-->

Contoh Kultural Masyarakat Adat dalam Pemberdayaan Ekonomi

Contoh Kultural Masyarakat Adat dalam Pemberdayaan Ekonomi
Contoh Kultural Masyarakat Adat dalam Pemberdayaan Ekonomi

Contoh Kultural Masyarakat Adat dalam Pemberdayaan Ekonomi pada artikel kali ini cocok untuk di jadikan referensi.

Tentunya di era reformasi, masyarakat adat juga mempunyai peluang memulai pendekatan pemberdayaan ekonomi yang paling sesuai.

Dengan kondisi dan karakteristik daerahnya, yakni peluang untuk memberdayakan ekonomi dengan basis masyarakat adat itu sendiri.

Sosiologi.info – Namun, peluang ini bukanlah hal yang mudah di gapai.

Masyarakat adat telah lama mengalami proses marjinalisasi yang menyebabkan mereka dalam keadaan lemah dan kurang berdaya (powerless).

Kemudian di balik peluang tersebut tentu saja ada tantangan dan kelemahan struktural dan kultural dalam diri mereka.

Contoh Kultural Masyarakat Adat dalam Pemberdayaan Ekonomi

Keberhasilan Lumbung Pitih Nagari juga tidak terlepas dari pembagian kerja aspek struktural dan kultural dari masyarakat adat Limau Manis.

Hadirnya aspek kultural dalam sepak terjang LPN membuat nilai-nilai tradisional yang dianut oleh masyarakat tetap eksis hingga sekarang.

Nilai-nilai kultural tersebut hadir sebagai struktur yang memberdayakan LPN.

Adanya sinergi antara aspek kultural dan struktural hadir salah satunya untuk menekan angka persentase tingkat kemacetan pembayaran kredit.

LPN melakukan beberapa langkah di antaranya langkah persuasif dengan mendekati ahli waris nasabah untuk melunasi.

(Dalam akad kredit, pihak istri akan memberikan kuasa jika yang menerima kredit adalah suami, begitupun sebaliknya).

Langkah persuasif perlu di ambil karena dalam hal pelunasan kredit di butuhkan komunikasi dengan pihak ahli waris agar bisa memperlancar proses pelunasan kredit.

Langkah awal yang di lakukan adalah mendekati nasabah terlebih dahulu.

Jika tahap tersebut tidak berhasil, maka di lanjutkan dengan pendekatan kedua yaitu melakukan pendekatan adat.

Kemudian dengan meminta bantuan Ketua Kerapatan Adat Nagari (KAN) yang mewadahi semua suku yang ada dalam Nagari.

Kentalnya Masyarakat Adat

Dalam informasi nasabah, info suku menjadi penting karena selain identitas pribadi, identitas adat juga perlu di lacak karena masyarakat Limau Manis masih kental sebagai masyarakat adat.

LPN akan mengunjungi dan meminta informasi khusus tentang nasabah ke kepala kaum atau suku dari nasabah tersebut.

Jika masalah nasabah cukup berat, biasanya di selesaikan di Kerapatan Adat Nagari. Penyelesaian masalah menggunakan asas musyawarah mufakat dan di laksanakan secara kekeluargaan.

Cara ini di nilai cukup efektif karena masyarakat setempat sangat menghargai tokoh adat.

Dari penjelasan tersebut, kita bisa menyimpulkan bahwa aspek struktual yang di berdayakan adalah wewenang Lumbung Pitih Nagari sendiri untuk menagih kredit yang belum lunas.

Penyelesaian secara structural yang di tempuh adalah dengan cara menghubungi ahlis waris secara persuasif.

Cara ini juga didiukung oleh aspek kultural, yakninya dengan melibatkan pemuka adat yang berfungsi sebagai kepala kaum atau suku dari nasabah.

Tahapan tersebut memperlihatkan kepada kita bahwasanya individu sejatinya tetap tidak dapat untuk menyelesaikan permasalahannya sendiri, individu hidup diantara kolektivitas masyarakat.

Tidak hanya kolektivitas masyarakat formal, namun juga sebagai masyarakat adat. Ketika terjadi kemandekan dalam pembagian kerja.

Masyarakat modern jika dikontekstualisasikan dalam era digital tidak lagi hanya dijelaskan melalui jalur represif, namun juga perlu diselesaikan melalui jalur restitutif terlebih dahulu.

Mengurangi Sepak Terjang Induak Julo

Induak julo adalah sebutan bagi rentenir yang datang dari rumah ke rumah untuk menyediakan pinjaman berbunga kepada masyarakat.

Induak julo juga biasa disebut dengan arisan tembak. Dalam sistem pembayarannya “Induk Julo” menggunakan metode 10:11.

Artinya kalau anda dapat kredit Rp 100 ribu, kemudian wajib membayar 11 kali dengan jumlah Rp 10 ribu.

Jadi induak julo atau bank keliling ini mengambil keuntungan Rp 10 ribu dari setiap Rp 100 ribu yang di pinjamkan atau bunga sebesar 10%.

Induak julo memainkan sistem kolom untuk mencairkan pinjaman.

Walaupun memiliki bunga yang besar, induak julo masih bertahan di tengah canggih kredit dari bank konvensional adalah karena tidak mempersulit administrasi dari peminjaman.

Induak julo juga hanya bermodalkan kepercayaan terhadap nasabah dengan tahu persis alamat rumah atau unit usaha nasabahnya.

Bunga Nasabah Besar

Namun, pada prakteknya tetap saja nasabah sangat di bebankan dengan bunga yang cukup besar.

Selanjutnya yang menjadi nasabah dari praktik “Induk Julo” kebanyakan adalah ibu-ibu pedagang di pasar tradisional.

Pedagang di pasar tradisional membutuhkan modal untuk meningkatkan barang dagangannya. Modal haruslah tersedia untuk mewujudkan hal tersebut.

Maka, kehadiran LPN di Kelurahan Limau Manis telah memberikan pilihan alternatif bagi warga setempat untuk memperoleh dana pinjaman yang lebih aman dan manusiawai.

Budaya menabung juga tumbuh di kalangan warga, termasuk kepercayaan terhadap lembaga keuangan dan kredit mikro jika di lihat dari tingginya uang simpanan nasabah di LPN Limau Manis.

Kehadiran LPN di Limau Manis optimis bisa meningkatkan kesejahteraan warga jika di lihat dari jumlah nasabahnya.

Upaya yang tetap di lakukan adalah untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan budaya menabung dan mendapat pinjaman yang lebih aman daripada induak julo.

Akhirnya itulah ulasan Contoh Kultural Masyarakat Adat dalam Pemberdayaan Ekonomi di kehidupan masyarakat sehari-hari.

Penulis : Indah Sari Rahmaini

Ikuti Sosiologi Info di Google News, klik disini !