Contoh Budaya Konsumsi Masyarakat Perspektif Sosiologi

 

Sosiologi Info - Budaya konsumsi bisa kita lihat pada makan cepat saji atau fastfood yang semakin populer di kalangan remaja, mahasiswa, dan masyarakat. 

Apa contoh yang bisa kita lihat ? Berikut ulasannya dalam perspektif sosiologi dan teorinya. Yuk simak. 

Penulis : Mahasiswa Prodi Sosiologi Universitas Riau | Oni Andriani Putri

Sekilas Memahami Budaya Baru Fastfood

Era modernisasi saat ini gaya hidup yang cenderung modern dan praktis serta perkembangan teknologi yang cukup cepat.

Serta padatnya aktivitas membuat masyarakat lebih memilih mengkonsumsi makanan yang dianggap praktis dan cepat dalam proses penyajiannya.

Dimana budaya konsumsi terjadi dengan pesat di masyarakat kita. Begitu banyaknya fastfood yang ada di Indonesia. 

Oleh karena itu, makanan cepat saji pun akhirnya menjadi pilihan masyarakat karena penyajiannya yang praktis.

Fastfood juga memiliki rasa yang nikmat dan harga terjangkau bagi sebagian orang. Makanan cepat saji atau fastfood merupakan istilah untuk makanan yang dapat disiapkan dan diberikan dengan cepat.

Umumnya istilah ini digunakan untuk makanan yang dijual di restoran  dengan persiapan yang berkualitas rendah.

Dan dilayankan secara cepat kepada pelanggan dalam bentuk paket untuk dibawa pergi. Namun meski dengan kualitas rendah.

Lalu mengapa banyak masyarakat yang menyukai fastfood? Berikut akan penulis bahas dengan menggunakan teori sosiologi yaitu masyarakat konsumtif Jeand Baudrillard.

Ulasan pertama bisa membacanya disini ya :

Mengenal Trend Fastfood dalam Perspektif Teori Sosiologi

Perilaku Masyarakat Konsumtif 

Dalam perilaku konsumerisme, konsumsi menjadi sebuah drama sosial, yang didalamnya memiliki makna-makna sosial, terjadi konflik posisi sosial di antara anggota-anggota masyarakat yang terlibat. 

Perilaku konsumerisme ini berkembang di mana produk-produk konsumer merupakan medium untuk pembentukan personalitas, citra, dan gaya hidup yang berbeda-beda. 

Pola perilaku konsumtif disini adalah pola pembelian yang mengutamakan faktor keinginan dari pada faktor kebutuhan dan cenderung dikuasai oleh hasrat duniawi.

Menurut Baudrillard yang dikonsumsi oleh masyarakat konsumeris (Consumer Society) bukanlah kegunaan dari suatu produk.

Melainkan simbol atau pesan yang disampaikan dari suatu produk. Itulah yang dikatakan Baudrillard sebagai masyarakat konsumeris. 

Sebagai contoh kita ambil fenomena yang pernah nge-trend belum lama ini, BTS-Meal. Masyarakat khususnya kalangan muda mengonsumsi.

BTS-Meal bukan menganggapnya sebagai konsumsi nilai guna, melainkan konsumsi simbol atau tanda. 

Arti dari konsumsi simbol dan konsumsi nilai guna sudah jelas berbeda. Jika pada konsumsi nilai guna masyarakat berorientasi pada kegunaan barang.

Maka pada konsumsi simbol hanya mengutamakan citra atau tanda semata sebagaimana yang telah disampaikan oleh baudrillard. 

Di satu sisi, simbol yang dikonsumsi tersebut merepresentasikan dimana konsumer menjadi bagian dari hal itu. 

Dalam konteks ini, mereka para fans fanatic BTS merasa bukan fans musiman apabila sudah memiliki semua barang yang berhubungan dengan BTS.

Mereka berasumsi yang pentin dari BTS Meal ini bukan rasa makanannya apalagi khasiatnya melainkan simbol atau citra yang ada pada packaging makanan tersebut. 

Selain itu bisa jadi mereka mengonsumsi bts meal merupakan bentuk loyalitas mereka terhadap idolanya. 

Mereka juga menganggap bts meal yang di produksi dalam waktu tertentu saja ini bisa dijadikan sebagai sebuah kenangan dimasa mendatang. 

Oleh karena itu meski harus bertarung pada antrean yang mengular mereka rela melakukannya. Nah disinilah juga bagaiaman fastfood ini memberikan pengaruh terhadap perilaku masyarakat dalam melakukan konsumsi. 

Dengan demikian, budaya perilaku konsumsi pun tak bisa dihindarikan oleh masyarakat yang seakan menjadi trend dan menguatkan adanya kapitalisme disana. 

Baca lebih lengkapnya disini ya :

Contoh Pop Culture dalam BTS Meals

Sumber Referensi :

http://digilib.uinsgd.ac.id