-->

Ada Dua Syarat terjadinya Interaksi Sosial

Interaksi sosial dalam masyarakat terjadi karena ada dua syarat, menurut Gillin dan Gillin yaitu adanya Kontak dan Komunikasi Sosial.

Sosiologi Info - Interaksi sosial dalam masyarakat terjadi karena ada dua syarat, menurut Gillin dan Gillin yaitu adanya Kontak dan Komunikasi Sosial. 

Sosialisasi. Masyarakat merupakan satu kesatuan individu yang berkumpul dan berkembang sesuai dengan tujuan dan konsensus bersama. Pentingnya sebuah konsensus atau kesepakatan tidak terlepas dari proses sosial dan sosialisasi yang dilakukan oleh setiap individu dalam kelompok masyarakat tersebut. 

Menurut Berger, sosialisasi adalah proses dimana seorang anak belajar menjadi seorang anggota yang berpartisipasi dalam masyarakat. Sosialisasi yang dilakukan bertujuan untuk memudahkan individu dalam berinteraksi sesama individu dan atau kelompok masyarakat. 

Menurut David A Goslin, sosialisasi adalah proses belajar, yang dialami seseorang untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, nilai-nilai dan norma, agar ia dapat berpartisipasi sebagai anggota dalam suatu kelompok masyarakat.


Dalam melakukan sosialisasi, Jacobs mengidentifikasikan empat agen sosialisasi utama, yaitu sebagai berikut : 1. Keluarga, 2. Kelompok bermain, 3. Media massa, 4. Sistem pendidikan keluarga. Pada awal kehidupan keluarga biasanya agen sosialisasi terdiri atas : 1. Orang tua dan keluarga kandung, 2. Nenek, kakek, paman, bibik, 3. Tetangga, pekerja sosial, (bukan kerabat), dan atau 4. Pembantu rumah tangga. 

Menurut, Gertrude Jaeger (1977) peran agen sosialisasi, terutama orang tua, sangat penting. Peran orang tua menjadi penting ketika memberikan proses pembelajaran dan sosialisasi, agar interaksi sosial dengan lingkungan masyarakat dapat berjalan dengan baik. 

Proses sosialisasi yang dilakukan itu merupakan tahap demi tahap dalam pengembangan diri manusia. Pemikiran Mead atau bernama lengkap George Herbert Mead dalam bukunya Mind, Self and Society, menguraikan tahap pengembangan diri manusia, dimana manusia lahir belum mempunyai diri, kemudian manusia berkembang secara bertahap, melalui interaksi dengan anggota masyarakat. 


Interaksi. Interaksi yang dilakukan individu atau kelompok masyarakat berkembang sesuai dengan kebutuhuan yang ingin dicapai, misalnya interaksi terjadi ketika adanya kegiatan dalam masyarakat, misalnya acara 17 Agustus, hajatan keluarga, pembacaan surat yasin, atau event olahraga (volly), dan kegiatan lainnya. 

Secara tidak langsung membuat interaksi antar individu dan atau kelompok berlangsung, inilah yang dapat mempengaruhi bagaimana komunikasi didalam lingkungan masyarakat tidak kaku. 

Komunikasi yang dilakukan juga memerlukan konsep diri. Menurut Cooley, konsep diri (self-concept) seseorang berkembang melalui interaksinya dengan orang lain. Konsep diri yang berkembang melalui interaksi dengan orang lain, ini dinamakan looking-glass self (menatap cerminan diri). 

Looking-glass self terbentuk melalui tiga tahap, yaitu : 1. Seseorang mempunyai persepsi mengenai pandangan orang lain terhadapnya, 2. Seseorang mempunyai persepsi mengenai penilaian orang lain terhadap penampilannya, 3. Seseorang mempunyai perasaan terhadap apa yang dirasakannya sebagai penilaian orang lain terhadapnya. 


Lalu, bagaimana interaksi sosial berlangsung dalam masyarakat yang majemuk, apakah interaksi antar masyarakat atau kelompok sosial dapat berjalan dengan baik ? 

Misalnya interaksi sosial antar umat beragama atau etnis, antar golongan, dan suku. Kita menyadari bahwa warisan terbesar bangsa ini adalah terletak pada keberagaman, kemajemukan, dan warna warni suku, etnis, budaya, begitu juga penganut kepercayaan, dan agama yang berbeda-beda. 

Semua tersebar di seluruh nusantara, dari Sabang sampai Merauke. Tidak menutup kemungkinan umat beragama berkumpul di suatu tempat atau daerah, dan atau desa dapat melaksanakan interaksi sosial, dan saling berkomunikasi antar kelompok dan atau antar individu. 

Berdasarkan data yang dikutip pada halaman Wikipedia, jumlah pemeluk agama berdasarkan Sensus tahun 2010, sebanyak 87,18 % dari 237.641.326 jumlah penduduk Indonesia adalah pemeluk Agama Islam, 6,96% pemeluk Agama Protestan, 2,9% pemeluk Agama Katolik, 1,69% pemeluk Agama Hindu, 0,72% pemeluk Agama Buddha, 0,05% pemeluk Kong Hu Cu, 0,13% pemeluk agama lainnya, dan 0,38% tidak terjawab atau tidak ditanyakan. 

