Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan : Konsep, Prinsip, Tujuan
Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan sangat penting di laksanakan. Ini pembahasan Konsep, Corak, Prinsip, Tujuan Pokoknya.
Industri pariwisata sudah mengalami perkembangan yang sangat pesat dari tahun ke tahun dengan menginvansi beberapa aspek yang menjadikannya suatu destinasi wisata.
Sosiologi Info – Aspek tersebut berupa natural attraction, build attraction dan cultural attraction sebagai daya tarik utama suatu tujuan wisata.
Pariwisata di anggap sebagai kegiatan ekonomi yang dapat menghasilkan pertumbuhan dan membuka lapangan kerja.
Perkembangan Pariwisata
Selain itu, berkontribusi pada pembangunan dan integrasi ekonomi dan sosial sehubungan dengan daerah pedesaan yang terpencil.
Pertumbuhan pariwisata di harapkan juga menjadi tren baru untuk dapat memberikan kontribusi positif bagi kelestarian kawasan konservasi.
Melalui pariwisata juga di nilai sebagai instrumen dalam pelestarian dan juga meningkatkan kesadaran penduduk dan pengunjung terhadap lingkungan.
Sehingga hubungan antara pariwisata dan kawasan konservasi (geopark) kompleks akibat fokus ekonomi pariwisata yang berbeda.
Kemudian di satu sisi dan fokus konservasi kawasan lindung di sisi lain.
Pentingnya hubungan ini terletak pada konfrontasi, yang dapat meningkatkan kesadaran akan nilai alam dan mengarah pada perilaku ekologis dan kegiatan konservasi.
Pariwisata dapat mewakili peran kunci dalam memberikan informasi tentang kawasan lindung dan meningkatkan kesadaran di kalangan wisatawan.
Misalnya tentang konsekuensi lingkungan dari kegiatan mereka dan berpotensi menjadi alat penting untuk melestarikan kawasan ini.
Kemudian dengan melalui pembangunan pariwisata yang berkelanjutan
Perkembangan dunia pariwisata mulai muncul pada tahun 1990-an berdasarkan laporan WTO (World Tourism Organization).
Corak Pariwisata
Kecendrungan tersebut beranjak dari corak pariwisata massa (mass tourism) ke yang berorientasi pada lingkungan alam atau disebut sebagai ecoturism (wisata ekologi).
Antitesa ekowisata ini yang lebih berkomitmen kepada pelestarian alam dan pengembangan masyarakat (community based tourism).
Lebih lanjut di bandingkan dengan pariwisata massa yang memberikan ruang untuk masuknya modal asing ke suatu daerah serta melemahkan partisipasi masyarakat lokal.
Kecendrungan itu juga di sebabkan bahwa meningkatnya kesadaran dan gaya hidup yang lebih menghargai nilai-nilai hubungan manusia dengan lingkungan alam.
Daya tarik obyek wisata yang banyak di kunjungi turis adalah wisata alamiah.
Kemudian di Indonesia sendiri tentunya memiliki prospek dan potensi keanekaragaman geologi, hayati dan budaya sebagai modal dasar dari pengembangan ekowisata.
Hal ini juga di tandai dengan julukan dunia pada Indonesia sebagai megabiodiversity.
Sehingga perlunya pembangunan pariwisata berkelanjutan untuk daerah-daerah yang mampu meningkatkan pertumbuhan pariwisata.
Konsep Geowisata
Salah satunya melalui konsep geowisata. Geowisata memang kosakata yang baru bagi kepariwisataan di Indonesia.
Namun istilah ini sudah muncul sejak tahun 1990-an yang pertama kali di sebutkan oleh ahli geologi Inggris, Tom Hose dalam Geology Society.
Makalahnya yang berjudul Geotourism, or can Tourists Become Casual Rockhouunds: Geology on Your doorstep tahun 1996. Dia mengatakan bahwa geowisata mendasarkan kepada geologi.
Maka dari itu, dapat di katakan geowisata adalah suatu kegiatan wisata alam yang berkelanjutan dengan fokus utama pada kenampakan geologis permukaan bumi.
Kemudian dalam rangka mendorong pemahaman akan lingkungan hidup dan budaya, apresiasi, dan konservasi, serta memiliki kepedulian terhadap kelestarian kearifan lokal.
Namun biar bagaimanapun, geowisata tetap mengikuti kaidah-kaidah dan prinsip-prinsip ekowisata.
Prinsip Ekowisata
Prinsip-prinsip ekowisata yang di ikuti tertuang dalam Kesepakatan Quebec tahun 2002.
Kesepakatan itu memuat bahwa pelaksanan ekowisata yang memanfaatkan objek kawasan alami yang yang relatif belum terganggu dan umumnya di lindungi.
Kemudian, harus menjadi alat konservasi dan pembangunan berkelanjutan bagi masyarakat setempat.
Artinya ekowisata sebagai kaidah pengembangan wisata alam alternatif yang harus bercorak konservasi alam.
Selanjutnya, bersifat edukatif, memberikan manfaat ekonomi dan budaya bagi masyarakat secara berkelanjutan dan tentunya kecil dampak negatifnya bagi lingkungan.
Mengenai pembangunan berkelanjutan, pada 1980, International Union for the Conservation of Nature (IUCN).
Selanjutnya, United Nations Environment Programme (UNEP), dan World Wildlife Fund (WWF).
Tiga Tujuan Pokok
Kemudian mengeluarkan sebuah “World Conservation Strategy”, strategi konservasi dunia, untuk mencapai 3 (tiga) tujuan pokok yaitu :
- Mempertahankan proses-proses ekologi yang esensial dan system pendukungnya
- Memelihara keanekaragaman genetik, dan
- Menjamin penggunaan ekosistem dan spesiesnya secara berkelanjutan
Konsep pembangunan berkelanjutan kemudian di definisikan oleh WCED (The World Commissions for Environmental and Development) tahun 1987.
Sebagai pembangunan yang dapat menjamin pemenuhan kebutuhan generasi sekarang tanpa mempertaruhkan kemampuan generasi mendatang dalam memenuhi kebutuhan mereka sendiri.
Pada dasarnya, tujuan pembangunan berkelanjutan memadukan pembangunan dengan lingkungan sejak penyusunan kebijakan dan pengambilan keputusan sampai penerapannya di lapangan.
Atas mandat global tersebut, pembangunan pariwisata berkelanjutan juga di upayakan. Konsep Sustainable Development kemudian oleh Burns dan Holden (1997).
Kemudian di adaptasi untuk bidang pariwisata sebagai sebuah model yang mengintegrasikan lingkungan fisik (place), lingkungan budaya (host community) dan wisatawan (visitor).
Sehingga muncul istlah Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan dengan kaitannya antara pariwisata dan pembangunan lingkungan, manusia dan budaya.
Akhirnya itulah penjelasan tentang Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan : Konsep, Corak, Prinsip, Tujuan.
Penulis : Indah Sari Rahmaini