-->

Teori Pembangunan Manusia Modern Alex Inkeles dan Contoh Fenomena Flexing di Media Sosial

Teori Pembangunan Manusia Modern Alex Inkeles dan Contoh Fenomena Flexing di Media Sosial
Teori Pembangunan Manusia Modern Alex Inkeles dan Contoh Fenomena Flexing di Media Sosial

Sosiologi Info - Berikut ini pembahasan tentang Teori Pembangunan Manusia Modern Alex Inkeles dan Contoh Fenomena Flexing di Media Sosial.

Baru baru ini fenomena flexing di media sosial menjadi trend di kalangan masyarakat Indonesia. Untuk dapat memahami fenomena flexing antara identitas, ekspresi diri dan perubahan sosial tersebut.

Dengan memahami teori pembangunan manusia modern oleh Alex Inkeles, kita akan melihat sejauh mana fenomena flexing di media sosial. 

Namun sebelum itu, mari pahami dulu penjelasan dibawah ini ya !

Latar Belakang

Media sosial telah mengubah cara kita berinteraksi, berbagi, dan mengekspresikan diri. 

Fenomena flexing tidak terkecuali, dengan komunitas flexing tubuh yang menggunakan platform media sosial untuk berbagi video koreografi, pose, dan pencapaian mereka. 

Artikel ini membahas bagaimana fenomena ini mencerminkan perubahan sosial yang lebih luas dan implikasi teori pembangunan manusia modern terhadapnya.

Fenomena Flexing di Media Sosial telah mendapatkan popularitas yang signifikan di media sosial seperti TikTok, Instagram, dan YouTube. 

Video-videonya menarik perhatian jutaan orang di seluruh dunia, yang menyaksikan ekspresi unik dari kekuatan dan fleksibilitas tubuh. 

Komunitas flexing di media sosial membentuk ikatan yang kuat, berbagi teknik, memberikan dukungan, dan mempromosikan pertumbuhan pribadi. 

Media sosial juga memungkinkan individu untuk mengunggah konten mereka sendiri, mengekspresikan identitas mereka dan mendapatkan pengakuan dari komunitas yang lebih luas.

Identitas dan Ekspresi Diri dalam Flexing di Media Sosial memberikan ruang yang lebih luas bagi individu untuk mengekspresikan identitas mereka melalui flexing tubuh. 

Mereka dapat membangun citra diri yang unik, mengeksplorasi identitas yang berbeda, dan mendapatkan pengakuan dari komunitas online. 

Identitas yang dibentuk melalui flexing di media sosial juga dapat mempengaruhi perasaan harga diri dan kesejahteraan individu.

Fenomena flexing di media sosial mencerminkan perubahan sosial yang lebih luas dalam masyarakat modern. 

Media sosial memfasilitasi konektivitas global dan menghilangkan batasan geografis, memungkinkan adanya kolaborasi dan pertukaran antara komunitas flexing di seluruh dunia. 

Hal ini juga mengubah cara kita memahami dan mengapresiasi tubuh, menekankan pentingnya kekuatan, fleksibilitas, dan ekspresi tubuh dalam membangun identitas dan masyarakat yang inklusif.

Rumusan Masalah

Dalam artikel ini penulisan menyajikan beberapa rumusan masalah yang akan menjadi fokus pembahasan sebagai berikut: 

Pertama, bagaimana ekspresi diri melalui flexing di media sosial berhubungan dengan teori pembangunan manusia modern. 

Kedua, apa dampak perubahan sosial yang dihasilkan oleh fenomena flexing tubuh di media sosial dalam konteks teori pembangunan manusia modern.

Tujuan

Artikel ini memiliki beberapa tujuan dalam menganalisis fenomena flaxing di media sosial dalam perspektif pembangunan manusia modern Alex Inkeles sebagai berikut;

Menganalisis peran media sosial untuk flaxing dalam konteks pembangunan manusia modern, memahami dampak flaxing tubuh di media sosial.

Terhadap perilaku individu, menngevaluasi perspektif pembangunan manusia modern Alex Inkeles terhadap fenomena flaxing tubuh di media sosial.

