-->

Sistem Keluarga Luas, Perempuan di Era Masyarakat Kontemporer

Sistem Keluarga Luas, Perempuan di Era Masyarakat Kontemporer
Sistem Keluarga Luas, Perempuan di Era Masyarakat Kontemporer

Sistem Keluarga Luas dan Perempuan di Era Masyarakat Kontemporer pada artikel kali ini cocok menjadi referensi untuk anda baca.

Sistem kekerabatan matrilineal Minangkabau adalah dalam bentuk keluarga luas, maka salah satu ciri sistem kekerabatan matrilineal Minangkabau adalah adanya rumah gadang.

Rumah gadang merupakan ciri dari extended family.Rumah gadang merupakan dasar perkauman asli Minangkabau dengan penghuninya setali darah yang bersifat mengikat.

Sosiologi.info – Dan kerabat saparuik yang menghuni rumah gadang dan merupakan dasar dari susunan masyarakat matrilineal Minangkabau.

Rumah gadang dengan kerabat saparuik-nya merupakan suatu lembaga kemasyarakatan (institusi sosial) yang mengikat anggota-anggotanya dalam suatu hubungan yang erat dan berlangsung lama.

Masyarakat Minangkabau

Kesatuan kerabat saparuik yang mendiami rumah gadang di kepalai oleh laki-laki tertua yang disebut mamak.

Kehidupan sebuah paruik dalam rumah gadang merupakan tanggung jawab mamak. Ia melindungi dan menjamin kehidupan saudara-saudaranya serta kemenakannya.

Dalam masyarakat matrilineal Minangkabau, hubungan antara mamak dengan kemenakan merupakan hubungan yang saling mengikat.

Oleh sebab itu, keberadaan laki-laki dengan perannya di rumah gadang adalah bagian yang tidak terlepas dari sistem matrilineal yang di anut masyarakat Minangkabau.

Rumah gadang di peruntukkan untuk anak perempuan dalam sebuah keluarga adalah sebuah bentuk dari terlaksananya sistem keluarga luas.

Setiap rumah gadang memiliki jumlah kamar yang sama dengan jumlah anak perempuan yang dimiliki.

Hal ini merupakan sebuah kebudayaan yang masih tetap langgeng hingga sekarang. Kota Padang pada khususnya telah di pengaruhi oleh arus industrialisasi dan perubahan sosial.

Perkembangan industrialisasi tersebut menyebabkan bentuk bangunan dari rumah gadang telah berubah.

Bangunannya berubah, namun esensi dari sebuah rumah gadang tidaklah berubah. Walau arsitekturnya sudah mengikuti model rumah umumnya sekarang.

Namun tiap-tiap anak perempuan tetap memiliki kamar yang nantinya akan di pakai bersama suaminya.

Sebuah Tradisi Masyarakat

Tradisi ini menjadi bukti kuat bahwa walau keadaan berubah, sistem keluarga luas belum sepenuhnya luntur pada masyarakat Minangkabau.

Sekarang, rumah gadang menjadi ‘tempat bertahan sementara’ sebelum anak perempuan dan suaminya mampu untuk memiliki rumah sendiri.

Baik yang di bangun diatas tanah sendiri, membeli tanah dari sumber penghasilan, atau mengontrak.

Keluarga yang sejahtera akan dengan cepat mampu untuk pindah dari rumah gadang, Namun akan sulit jika keluarga memiliki perekonomian yang pas-pasan.

Kondisi ini menyebabkan ada beberapa kepala keluarga yang menghuni rumah gadang.

Buruknya dalam sistem extended family adalah keluarga yang memiliki penghasilan yang tinggi haruslah bisa membantu penghuni rumah lainnya.

Jika dalam rumah gadang terdapat janda yang harus menghidupi anaknya, maka normatifnya keluarga yang lain bisa membantu di dalam rumah gadang tersebut.

Namun, karena kondisi ekonomi keluarga juga hanya mengharapkan sawah dan ladang milik kaum, menjadikan janda sebagai prioritas utama yang harus di bantu menjadi tidak maksimal.

Keluarga Luas

Hadirnya keluarga luas pada era modernitas lanjut tidak lagi memiliki hubungan saling tolong menolong.

Tentunya hal ini di sebabkan karena masing-masing keluarga juga harus tetap bertahan hidup dari segala resiko-resiko yang diproduksi secara sosial.

Jika penjamin sosial janda pada era tradisional adalah keluarga luas dan rumah gadang. Maka pada era modernitas lanjut, kedua elemen tersebut sudah tidak mampu memberikan kepastian.

Bahkan, nilai dari sebuah keluarga luas hanya tertuang di dalam ranji atau silsilah keluarga semata.

Keluarga luas yang hidup di perantauan juga di nilai mampu untuk memberikan bantuan secara ekonomi kepada anak kemenakannya.

Namun, terkadang mamak yang merantau juga hidup serba kekurangan.

Seringkali kita dengar banyak perantau minang yang jarang pulang kampung karena beban sosial yang di bawa sebagai pambangkik batang tarandam (agen perubahan).

Akhirnya itulah pembahasan tentang Sistem Keluarga Luas dan Perempuan di Era Masyarakat Kontemporer

Penulis : Indah Sari Rahmaini

Ikuti Sosiologi Info di Google News, klik disini !