-->

Kisah Nyata, Ini Cerita Mahasiswa Pendidikan Sosiologi Berjuang Menjadi Guru

Nah simak kisah nyata dari cerita belajar mahasiswa pendidikan sosiologi yang satu ini. Kisah yang ia perjuangkan untuk menjadi guru. Yuk baca guys !
Kisah Nyata, Ini Cerita Mahasiswa Pendidikan Sosiologi Berjuang Menjadi Guru

Sosiologi Info - Enak ya jadi mahasiswa itu, bisa santai, bisa rebahan dong. Itu pastinya, diawal semester. Tapi, tak selamanya kamu bakal menjadi mahasiswa rebahan, kok gitu ? 

Nah simak kisah nyata dari cerita belajar mahasiswa pendidikan sosiologi yang satu ini. Kisah yang ia perjuangkan untuk menjadi guru. Yuk baca guys !

Penulis : Suci Kurnia Putri | Mahasiswa Universitas Negeri Padang (UNP) Prodi/Jurusan Pendidikan Sosiologi Antropologi 

Mahasiswa Rebahan yang Bangkit di Semester Enam, Perjuangan Keras !

Tidak pernah terbayangkan sudah mencapai pada tahap ini. Perasaan baru kemarin didoktrin oleh senior untuk menjadi manusia penurut menurut versinya. 

Menjadi mahasiswa yang suka rebahan tetapi menginginkan perubahan adalah salah satu motto hidup yang digenggam sampai saat ini atau kalau kata anak gaul zaman sekarang life for santuy. 

Menjalani hari-hari dengan suka maupun duka disetiap langkah guna mencapai pada tahap ini adalah kepuasaan tersendiri yang wajib untuk disyukuri. 

Setiap fase semester mempunyai kesan yang berbeda yang membuat hidup ini seakan berwarna. Terjadi dinamika di setiap fase tersebut dan mempunyai umpatan-umpatan yang bagus untuk dikenang hingga akhir pengelanaan. 

Tapi, sekarang tibalah pada penghujung dari fase tersebut yang membuat hidup menjadi meresahkan untuk dirayakan. Fase ke-5 selalu mengumpat dengan kata “semester ini sangatlah berat.” 

Namun, hal tersebut tidaklah benar adanya. Nyatanya, pada fase ke-6 ini hidup sangatlah membanggongkan kalau kata anak zaman sekarang.

Tidak perlu panjang lebar untuk menceritakan fase-fase sebelumnya. Fase sebelumnya sangat nikmat untuk dirayakan. 

Bertemu setiap hari dengan sahabat, teman, dan juga cuci mata untuk melihat ciptaan Tuhan yang aduhai untuk tidak dilewatkan. 

Seakan-akan semuanya adalah nikmat saat berada dibangku perkuliahan. Hingga saat ini tibalah di fase yang kata orang ingin menikah saja daripada menjalani fase ini. 

Ya, fase ini disebut semester 6. Fase ini membuat gairah hidup tidak menjadi gairah tetapi menjadi aisudahlah. Berada di situasi yang tidak tepat untuk mengeluh karena hanya mengeluh via online saja. 

Tidak ada sahabat, teman atau siapapun tadi untuk merangkul kita dalam fase ini. Semuanya sibuk dengan problematika kehidupan masing-masing. 

Hingga terjadilah umpatan-umpatan seru yang patut untuk dituliskan menjadi kenangan agar pada fase selanjutnya kita tidak merasakan yang namanya kesepian, sebab kesepian dapat membunuh seseorang.

Halo sobat literasi semua, perkenalkan nama Aku Suci Kurnia Putri. Aku sendiri adalah mahasiswa jurusan Pendidikan Sosiologi Antropologi yang tengah berkuliah di Universitas Negeri Padang. 

Aku merupakan mahasiswa yang masuk pada tahun 2018 dan saat ini tentunya sudah melewati 6 semester lamanya. Pada kali ini Aku akan menceritakan sedikit pengalaman yang aku rasakan saat perkuliahan online. 

Karena menurutku, sangat disayangkan untuk tidak menuliskan pengalaman ini ataupun kita bisa berbagi pengalaman. 

Hal ini juga dibarengi dengan salah satu kata penulis yang Aku sukai yakni Bapak Pramoedya Ananta Toer yang mengatakan:

“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.”

Dari itu Aku sering menuliskan berbagai hal di dalam buku catatanku. Mulai dari hal yang sederhana, hingga hal yang kompleks. 

Maka dari itu, Aku ingin menceritakan sedikit banyak pengalamanku saat berada di semester 6 yang mungkin tak jauh beda dengan mahasiswa lainnya. 

Aku tidak akan menceritakan semester sebelumnya karena sensasi pada semester kali ini berbeda. Ya, hal yang membuat berbeda adalah sistem belajarnya. Dulu kita dapat belajar secara tatap muka, saling berkomunikasi, saling berdiskusi secara eksklusif tentunya. 

Aku yang masih mengingat himbauan rektor kampusku untuk diliburkan selama satu bulan karena virus covid-19 ternyata 1 bulan itu diperpanjang menjadi 1 tahun hingga saat sekarang yang sudah hampir menginjak tahun ke-2.

Aku dipulangkan ke rumah pada saat pertengahan semester 4 hingga sampai saat sekarang sudah semester 6. Tak disangka waktu cepat berlalu.

Di mana aku masih mengingat semester 4 yang masih kebingungan menggunakan platform e-learning, dan baru mengenal itu zoom, google meet, google classroom, dan sejenisnya. 

