-->

Pemikiran Ki Hajar Dewantara : Konsep Pendidikan, Implementasi, dan Contohnya

Bagaimana Pemikiran Ki Hajar Dewantara : Konsep Pendidikan, Implementasi, dan Contohnya. Simak Penjelasannya yuk.
Pemikiran Ki Hajar Dewantara : Konsep Pendidikan, Implementasi, dan Contohnya

Sosiologi Info - Apa saja konsep pendidikan yang dituangkan dalam pemikiran Ki Hajar Dewantara untuk Indonesia ?

Kamu mau tahu ? Simak dulu penjelasan dan ulasan yang beserta contohnya berikut ini ya. Baca yuk.

Penulis: Rafly Caesario, Mahasiswa Sosiologi Universitas Indonesia

Mengenal Ki Hajar Dewantara

Ki Hajar Dewantara adalah tokoh bangsa, beliau dijuluki sebagai “Bapak Pendidikan Nasional”. 

Di masa mudanya, beliau cukup aktif dalam pergerakan pemuda untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. 

Tercatat, beliau pernah tergabung dengan Indische Partij bersama Douwes Dekker dan Tjipto Mangunkusumo. 

Beliau juga dikenal sebagai penggagas sekolah yang bernama Taman Siswa. Karya-karyanya pun luar biasa, beliau menghasilkan karya-karya seperti buku tentang pendidikan.

Buku tentang budaya, serta buku tentang politik dan kemasyarakatan (Hubaidah, Nora Nurhalita, 2021). 

Namun, sangat disayangkan karya-karya serta pemikiran Ki Hajar Dewantara tidak digunakan oleh pemerintah Indonesia pada orde lama. 

Padahal, pemikiran-pemikiran beliau seperti konsep Sistem Among dan Tri Pusat Pendidikan sangat bermakna dan berguna bagi pendidikan Indonesia, khususnya saat ini. 

Oleh karena itu, pada tulisan kali ini penulis akan menguraikan beberapa konsep yang dikemukakan Ki Hajar Dewantara yang dikaitkan dengan kondisi pendidikan saat ini.

Konsep Pendidikan Menurut Ki Hajar Dewantara

Ki Hajar Dewantara menguraikan beberapa konsep terkait dunia pendidikan, yaitu :

Konsep pertama, yaitu mengenai Sistem Among. Sistem Among sendiri terdiri dari dua konsep dasar yakni kodrat alam dan kemerdekaan. 

Kodrat alam adalah suatu batas perkembangan potensi kodrati anak dalam perkembangan kepribadian (Hubaidah, Nora Nurhalita, 2021).

Sementara itu, kemerdekaan menurut Ki Hajar dewantara adalah kebebasan bagi siswa untuk mengatur dirinya sendiri.

Mengembangkan kemampuan berpikir, berkreasi, serta mengembangkan bakatnya dengan ketentuan harus tertib dalam masyarakat. 

Tertib dalam masyarakat disini bermakna bahwa siswa harus bertindak sesuai dengan norma-norma yang ada, baik di sekolah, keluarga, lingkungan rumah, serta di tempat manapun ia berada.

Jika dikaitkan dengan kondisi pandemi dan dunia digital yang semakin merasuki sendi-sendi kehidupan, maka konsep Sistem Among dapat ditemukan di beberapa kasus. 

Kasus pertama, yaitu adanya penerapan kurikulum 2013 di masa pandemi dan dunia digital di Indonesia. 

Kurikulum 2013 tampaknya relevan jika dikaitkan dengan konsep kemerdekaan menurut Ki Hajar Dewantara. 

Hal tersebut dapat dilihat dari muatan kurikulum 2013 yang bertujuan untuk merangsang para siswa agar berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. 

Kurikulum 2013 memberikan ruang kepada para guru dan siswa untuk saling bertukar pikiran. Jika dibandingkan dengan kurikulum sebelumnya.

Kurikulum 2013 sangat erat kaitannya dengan pendidikan karakter dimana para siswa memang diberikan kebebasan untuk berpikir.

Serta mengemukakan pendapatnya tetapi harus memperhatikan karakter yang baik misalnya tidak memaksakan pendapatan.

Menerima pendapat orang lain, serta tidak berkata kasar saat memberikan pendapat. Selanjutnya, kurikulum 2013 juga relevan dengan konsep kodrat alam dari Ki Hajar Dewantara. 

Hal ini didasarkan pada pendidikan karakter yang harus dijalankan oleh para guru dan siswa dalam proses pembelajaran. 

Para siswa dapat mengembangkan potensi kepribadian yang dimilikinya ketika mengikuti nilai-nilai yang ada dalam kurikulum 2013. 

Seperti diketahui bahwa beberapa nilai yang ada dalam kurikulum 2013 misalnya seperti nilai religius, nilai sosial.

Serta nilai keaktifan dalam pembelajaran menjadi hal-hal yang penting bagi perkembangan kepribadian para siswa. 

Adanya hal tersebut juga diharapkan dapat membuat kepribadian para siswa semakin matang hingga nantinya mereka akan terjun ke dalam masyarakat. 

Matang disini bermakna para siswa berhasil menjalankan dengan seutuhnya nilai religus (aturan dalam gamanya masing-masing).

Nilai sosial (membantu sesama atau aktif dalam kegiatan masyarakat), serta keaktifan (berani memberikan pendapat).

Selain itu, terdapat konsep kedua dari Ki Hajar Dewantara yaitu Tri Pusat Pendidikan. 

Tri Pusat pendidikan memuat tiga elemen pendidikan seperti pendidikan keluarga, pendidikan alam perguruan, dan pendidikan alam pemuda. 