Manfaat

Memahami dinamika perunahan dan pergeseran nilai yang ada dalam masyarakat modern. 

Mengidentifikasi dampak psikologis dan emosional dari fenomena ini pada individu yang terlibat serta audiens yang melihat konten tersebut. 

Memberikan edukasi terhadap masyarakat dampak dari fenomena flaxing tubuh di media sosial.

Metode

Penulisan artikel ini menggukan pendekatan deskriptif kualitatif pada literatur terdahulu. Dimana folus penulisan ini pada analisis dan observasi mengenai obyek yang akan menjadi pembahasan.

Kajian Pustaka

Flaxing

Pengertian Flexing berarti memamerkan baik pakaian, tubuh, gaya hidup, mobil, rumah, atau segala hal yang dianggap penting bagi ego seseorang secara terbuka. 

Perilaku flexing sering kali dilakukan sebagai upaya untuk memperlihatkan keberhasilan dan prestise seseorang dalam masyarakat.

Meskipun beberapa orang juga melakukannya sebagai cara untuk meningkatkan rasa percaya diri mereka. Selain itu, pamer ini dilakukan untuk mendapatkan pengakuan atau penghormatan. 

Namun, tak sedikit orang yang melakukan flexing untuk mendapatkan endorsement, bahkan untuk mencari pasangan hidup. 

Akan tetapi, sikap pamer yang berlebihan bisa juga menunjukkan sifat sombong, perhatian diri yang berlebihan, atau bahkan gangguan kepribadian. 

Mengutip dari wecare.id yang diakses pada 27 Juni 2023 ada beberapa alasan orang melakukan flaxing sebagai berikut :

> Meningkatkan rasa percaya diri

Dengan memamerkan prestise dan keberhasilan, seseorang mungkin merasa lebih percaya diri dan bersemangat dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

> Membutuhkan validasi dari orang lain

Ketika memamerkan kekayaan, kemampuan, status sosia, atau bahkan tubuh, seseorang berharap akan dilihat sebagai seseorang yang sukses dan dihormati oleh orang lain.

> Menunjukkan status sosial.

Seseorang mungkin merasa penting untuk menunjukkan status sosial mereka, terutama jika mereka merasa bahwa status sosial mereka dianggap rendah oleh masyarakat.

> Menarik perhatian

Dengan memamerkan hal-hal yang menarik perhatian orang lain, seseorang dapat memperoleh perhatian yang diinginkan dari orang lain, khususnya di era media sosial dimana popularitas dan jumlah pengikut itu penting.

> Mempertahankan citra diri

Beberapa orang mungkin merasa bahwa dengan memamerkan keberhasilan dan prestise mereka, mereka dapat mempertahankan citra diri yang kuat dan positif di hadapan orang lain.

Media Sosial

Mengutip dari Wikipedia.org media sosial atau sering juga disebut sebagai sosial media adalah platform digital yang memfasilitasi penggunanya.

Untuk saling berinteraksi atau membagikan konten berupa tulisan, foto, vidio, dan merupakan platform digital yang menyediakan fasilitas untuk melakukan aktivitas sosial bagi setiap penggunanya. 

Media sosial juga merupakan sebuah sarana untuk sosialisasi satu sama lain dan dilakukan secara daring yang memungkinkan manusia untuk saling berinteraksi tanpa dibatasi ruang dan waktu.

Sosial media diawali pada tahun 1970-an yakni saat ditemukannya system papan buletin untuk menghubungkan satu orang dengan orang lain melalui surat elektronik atau mengunggah dan mengunduh perangkat lunak. 

Aktivitas ini masih dilakukan menggunakan saluran telepon yang terhubung dengan modem. Tahun 1980-an, komputer sudah menjadi hal yang umum dan media sosial jadi sangat digemari. 

Mulai ada Internet yang bernama "Relay Chat", dan berlanjut semakin populer hingga 1990. 

Media sosial pertama kali yang diketahui adalah "SixDegrees.com", yang diciptakan pada 1997 atau 23 tahun silam. 

