-->

Teori Konflik Menurut Karl Marx dan Contohnya

Teori Konflik Menurut Perspektif Karl Marx dan Contohnya.
Teori Konflik Menurut Perspektif Karl Marx dan Contohnya

Sosiologi Info - Bagaimana pandangan Karl Marx dalam melihat konflik di masyarakat ? Berikut ini penjelasan teori konflik menurut perspektif Karl Marx, dan contoh fenomena sosialnya di Masyarakat. 

Sekilas Memahami Konflik

Perjuangan kelas sosial manusia pun terjadi untuk bertahan hidup dengan berbagai keterbatan, baik secara ekonomi, sumber daya alam, dan lainnya. 

Dalam perjuangan kelas ini, dimana kehidupan masyarakat sehari hari tidak akan terlepas dari konflik sosial. 

Baca Juga : Teori Kontrol Sosial Travis Hirchi : Faktor Penyebab Kejahatan, Contohnya

Konflik yang terjadi juga karena adanya ketidakseimbangan atau terjadinya ketimpangan sosial ekonomi di masyarakat. 

Oleh karena itu, ketimpangan sosial yang terjadi pun bisa menjadi faktor penyebab munculnya konflik sosial tersebut. 

Sebelum jauh kita membahas pandangan Karl Marx terhadap konflik, ada baiknya kita pahami sekilas pandangan Marx tentang kehidupan sosial yang ada di masyarakat. 

Pertama, masyarakat sebagai arena yang di dalamnya terdapat bentuk bentuk pertentangan, dalam kehidupan sosialnya.

Kedua, negara dipandang sebagai pihak yang terlibat aktif dalam pertentangan yang ada dengan berpihak kepada kekuatan dominan.

Ketiga, negara dan hukum dilihat sebagai alat penindasan yang digunakan oleh kelas yang berkuasa untuk mendapatkan dan demi keuntungan kaum penguasa.

Keempat, kelas kelas sosial yang ada dianggap sebagai kelompok sosial yang punya berbagai kepentingan sendiri, yang bertentangan satu sama lain, sehingga akan berujung pada konflik.

Kelima, paksaan dalam bentuk hukum yang menurutnya menjadi faktor utama untuk memelihara lembaga sosial.

Misalnya lembaga milik pribadi, perbudakan, kapital yang membuat ketidaksamaan hak dan kesempatan di kehidupan masyarakat yang sedang berlangsung. 

Disinilah yang mengakibatkan terjadi kesenjangan atau ketimpangan sosial di kehidupan sosial masyarakat. 

Konsepsi Konflik Karl Marx

Masih ingat dengan konsep pemahaman awal kaum borjuis dan kaum proletar ? Nah disinilah kita akan melihat mengapa bisa terjadi konflik sosial diantara masyarakat. 

Dimana dua kelompok yang menjadi bagian penting untuk memahami pemikiran Marx. Ia melihat perjuangan masyarakat dalam bertahan hidup, telah melahirkan dua kelompok, yaitu kelompok borjuis dan proletar. 

Pada akhirnya dua kelompok sama sama menyadari keberadaan dalam struktur sosial di masyarakat. Disinilah terjadinya pemberontakan yang akan menimbulkan konflik tersebut.

Terutamanya bagi warga/masyarakat yang berada pada kelompok atau kaum proletar. Mereka sadar, hanya dimanfaatkan dan diekspolitasi oleh kaum borjuis yang punya modal banyak untuk produksi. 

Atas kesadaran terhadap keberadaannya (kaum proletar), yang membuat terjadi pemberontakan dan konflik, maka perubahan di masyarakat pun tak terelakan. 

Menurut Marx, suatu saat perjuangan kaum proletar terhadap ketidakadilan akan terwujud, sehingga akan melahirkan masyarakat tidak ada kelas sosial/tanpa kelas sosial tercapai. 

Selanjutnya, Marx dalam mengembangkan teori konflik dengan beberapa konsep yaitu konsepsi tentang kelas sosial, perubahan sosial, kekuasaan, dan negara. Dimana konsepsi konsepsi tersebut saling berkesinambungan satu antara yang lainnya.

Kemudian, Marx juga memberikan pandangan bahwa sarana dan alat produksi yaitu pada kelas borjuis dan proletar. 

Dimana pada kelas borjuis adalah kelompok yang memiliki sarana dan alat produksi, yaitu perusahaan sebagai modal dalam usaha.

Sementara, kelas proletar  adalah kelas yang tidak memiliki sarana dan alat produksi, yaitu perusahaan sebagai modal dalam usaha. 

