefinisikan kekuasaan sebagai kecenderungan seseorang untuk berperilaku sesuai kehendaknya. 

Gejala itu bersifat alamiah, karena pada dasarnya manusia sebagai makhluk sosial tidak lepas akan kepentingan dirinya sendiri terhadap orang lain.

Konsep kekuasaan dan otoritas dalam pandangan Weber adalah timbul adanya perbedaan makna, meskipun tujuannya sama. 

Kekuasaan dimaknai sebagai kekuatan atau paksaan, sedangkan otoritas berkaitan dengan proses pengambilan keputusan dan tidak berkaitan dengan kekuatan.

Memang, pada saat itu kondisi kehidupan sosial Weber di abad 19 dengan pesatnya pertumbuhan kapitalisme modern, menyebabkan adanya situasi perubahan sosial masyarakat.

Seperti perkembangan pesatnya teknologi, ilmu pengetahuan, dan pabrik industri. Weber tertarik untuk meneliti objek kajian fenomena sosial terhadap perubahan masyarakat pada saat itu, begitu juga adanya pengaruh pada otoritas atau dimensi kekuasaan.

Nah itulah sekilas gambaran bagaimana otoritas yang dimiliki seseorang dapat memberikan pengaruh kepada masyarakat luas.


Otoritas Kharismatik. Sebagai seorang ulama yang banyak disukai oleh masyarakat di Indonesia, UAS memiliki kharisma tersendiri. Baik bagaimana cara-cara dalam menyampaikan dakwah, ceramah, serta nasihat-nasihat kepada masyarakat.

UAS punya magnet sendiri, sebagai keistimewaan yang mendapatkan pengakuan oleh masyarakat dalam bidang spritual keagamaan yang sudah melekat pada sosok UAS.

Pada Pilkada Serentak 2020 ini, yang hanya hitungan hari yaitu pelaksanaan pada Rabu, 9 Desember 2020, UAS memberikan dukungan kepada beberapa calon yang ikut berkompetisi.

Ketokohan yang dimiliki oleh UAS yang menyatakan dukungannya kepada salah satu calon tersebut, apakah ini akan memberikan dampak signifikan terhadap suara pemilih masing-masing calon kepada daerah yang didukung oleh UAS ?

Apakah otoritas kharismatik yang dimiliki UAS dapat memberikan suara pemenang bagi para calon kepala daerah ?

Cukup menarik untuk kita nanti, bagaimana suara pemilih akan menentukan pilihannya, apakah akan mengikuti sosok UAS sebagai ulama atau tokoh agama, mari kita sama-sama menantikan.

Siapa saja kah calon kepala daerah yang akan menang pada Pilkada Serentak 2020 yang mendapat dukungan dari UAS.

Sumber Referensi : 1

Ikuti Sosiologi Info di Google News, klik disini !