Aplikasi ini mengizinkan pengguna mengunggah foto profil dan saling berteman dengan user lain. Di tahun 1999, blog mulai ramai dikembangkan. 

Pada tahun 1995, muncul situs bernama GeoCities, sekarang dikenal sebagai Yahoo! yang memberikan layanan penyewaan penyimpanan data website agar bisa diakses di mana saja. GeoCities merupakan tonggak awal berdirinya beragam website. 

Teori Pembangunan Manusia Modern Alex Inkeles

Alex Inkeles adalah seorang sosiolog terkemuka yang memiliki kontribusi penting dalam studi modernisasi dan perubahan sosial. 

Salah satu teorinya yang terkenal adalah "Model Nilai-Nilai Manusia Modern". Teori ini diperkenalkan dalam bukunya yang berjudul "Becoming Modern: Individual Change in Six Developing Countries" (1969), yang ditulis bersama Daniel Bell.

Dalam bukunya tersebut, Inkeles dan Bell mempelajari perubahan nilai-nilai dan sikap individu di enam negara berkembang, yaitu Brazil, India, Jepang, Korea, Meksiko, dan Amerika Serikat. 

Mereka menggunakan wawancara dan survei untuk memahami perbedaan dan kesamaan dalam nilai-nilai yang muncul seiring dengan modernisasi.

Perkembangan teknologi informasi yang berkembang pesat seperti sekarang ini, (misalnya Artificial Intelegensi) memicu perubahan sosial yang amat cepat (rapid social change) Social Change and Human Development, merupakan bagaimana perubahan sosial mempengaruhi pembangunan manusia (adaptasi individu).  

Manusia adalah subjek dalam perubahan sosial di masyarakat, sehingga perubahan sosial senantiasa disesuaikan sifat dan hakekat manusia yakni mengubah keadaan agar menjadi lebih baik sesuai dengan kebutuhannya. 

Tokoh perspektif ini adalah Alex Inkeles. Memusatkan perhatian pada akibat modernisasi bagi negara dunia ketiga dan sikap hidup masyarakat. 

Individu saling mendukung untuk membuat negaranya menjadi maju, baik dalam bidang ekonomi, politik, keamanan, dan berbagai aspek penting .

Analisis Flaxing di Media Sosial dan Teori Pembangunan Manusia Modern

Dunia modern telah banyak mempengaruhi perilaku dan tindakan dalam lingkungan masyarakat. 

Ditambah dengan adanya teknologi yang dapat membuat segala seseuatu lebih efektifkan dan efisien, sehingga kita dengan mudah dan cepat mendapat informasi dari luar. 

Tak lepas dari apa yang akan kita bahas saat ini, dimana fenomena flaxing di sosial media ini mulai membudaya pada masyarakat modern. 

Tak hanya memamerkan prestasi, harta, dan sebagainya akan tetapi, banyak saat ini masyarakat dengan flaxing tubuhnya sendiri pada platform pribadi mereka. Mungkin dulu tubuh merupakan hal yang sangat sensitif untuk dilihat orang lain. 

Berbeda di zaman ini dimana orang-orang berbondong untuk mencari papolaritas dan mengekspresikan diri mereka dengan menampilkan tubuh mereka dengan pakaian terbuka misalnya.

Oleh karena itu, disini penulis menggunakan pendekan Alex Inkeles degan teorinya pembangunan manusia modern. 

Untuk menghadapi dunia modern memang perlu adanya sifat keterbukaan terhadap budaya luar. Akan tetapi, dengan nilai dan norma yang dimiliki oleh setiap daerah tetap harus kita jaga. 

Sehingga, kita bisa dengan bijak menghadapi dan menanggapi adanya fenomena baru ini. 

Flaxing di media sosial dari perspektif teori pembangunan manusia modern Alex Inkeles dapat dilakukan dengan mempertimbangkan dampak fenomena ini terhadap perkembangan individu dan masyarakat secara keseluruhan. 

Namun, perlu dicatat bahwa pada pengetahuan saya sampai bulan September 2021, tidak ada catatan atau referensi yang saya temukan yang secara khusus membahas tentang "flaxing" dalam teori Alex Inkeles. 