Pertama, pendidikan keluarga

Pendidikan keluarga memiliki peran yang sentral bagi para siswa. Peran orang tua untuk mengajarkan nilai.

Kepada anaknya memiliki pengaruh yang besar dalam membentu kepribadian sang anak di masa depan. 

Selain iu, penanaman moral oleh orang tua dalam keluarga juga merupakan hal yang sangat penting untuk keberlanjutan generasi suatu bangsa. 

Kedua, pendidikan alam perguruan

Pendidikan alam perguruan bertujuan untuk mencari dan memberi ilmu pengetahuan serta kecerdasan pikiran bagi peserta didik (Hubaidah, Nora Nurhalita, 2021). 

Hal ini berakitan dengan peran guru yang sangat sentral dalam dunia pendidikan. Ketiga, pendidikan alam pemuda. 

Pendidikan ini merupakan perkembangan kecerdasan jiwa maupun akhlak, serta pengembangan watak bagi pemuda (Hubaidah, Nora Nurhalita, 2021).

Jika dikaitkan dengan masa pandemi dan dunia digital yang berkembang saat ini, konsep pendidikan keluarga yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara semakin terasa keberadaannya.

Situasi pandemi yang mengharuskan para orang tua untuk bekerja dari rumah dan anak-anak yang harus belajar dari rumah membuat interaksi di dalam keluarga semakin intensif. 

Dalam kaitannya dengan pendidikan, hal tersebut berpengaruh dengan semakin besarnya peran orang tua dalam mendampingi anaknya saat belajar dan menhadapi situasi sulit di masa pandemi.

Terdapat kisah yang menarik dari keluarga Anhar yang berdomisili di Aceh Selatan. Dimana dalam keluarga tersebut.

Peran orang tua sangat terasa untuk mendampingi anaknya yang masih bersekolah. Pak Anhar (ayah) dan Bu Yeni (ibu) memiliki perannya masing-masing dalam mendampingi anaknya. 

Dalam jurnal yang berjudul “Peran Orang Tua Terhadap Anak Dalam Program Belajar Dari Rumah di Masa Pandemi Covid-19” (2020).

Disebutkan bahwa Pak Anhar berperan untuk mengajarkan pendidikan agama kepada anaknya selama pandemi. 

Sedangkan Bu Yeni berperan untuk mendampingi anaknya dalam mengerjakan tugas sekolah serta memberikan pendidikan sosial (menanamkan rasa peduli terhadap sesama).

Selanjutnya, konsep pendidikan alam perguruan dari Ki Hajar Dewantara yang juga relevan dengan kondisi pandemi dan dunia digital. 

Di masa pandemi, peran guru semakin berharga dalam memberikan pengajaran kepada siswa. Selain untuk memberikan pengajaran materi.

Guru juga berperan untuk memberikan pendidikan mental kepada para siswa yang sedang mengalami kondisi sulit di masa pandemi. 

Sebuah istilah yang memiliki makna filosofis mendalam dikemukakan oleh Dina Martha Tiraswati dalam sebuah artikel yang berjudul “Filosofi Kertas dan Pena Untuk Guru di Masa Pandemi Covid-19 (2020)”. 

Ia mengatakan bahwa peran guru tidaklah mudah dalam memberikan pengajaran di masa pandemi. 

Terlebih jika para guru memiliki keterbatasan dalam menerapkan strategi pembelajaran yang baik di Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). 

Ia menganalogikan peran guru di masa pandemi seperti pena yang menggoreskan tinta kepada kertas (siswa). 

Jika apa yang digoreskan mengandung kebaikan maka kertas pun akan ikut dalam kebaikan tersebut. 

Contoh konkretnya adalah seperti perjuangan salah satu guru kelas prasekolah SWA, Rubeliza Sicorsicon.

Yang mengaku meski dirinya mengerti dan mendukung keputusan untuk pembelajaran daring diberlakukan akibat pandemi.

Situasi ini tidaklah mudah, terutama untuk murid-muridnya yang masih usia prasekolah (Rossa, 2020). 

Dalam pembelajaran daring, ia dituntut harus lebih aktif dan ekspresif untuk memberikan pengajaran kepada siswa.

Nah itulah sekilas penjelasan mengenai Pemikiran Ki Hajar Dewantara : Konsep Pendidikan dan Implementasi, beserta contohnya dalam dunia pendidikan.

Sumber Referensi : 

Hudaidah, Nora Nurhalita. 2021. Relevansi Pemikiran Pendidikan Ki Hajar Dewantara pada Abad ke 21. Edukatif: Jurnal Ilmu Pendidikan, Vol. 3, No. 2. Hal 298-303.

Rossa, Vania. 2020. Hari Guru Sedunia, Ini Potret Unik Perjuangan Guru di Masa Pandemi dalam https://www.suara.com/lifestyle/2020/10/05/133307/hari-guru-sedunia-ini-potret-unik-perjuangan-guru-di-masa-pandemi. Diakses pada 16 April 2021.

Suharian, Inom Nasution. 2020. Peran Orang Tua Terhadap Anak Dalam Program Belajar Dari Rumah di Masa Pandemi Covid-19. Jurnal Visipena, Vol. 11, No. 2. P-ISSN 2086-1397 & E-ISSN 2502-6860.

Tiraswati, Dina Martha. 2020. Filosofi Kertas dan Pena Untuk Peran Guru di Masa Pandemi Covid-19 dalam http://disdik.jabarprov.go.id/news/2399/filosofi-kertas-dan-pena-untuk-peran-guru-di-masa-pandemi-covid-19. Diakses pada 16 April 2021.

Ikuti Sosiologi Info di Google News, klik disini !