Sementara, untuk jumlah suku bangsa di Indonesia, menurut halaman Wikipedia, ada lebih dari 300 kelompok etnik atau suku bangsa di Indonesia, atau tepatnya 1.340 suku bangsa menurut Sensus Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2010. 

Dari hasil data diatas, kita menyadari bahwa keberagaman yang ada di Indonesia, hingga saat ini masih berlangsung, proses-proses sosial yang ada di lingkungan masyarakat, sebut saja interaksi sesama masyarakat yang berbeda tersebut.


Proses Sosial. Menurut, Gillin dan Gillin, mengatakan bahwa proses sosial adalah cara berhubungan yang dapat dilihat apabila seseorang, baik sebagai individu maupun kelompok, saling bertemu, dan menentukan sistem, serta bentuk hubungan tersebut, atau apa yang akan terjadi apabila ada perubahan-perubahan yang menyebabkan goyahnya cara-cara hidup yang telah ada. 

Begitu pentingnya proses interaksi sosial yang terjadi dalam lingkungan masyarakat, baik secara individu maupun kelompok sosial. Kuncinya terletak pada proses interaksi sosial itu terjadi, sehingga kehidupan masyarakat pun akan menjadi baik-baik saja, antar umat beragama. 

Sudah pasti, jika interaksi sosial tidak berlangsung, maka konflik dan gesekan pun akan terjadi dalam masyarakat yang majemuk. 

Tanpa adanya interaksi sosial tak mungkin ada kehidupan bersama. Interkasi sosial merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Interaksi sosial merupakan hubungan dinamis yang menyangkut hubungan antar perseorangan, antar kelompok, maupun antar perorangan dengan kelompok.

Interaksi sosial. Interaksi sosial adalah suatu hubungan antar dua atau lebih individu, dimana perilaku individu yang satu mempengaruhi, mengubah atau memperbaiki perilaku individu yang lain atau sebaliknya. 

Menurut Gillin, agar interaksi sosial akan terjadi apabila memenuhi dua syarat, yaitu :
1. Adanya kontak sosial, dan 
2. Adanya komunikasi. 

Dengan demikian, kontak sosial merupakan tahap pertama terjadinya interaksi sosial. 

Kontak sosial tidak melulu kita bersentuhan secara badaniah, yang artinya secara harfiah bersama-sama menyentuh. Manusia sebagai individu dapat melaksanakan kontak sosial, dengan cara berkomunikasi sosial (face to face communication). 

Menurut Douglas Oliver, mengatakan Interaksi terjadi apabila hubungan penyesuaian tingkah laku antar pihak, suatu kelompok atau masyarakat tidak akan dapat mempertahankan interaksi tanpa adanya penyesuaian. 

Setiap anggota masyarakat atau kelompok sosial berinteraksi melalui komunikasi dan secara bersamaan akan menyesuaikan tingkah lakunya. 

Interaksi yang dilakukan masyarakat di lingkungan tempat tinggal menjadi salah satu bagian yang tidak terpisahkan. Berawal dari interaksilah seseorang individu melakukan sosialisasi, baik antar individu dengan individu dan atau individu antar kelompok sosial. 

Menurut, Gillin dan Gillin, pernah menggolongkan proses sosial yang timbul sebagai adanya interaksi sosial, yaitu bentuk interaksi : 1. Bentuk interaksi sosial yang asosiatif (akomodasi, asimilasi, dan akulturasi, dan 2. Bentuk interaksi sosial yang disosiatif (persaingan dan pertentangan). 

Sementara, menurut Kimball Young, bentuk interaksi sosial yaitu : 1. Oposis, (persaingan dan pertentangan), 2. Kerjasama yang menghasilkan akomodasi, 3. Diferensiasi (tiap individu mempunyai hak dan kewajiban atas dasar perbedaan usia, seks, dan pekerjaan). 

Kemudian, menurut Tomatsu Shibutani, menerangkan bahwa bentuk interksi, yaitu 1. Akomodasi dalam situasi rutin, 2. Ekspresi pertemuan dan anjuran, 3. Interaksi startegis dalam pertentangan, dan 4. Pengembangan perilaku massa. 

"Proses sosial adalah cara berhubungan yang dapat dilihat apabila seseorang, baik sebagai individu maupun kelompok, saling bertemu, dan menentukan sistem"


Sumber Refrensi :
Dany Haryanto, S.S & G Edwi Nugrohadi, S.S., M.A. 2011. Pengantar Sosiologi Dasar. Jakarta : Prestasi Pustaka
Soerjono Soekanto. 1982. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada
Ihrom. Bunga Rampai Sosiologi Keluarga. Yayasan Obor Indonesia : 2004

Wikipedia, “Agama di Indonesia”, (https://id.wikipedia.org/wiki/Agama_di_Indonesia)

Ikuti Sosiologi Info di Google News, klik disini !