Oleh karena itu, saya akan memberikan analisis yang lebih umum tentang pengaruh media sosial dalam pembangunan manusia modern, dengan harapan dapat memberikan sudut pandang yang relevan.

Dalam teori pembangunan manusia modern Alex Inkeles, aspek komunikasi dan informasi memainkan peran penting dalam pembentukan identitas dan nilai-nilai individu. 

Media sosial dapat mempengaruhi individu dalam beberapa cara yang relevan dengan teori Inkeles. Di bawah ini adalah beberapa poin analisis tentang flaxing dalam konteks media sosial:

> Kebebasan Informasi dan Pembentukan Opini

Media sosial memberikan akses yang luas terhadap informasi, yang dapat memungkinkan individu untuk membentuk opini mereka sendiri. 

Namun, flaxing dapat mempengaruhi proses ini dengan menyebarkan informasi palsu atau manipulatif yang mempengaruhi persepsi dan pemahaman individu terhadap realitas. 

Ini dapat menyebabkan distorsi dalam pembentukan opini dan nilai-nilai individu.

> Kepercayaan dalam Komunikasi

Teori Inkeles menekankan pentingnya kepercayaan dalam pembangunan manusia modern. Ketika flaxing terjadi di media sosial, kepercayaan dalam informasi dan komunikasi dapat terkikis. 

Individu mungkin menjadi skeptis terhadap informasi yang mereka temui secara online, yang pada gilirannya dapat mengganggu proses pembentukan kepercayaan dalam masyarakat.

> Pengaruh Sosial

Dalam teori Inkeles, pengaruh sosial merupakan faktor penting dalam pembangunan manusia. Media sosial memberikan platform bagi individu untuk berinteraksi dan berbagi pengalaman. 

Namun, flaxing dapat menyebabkan konflik sosial dan kebingungan, yang dapat merusak kerja sama dan mempengaruhi kepercayaan antarindividu.

> Identitas dan Pencitraan Diri

Inkeles menekankan peran identitas dalam pembangunan manusia modern. Media sosial memainkan peran penting dalam membentuk identitas individu melalui ekspresi diri online. 

Namun, flaxing dapat merusak reputasi dan mempengaruhi cara individu

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Inkels dan Smith, menemukan bahwa memang pendidikan merupakan faktor penting dalam mempengaruhi seseorang untuk menjadi manusia modern. 

Dikatakan bahwa pendidikan lebih efektif dalam mengubah manusia itu sendiri, karena dampaknya tiga kali lipat lebih kuat dibandingkan dengan usaha lainnya.

Tidak hanya pendidikan, pengalaman kerja dan pengenalan terhadap media massa juga ditenggarai dapat mempercepat terjadinya manusia modern. 

Sependapat dengan Inkeles dan Smith, Daniel Lerner yang menekankan pentingnya media massa sebagai lemabaga yang mendorong proses modernisasi tersebut.

Kemudian, Inkeles dan Smith lebih menekankan faktor pengalam kerja, terutama seseorang yang bekerja di pubrik sebagai faktor yang berperan besar dalam mengubah manusia tradisional menjadi manusia modern.

Menurut mereka berdua, jika seseorang ditepatkan pada lingkungan pekerjaan pubrik, manusia tradisional akan dengan cepat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan tersebut. 

Misalnya dalam lingkungan manusia modern yang tepat waktu saat bekerja, mempunyai perencanaan, dan berorientasi pada hasil yang ingin capai, maka dengan sendirinya manusia tradisional akan mengikuti juga.

Dari hasil itu, manusia tradisional akan menerapkan nilai-nilai baru yang didapatkan dari manusia modern saat bekerja di pubrik atau di perusahaan yang mereka tempati, tanpa adanya kebingungan atau minder.  

Dampak Flaxing di Media Sosial

Walaupun tujuan flexing bisa sebagai strategi marketing agar bisa meraih untung besar, jika tindakan show off ini dilakukan dengan tujuan memamerkan kekayaan, tentunya hal ini juga bisa memberikan dampak negatif, di antaranya:

> Meningkatkan stres

Mempertahankan citra positif dan memamerkan kesuksesan atau kekayaan dapat menimbulkan tekanan dan stres yang berlebihan, terutama jika seseorang merasa perlu terus mempertahankan citra yang telah dibangun.

