-->

Cara Membangun Nasionalisme Menurut Benedict Anderson

Mata pelajaran mungkin bisa menjadi alternatif untuk memberikan pemahaman konsep nasionalisme. Menurut seorang filsuf, Benedict Anderson.
Cara Membangun Nasionalisme, Menurut Benedict Anderson : Proyek Bersama Tanpa Diskriminasi Etnis

Sosiologi Info - Bagaimana cara membangun nasionalisme pada generasi muda ? Melalui dunia pendidikan, dalam mata pelajaran mungkin bisa menjadi alternatif untuk memberikan pemahaman konsep nasionalisme. 

Menurut seorang filsuf, Benedict Anderson, nasionalisme merupakan proyek bersama yang di dalamnya tidak adanya diskriminasi terhadap etnis yang satu dengan lainnya. Berikut ulasannya.

Penulis Artikel : Rafly Caesario | Mahasiswa Sosiologi Universitas Indonesia (UI)

Memahami konsep nasionalisme

Apa sih yang kamu ketahui tentang pengeritan dari nasionalisme ? Nah, dikutip dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), nasionalisme merupakan paham atau ajaran untuk mencintai bangsa dan negara sendiri. 

Sifat kenasionalan makin menjiwai bangsa Indonesia. Kedua, kesadaran keanggotaan dalam suatu bangsa yang secara potensial atau aktual bersama-sama mencapai, mempertahankan, dan mengabadikan identitas, integritas, kemakmuran dan kekuatan bangsa itu, semangat kebangsaan. 

Para pendiri bangsa ini sudah memikirkan kedepan bagaimana negara ini menjadi kuat, tangguh, dan mempunyai serta menjalankan ajaran nilai-nilai kebaikan melalui nasionalisme. 

Kalau kita lihat, pemahaman konsep nasionalisme yang dianut para pendiri bangsa ini berasal dari pemikiran Ernest Renant dan Otto Van Bauer. Dimana mereka mengatakan bahwa terdapat dua syarat utama terbentuknya sebuah negara/bangsa. 

Pertama, adanya kesamaan riwayat sejarah

Kedua, adanya keinginan untuk bersatu

Pemahaman konsep nasionalisme diatas pada saat sekarang memang menjadi tantangan tersendiri.  Bagaimana tidak, kenyataannya saat sekarang, generasi muda tentu tidak mau dan tidak ingin merasakan atmosfer zaman dulu. 

Kenyataannya, sekarang generasi muda ingin menjalankan nasionalismenya sendiri, sesuai dengan perkembangan zaman. Begitu juga pada generasi selanjutnya, ia tidak akan ingin melanjutkan konsep nasionalisme yang terdulu. 

Terbukti, memang, bagaimana fakta-fakta sejarah, fakta pembelajaran sejarah yang seharusnya bisa menjadi pondasi dasar dalam menjalankan nilai-nilai nasionalisme pupus, atau terputus. Bahkan menjadi terlupakan ajaran nasionalisme tersebut. 

Kemudian, perkembangan konsep nasionalisme muncul baru. Ini dirumuskan oleh Benedict Anderson. Ia menyebut, bangsa adalah sebuah imagined communities. Artinya suatu kelompok atau komunitas yang hanya dapat dibayangkan saja. 

Apa yang disampaikan oleh sosok filsuf Benedict Anderson, mengandung makna yang masih menjadi polemik atau bias. Ya memang sih, kalau kita bayangkan seorang warga negara di Indonesia, tidak akan mungkin mengenal setiap anggota warga negara. 

Apalagi Indonesia yang tersebar dari sabang sampai merauke, dan terdiri atas pulau-pulau kecil yang jumlahnya ribuan. Tentunya, kita tidak bisa mengenal dan bertemu langsung. Nah, apakah dengan ini Benedict Anderson yang menyebut bangsa hanya sebagai komunitas dibayangan saja.

Lantas, bagaimana dewasa ini cara untuk mencari solusi untuk itu ? Nah, kita bisa memanfaatkan kemajuan teknologi seperti adanya media sosial yang bisa terhubung dengan siapapun, dimanapun dan kapan pun. 

Ya memang sih hanya dalam bingkai dunia maya, tetapi setidaknya  bisa menjadi cara untuk mengenal dan menjalankan bagaimana bisa menerapkan nilai-nilai nasionalisme itu. 

Atau bisa juga kita menyaksikan aktifitas seseorang di media sosial yang ada melaksanakan nilai nasionalisme itu. 