Hingga pada saat semester 5 baru bisa aku menggunakan dengan cukup baik. Tapi kali ini aku akan menceritakan pengalamanku, utamanya saat semester 6 yang kata teman-temanku Your Personality Type Is : TERTEKAN.

Beginilah Perjuangan Menjadi Seorang Guru, Kamu Berani Gak ?

Pada tulisanku yang di atas telah disampaikan sedikit perkenalan atau opening cerita semester 6. Aku meyakini bahwa setiap semester mempunyai kesan yang berbeda.

Tetapi Aku sendiri merasakan pada semester 5 dan semester 6 merupakan semester yang cukup berat bagiku.

Pada jurusan Pendidikan Sosiologi ataupun jurusan kependidikan, Aku meyakini bahwa permasalahan kita sama. 

Karena utamanya semester 5 dan 6 merupakan semester pokok untuk mahasiswa jurusan kependidikan, di mana kita belajar untuk menjadi seorang calon guru yang akan kita realisasikan pada semester 7 nantinya. 

Dalam semester 5, sudah mulai yang namanya merancang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran atau disingkat dengan (RPP). 

Bukan hanya sudah mulai merancang RPP, tetapi juga sudah merancang media pembelajaran ataupun melakukan evaluasi pembelajaran. 

Dan hal tersebut merupakan sesuatu yang harus kita pahami guna akan berguna untuk kedepannya. 

Ternyata Ini Tujuan Mata Kuliah Micro Teaching 

Selanjutnya, pada semester 6 akan ditambah lagi dengan mata kuliah micro teaching di mana kita melakukan simulasi menjadi seorang guru dan mempraktikkan apa yang sudah kita pelajari. 

Dari sini kita harus memahami materi yang akan kita ajarkan. Selain itu, kita juga harus memahami beberapa keterampilan mengajar. 

Tujuan dari adanya micro teaching ini ialah untuk memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk berlatih mempraktekkan beberapa keterampilan dasar mengajar di depan teman-teman dalam suasana yang constructive,supportive,dan bersahabat. 

Sehingga mendukung kesiapan mental, keterampilan, dan kemampuan performance yang terintegrasi untuk bekal praktik mengajar pada saat PPL (Praktek Pengalaman Lapangan) yang akan dilaksanakan di sekolah.

Yang membuat hal micro teaching kali ini berbeda ialah kuliah secara online membatasi segalanya. Mahasiswa menyesuaikan dengan keadaan sehingga pelaksanaan menjadi tidak maksimal. 

Hanya mempraktikkan via virtual  melalui aplikasi zoom, google meet, ataupun youtube. Sehingga nanti jika dihadapkan dengan sistem belajar campuran atau sering disebut dengan blended learning tentunya kesiapan mental mahasiswa patut untuk dipertanyakan. 

Mengingat tidak maksimalnya pembelajaran kuliah sehingga mahasiswa sendirilah yang harus mampu untuk memajukan dirinya. 

Bukan hanya micro teaching, masih ada juga yang namanya inovasi pembelajaran sosiologi yang berisikan inovasi yang dapat dilakukan guru untuk mengajar nantinya. 

Hal ini tentunya juga menuntut mahasiswa untuk kreatif, dan inovatif dalam melakukan inovasi pembelajaran baik itu media yang digunakan ataupun bahan ajar yang akan digunakan. 

Menjadi tantangan sendiri di mana kita harus mampu untuk menyesuaikan dengan keadaan, karena sejatinya salah satu kelemahan manusia ialah menyadari ketidakmampuan manusia itu dalam menafsirkan segala hal. 

Maka dari itu, kita harus belajar dari yang namanya sebuah proses. Semester 6 bagi Aku pribadi cukup menantang di mana tugas yang ugal-ugalan silih berganti. 

Satu waktu dihadapkan dengan membuat proposal penelitian dari beberapa mata kuliah dan juga tetap menyesuaikan dengan keadaan. 

Susahnya untuk terjun ke lapangan karena dibatasi karena situasi, juga agak kesulitan untuk melakukan observasi secara langsung untuk mendapatkan data yang kita perlukan. 

Nyatanya, hidup memang harus berpandai-pandai. Belum lagi semester 6 sudah mulai overthingking memikirkan judul dikarenakan pada semester selanjutnya kita juga harus membagi waktu antara mengajar dan tugas kuliah lainnya. 

Rasanya jika diceritakan tanpa mengalami secara langsung juga tidak akan terasa sensasinya. So, buat teman-teman yang sudah menjalani semangat, masih ada semester selanjutnya yang menanti. 

Dan cerita ini sudah berlalu, sekarang Aku sudah memasuki semester 7, mungkin kedepannya akan banyak lagi tantangannya. 

Hal yang ditakutkan selama ini juga ketika sudah dijalani tentunta diri kita akan merasa bangga, karena kita sudah mampu untuk berproses serta menyesuaikan dengan berbagai keadaan.

Aku juga mengingat salah satu perkataan dari filsuf Albert Camus di mana beliau mengatakan : 

“Kau tak akan pernah bahagia jika kau terus mencari kebahagiaan itu seperti apa. Kau puntak akan pernah hidup jika kau masih mencari makna kehidupan.”

Dari hal ini kita dapat menarik kesimpulan bahwa jika kita terus menginginkan hal mudah saja tanpa adanya rintangan.

Tentunya tidak akan ada yang namanya perubahan dalam hidup kita. Mengeluh boleh, tapi jangan larut dalam kata mengeluh itu. Semangat, untuk kita semua.

Ikuti Sosiologi Info di Google News, klik disini !