> Menurunkan harga diri

Jika seseorang merasa bahwa mereka harus memamerkan keberhasilan atau prestise mereka untuk mendapatkan pengakuan dan penghormatan dari orang lain.

Hal itu dapat menyebabkan harga diri yang rendah jika mereka merasa tidak mampu untuk mencapai standar yang telah ditetapkan.

> Menimbulkan kecemasan sosial

Seseorang yang terus-menerus memamerkan kesuksesan atau kekayaan mereka mungkin merasa perlu untuk terus mempertahankan citra positif mereka di hadapan orang lain. 

Hal itu dapat menyebabkan kecemasan sosial yang berlebihan.

> Meningkatkan ketidakpuasan diri

Melihat orang lain yang terus-menerus memamerkan kesuksesan atau kekayaan mereka dapat menyebabkan seseorang merasa tidak puas dengan hidup mereka sendiri, bahkan jika mereka sebenarnya sudah berhasil dalam kehidupan mereka sendiri.

> Menimbulkan rasa diri tidak berguna

Jika seseorang merasa bahwa mereka tidak bisa mencapai standar keberhasilan yang ditetapkan oleh orang lain, hal itu dapat menyebabkan rasa tidak berguna dan merasa inferior.

Secara keseluruhan, flexing dapat berdampak negatif pada kesehatan mental seseorang, dan penting bagi seseorang untuk menemukan keseimbangan antara membanggakan diri sendiri dan menjaga kesehatan mental mereka.

Kesimpulan

Fenomena flexing di media sosial mencerminkan dinamika identitas, ekspresi diri, dan perubahan sosial dalam teori pembangunan manusia modern. 

Media sosial telah memberikan platform yang kuat bagi individu untuk mengekspresikan diri dan membentuk identitas mereka melalui gerakan dan estetika tubuh. 

Namun, perubahan sosial ini juga memunculkan pertanyaan mengenai dampaknya terhadap kesehatan mental, komersialisasi, dan tekanan sosial. 

Dalam rangka memahami dan menghadapi fenomena ini, kajian lebih lanjut diperlukan untuk menggali implikasi dan potensi pembangunan manusia yang positif dalam konteks yang sedang berkembang ini.

Demikianlah pembahasan  tentang Teori Pembangunan Manusia Modern Alex Inkeles dan Contoh Fenomena Flexing di Media Sosial.

Penulis oleh Ach. Homaidi

Universitas Muhammadiyah Malang, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Prodi Sosiologi

Daftar Pustaka

Aeni, S. N. (2022). 5 Faktor Pendorong Perilaku Flexing yang Perlu Diketahui. Retrieved from katadata.co.id.

Ananda. (2023). Flexing: Pengertian, Penyebab, Akibat, dan Cara Menghindarinya. Diambil kembali dari gramedia.com.

Fernanda, E. (2022). Marak di Media Sosial, Ini 4 Dampak Flexing bagi Kesehatan Mental. Diambil kembali dari parapuan.co.

Ika. (2023). Dosen UGM Beberkan Alasan Orang Berperilaku Flexing. Diambil kembali dari ugm.ac.id.

Daftar Pustaka

Lee, C., & Gao, Y. (2022). Dancing the ‘Flair’: Embodied Flexibility and Digital Performance of Flexing on TikTok. Media International Australia, 185(1), 94-109.

McClary, R., & Gibson, C. (2021). Online Video and Black Movement: The Flexing Body as a Digitized Sonic Body. Black Camera, 12(2), 117-137.

Patrignani, F., & León, B. (2020). Exploring Flexing as a Creative, Performative, and Affective Practice. International Journal of Performance Arts and Digital Media, 16(1), 78-93.

Rodriguez, J., & Morales, F. (2019). Flexing and Intimate Publics on Social Media. Television & New Media, 20(3), 323-340. 

Ikuti Sosiologi Info di Google News, klik disini !