Kita juga bisa menyimak dan memahami apa yang dijelaskan oleh W E B Dubois yang menyebut bangsa adalah kumpulan manusia dengan memiliki ciri fisik dan karakter khas yang sama. Termasuk dalam hal budaya, bahasa, adat istiadatnya. 

Lalu bagaimana nasionalisme seharusnya dapat terbentuk dan terus menjadi pola-pola pemeliharaan pada dunia pendidikan, mungkin kah terjadi ? 

Peran Pendidikan dalam Merangsang Nasionalisme Generasi Muda Melalui Mata Pelajaran

Akhir April lalu kita mendengar isu bahwa Pendidikan Kewarganegaraan dan Bahasa Indonesia dihapus dari kurikulum pendidikan Indonesia. 

Hal ini membuat para guru serta tokoh masyarakat dalam dunia pendidikan menolak rencana tersebut. Kalau kita telusuri lebih lanjut sebenarnya isu tersebut hanyalah kesalahpahaman saja. 

Nadiem Makarim selaku menteri penidikan telah menegaskan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan dan Bahasa Indonesia tidak akan dihapus dari kurikulum pendidikan Indonesia. 

Namun, kita bisa melihat disini bahwa komunikasi publik dari pemerintah kepada masyarakat masih menjadi persoalan yang terus menerus terulang. 

Hal ini dimana masyarakat seringkali salah mengartikan kebijakan yang dikeluarkan pemerintah akibat komunikasi publik yang buruk.

Setelah kita tahu tentang isu di atas, kita mungkin akan mengingat bahwa kedua pelajaran baik Pendidikan Kewarganegaraan (PKN) dan Bahasa Indonesia erat kaitannya dengan pendorong rasa nasionalisme pada diri generasi muda. 

Seperti yang diketahui bahwa genarasi muda saat ini memang tidak terlihat perwujudan mereka dalam nasionalisme terhadap bangsanya.

Sikap generasi muda yang individualis seringkali disalahartikan bahwa mereka tidak akan mampu untuk memiliki rasa nasionalisme. 

Hal ini sebenarnya telah terjadi dimana generasi muda lebih menyukai produk-produk luar negeri ataupun tidak terlibat dalam pelestarian budaya bangsa yang pada akhirnya mematikan rasa nasionalisme. 

Namun, kita tidak boleh memandang suatu permasalahan hanya pada satu sisi saja. Masih banyak generasi muda yang membanggakan negaranya di ajang kompetisi olahraga, sains, ataupun e-sport. 

Untuk lebih menanamkan serta mempertahankan rasa nasionalisme, generasi muda hanya perlu pendidikan yang merangsang mereka agar rasa nasionalisme itu tetap bertahan pada jiwa mereka. 

Pendidikan yang dimaksud misalnya seperti pendidikan multikulturalisme ataupun pendidikan sejarah Indonesia yang pada praktik pembelajarannya berfokus pada aktivitas-aktivitas ringan yang penuh makna. 

Benedict Anderson Nasionalisme Itu Proyek Bersama

Hal tersebut dapat dilakukan dengan melakukan refleksi mengenai apa itu bangsa Indonesia, mengapa harus ada toleransi, mengapa bangsa Indonesia harus dibela, dan mengapa pahlawan bangsa harus dikenang jasanya. 

Hal ini tentunya penting untuk menumbuhkan rasa nasionalisme karena selama ini pendidikan yang ada hanya seperti instrumen kaku yang memuat tugas-tugas sekolah demi mendapatkan nilai bagus saja.

Seperti apa yang dikatakan oleh seorang filsuf, sejarawan, Benedict Anderson bahwa nasionalisme merupakan proyek bersama yang di dalamnya tidak adanya diskriminasi terhadap etnis yang satu dengan lainnya. 

Proyek bersama tersebut berkaitan dengan perjuangan untuk mempertahankan nasionalisme yang telah ada sejak dulu. 

Sesuai dengan era saat ini, pemerintah harus mengambil peran lebih jauh lagi untuk mempertahankan rasa nasionalisme pada generasi muda khususnya dalam bidang pendidikan. 

Dengan pendidikan nasionalisme yang baik dan memperhatikan pentingnya refleksi mengenai arti penting bangsa Indonesia diharapkan dapat membuat generasi muda bisa mempertahankan semangat nasionalisme yang telah ada sejak pra-kemerdekaan. 

Sumber referensi : 

Nasionalisme dalam Gempuran Kosmopolitanisme Globalisasi oleh Wahyu Budi Nugroho | Sosiologi Universitas Udayana, diakse pada 12 Juni 2021

Sumber foto : Pixbay.com

Ikuti Sosiologi Info di Google News, klik disini !