-->

Contoh Perilaku Menyimpang (Coki Pardede) dalam Perspektif Sosiologi

Contoh Perilaku Menyimpang sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat. Misalnya dalam kasus Coki Pardede, penyalahgunaan narkoba.
Contoh Perilaku Menyimpang (Penyalahgunaan Narkoba Coki Pardede) dalam Perspektif Sosiologi

Sosiologi Info - Contoh Perilaku Menyimpang sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat. Misalnya dalam kasus Coki Pardede atau Reza Pardede.

Ia ketahuan dan tertangkap oleh pihak kepolisian saat menyalahgunakan narkoba. Apa yang dilakukannya sudah melenceng dari norma dan nilai yang ada. 

Bagaimana perspektif sosiologi memandang kasus Coki Pardede ini ? Yuk simak ulasanya. 

Penulis : Mahasiswa Sosiologi Universitas Negeri Padang (UNP) Novran Juliandri Bhakti

Memahami Contoh Fenomena Sosial Kasus Penyalahgunaan Narkoba

Perilaku menyimpang yang dilakukan oleh seseorang publik figure baru-baru ini sering terjadi. Sebut saja beberapa minggu lalu.

Publik dihebohkan dengan ditangkapnya Stand Up komedian asal kota Depok, yaitu Coki Pardede atau Reza Pardede nama aslinya. 

Dia digerebek oleh aparat Polres Metro Tangerang Kota pada dini hari tanggal 1 September 2021 atas penyalahgunaan Narkotika. 

Barang bukti yang ditemukan oleh aparat kepolisian yaitu, narkotika jenis sabu seberat 0,5 gram. 

Hal-hal tentang kronologi penangkapan Coki, aku baca-baca dari beberapa sumber berita, serta postingan-postingan yang beredar di Instagram dan Twitter. 

Setelah beberapa lama mengikuti berita Coki, sampai doi melakukan sesi minta maaf kepada publik yang sempat menjadi headline news di situs berita-berita nasional. 

Aku pun ingin mengangkat kasus Coki, dengan mengkaitkannya kepada sebuah konsep dalam sosiologi. 

Tujuan tulisan ini tidak serta merta menggiring opini, tidak ada unsur pro atau kontra terhadap Coki Pardede, namun aku akan objektif dalam memandang dan mengkaitkan kasus Coki tersebut.

Sebelum Coki atau Reza Pardede ini terkenal dengan guyonan gelapnya (dark jokes), dia memulai karir pada ajang pencarian bakat Stand Up Comedy Season 4 atau SUCI 4 yang diselenggarakan oleh Kompas TV. 

Dia memang tidak juara, namun karirnya terus melejit dan naik daun ketika bergabung ke dalam sebuah grup dan perusahaan yang bergerak pada industri komedi yaitu PT Jenaka Sumber Rejeki atau yang publik kenal dengan Majelis Lucu Indonesia. 

Coki tidak sendiri dalam membesarkan namanya dan MLI, dia berduet bersama Tretan  Muslim (finalis Stand Up Comedy season 3 atau SUCI 3 Kompas TV). 

Coki Pardede dan Tretan Muslim, atau yang akrab dengan nama Coki-Muslim. Mereka berdua dapat dikatakan sebagai pencetus makin booming-nya komedi gelap (dark jokes) di Indonesia. 

Komedi gelap atau dark jokes, merupakan sebuah genre komedi yang guyonan atau leluconnya ke arah tabu dan selalu menuai pro-kontra di publik. 

Singkatnya, dark jokes itu menyajikan sebuah guyonan dari hal-hal yang kurang bisa di angkat ke publik. 

Namun di publish ke khlayak dan memiliki sifat offensive atau menyinggung baik individu ataupun kelompok. 

Dengan begitu banyak konten di YouTube MLI yang menyinggung yang dibuat oleh Coki-Muslim beserta tim kreatornya, membuat namanya menjadi terkenal hingga saat ini.           

Memahami Teori Dramaturgi dalam Kasus Penyalahgunaan Narkoba

Mungkin sebagian publik dan fans yang mengikuti coki, tidak menyangka kalau dia akan tertangkap dan didakwa bersalah atas penggunaan narkoba. 

Ya begitulah hidup, kita tidak bisa mematok dan menilai kehidupan seseorang yang terlihat oleh mata kita saja. 

Jika menilai kasus coki ini, saya sangat ingat dengan sebuah teori dari Erving Goffman yaitu dramaturgi. 

Sebelumnya saya sudah membahas teori dramaturgi pada artikel “Teori Dramaturgi Erving Goffman, Ini Penjelasan dan Contohnya Terbaru.” 

Inti dari teori tersebut bahwa, manusia dalam sebuah kehidupan itu seperti seorang aktor/artis yang sedang bermain peran dalam sebuah teatrikal drama. 

Dalam teater drama, ada front stage dan back stage. Dua hal ini yang menjadikan tolak ukur dari tindakan manusia itu sendiri, manusia bertindak berbeda ketika di front stage dan back stage. 

Jadi dapat di interpretasikan bahwa, Coki Pardede adalah seorang individu yang berbeda ketika berhadapan di depan publik.

(di depan kamera, tempat kerja, panggung stand up) dengan dia sedang di rumah, dengan teman dekatnya, atau ketika dia sendiri dan menyindiri. 

Meskipun Coki Pardede dikenal dengan individu yang ceplas ceplos, dan kurang bermoral. Tapi dia tahu memposisikan dirinya ketika di depan publik dengan di belakang publik. 

Penggunaan narkoba, dan ketergantungan dia akan adiksi, adalah coki ketika berada di posisi back stage. 

Ada beberapa alasan yang membuatnya seperti itu diantaranya barang tersebut yang ilegal, dia dilanda permasalahan.

Dia tidak mau memperburuk image-nya dimata masyarakat dan fans, dan sudah menjadi kebutuhan (dalam tanda kutip kertegantungan).  

Jadi mau bagaimanapun juga, jelas penggunaan narkoba adalah sebuah tindakan yang menyalahi aturan yang sudah ditetapkan oleh Badan Narkotika Nasional.

Jelas secara hukum, Coki harus diberikan sanski atau hukuman yang berupa rehabilitasi. Jadi buat para fans Coki pardede garis keras, jangan terlalu fanatik mendukung doi. 

Cukup support dan doakan dia agar kembali sehat dan selamat serta terhindar dari penyalahgunaan narkoba. 

Sebelum menutup, saya mau menyampaikan bahwa dalam hidup kita jangan cepat menilai seseorang, dia adalah orang yang berbeda ketika kamu tidak melihatnya. Sekian, Terimakasih. 

Sumber Referensi :

Fitri, A. (2015). Dramaturgi: Pencitraan Prabowo Subianto Di Media Sosial. Jurnal Interaksi, 4(1), 101–108.

(Melati, 2016)Melati, M. R. (2016). ANALISIS KONSEP DRAMATURGI ERVING GOFFMAN DALAM POLA PENGGUNAAN RUANG PUBLIK KAFE OLEH MAHASISWA DI KOTA SURAKARTA. Skripsi, III(2), 2016.

https://cubic.id/journals/dramaturgy-theory, diakses 21 September 2021.

Sumber Foto:

https://www.insertlive.com/hot-gossip/20210904174737-7-237480/kisah-kelam-coki-pardede-yang-terjerat-kasus-narkoba

Ikuti Sosiologi Info di Google News, klik disini !