Dengan demikian, kaum proletar yang tidak punya alat produksi dan sarana akan memenuhi kebutuhan ekonominya dengan mengandalkan tenaga.  

Marx menjelaskan bahwa masyarakat terintegrasi karena adanya struktur kelas dimana kelas borjuis menggunakan negara dan hukum untuk mendominasi kelas proletar. 

Disinilah konflik antar kelas pun terjadi melalui proses produksi sebagai salah satu kegiatan ekonomi. Dimana dalam proses produksi terjadi kegiatan pengeksploitasian terhadap kelompok proletar oleh kaum borjuis.

Perubahan yang terjadi di masyarakat, seperti bertambahnya pendudukan, banyaknya warga yang membutuhkan pekerjaan, tidak akan sebanding dengan peluang atau lapangan kerja yang disediakan oleh para pemilik modal. 

Ujungnya akan terjadi eksploitasi dengan penerimaan upah yang kecil, dengan beban kerja yang berat, serta kesejahteraan yang tidak didapat. 

Seperti misalnya dalam hal fasilitas pendidikan, kesehatan, dan secara ekonomi belum mapan, dengan upah yang diberikan kaum borjuis kepada kelompok proletar. 

Dengan demikian akan menimbulkan kesenjangan dan ketimpangan sosial antara kaum borjuis dan kaum proletar terlihat jelas. 

Pemilik modal akan semakin kaya raya karena usaha dan perusahaannya bertumbuh pesat atas bantuan tenaga kerja oleh kaum buruh (proletar). 

Namun, justru buruh (kaum proletar) semakin terpinggirkan, serta semakin dieksploitasi dengan upah yang murah dan fasilitas yang tidak mendukung. 

Marx kemudian mengatakan bahwa keadilan sosial itu akan tercapai apabila kehidupan sosial masyarakat itu tanpa kelas. 

Legitimasi Kaum Borjuis

Konsepsi Marx tentang konflik mulai dari kelas sosial, perubahan sosial, kekuasaan dan negara, yang mana itu semua saling berkesinambungan antara satu dengan lainnya. 

Nah disinilah, negara memiliki kepentingan dan kewenangan. Oleh sebab itu, inilah yang dimanfaatkan oleh kaum borjuis untuk mendapatkan, memiliki, memegang kendali atas alat produksi. 

Kaum borjuis juga meminta legitimasi maupun bukti yang sah terhadap kepemilikan yang bisa didapat melalui negara. 

Dengan demikian, kelompok borjuis lah yang memiliki kekuasaan untuk menentukan apa yang akan diproduksi, dan didistribusikan.

Kata Marx, dalam konteks inilah hukum dan pemerintah labih banyak berpihak kepada kaum borjuis dibanding kepada kaum proletar atau masyarakatnya sendiri. 

Oleh karen itu, masyarakat atau kaum proletar akan semakin tertindas, terus tertekan, mengalami dampak atau akibat adanya ekspolitasi. 

Yang mana akan terus terjadi perubahan sosial, dan dinamika masyarakat terutama pada warga miskin, kecil yang tertindas. 

Dengan demikian, konflik sosial pun akan muncul karena adanya ketidak seimbangan, dan terjadinya ketimpangan sosial atau kesenjangan di masyarakat. 

Contohnya di Masyarakat

Ada beberapa contoh fenomena sosial yang bisa kamu lihat untuk merefleksikan pemikiran Karl Marx tentang konflik yaitu :

1. Konflik dan adanya penolakan buruh terhadap Undang Undang Omnibus Law Cipta Kerja (https://www.cnnindonesia.com/nasional/20201109110440-20-567511/massa-buruh-tolak-omnibus-law-mulai-padati-area-gedung-dpr)

2. Konflik yang terjadi terhadap polemik Tambang di Desa Wadas Purworejo (https://www.cnnindonesia.com/nasional/20210928223937-12-700736/komnas-ham-urus-konflik-lahan-tambang-di-wadas-purworejo)

3. Konflik sengketa lahan yang terjadi di Kalimantan Tengah antara warga adat dan perusahaan sawit

(https://www.merdeka.com/peristiwa/sengketa-lahan-sawit-di-kalteng-polisi-tangkap-ketua-adat-kinipan.html)

Nah itulah sekilas penjelasan mengenai teori konflik menurut perspektif Karl Marx beserta contoh beberapa fenomena sosial di kehidupan masyarakat.

Sistem Sosil Indonesia | Disusun oleh Nur Iza Dora, M.Hum | Tadris Pendidikan IPS | Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan | Universitas Islam Negeri Sumatera Utara | repository.uinsu.ac.id

https://www.ruangguru.com

Ikuti Sosiologi Info di Google News, klik disini !