-->

Intelektual Barat Puji dan Akui Pemikiran Ibnu Khaldun, Sebagai Bapak Sosiologi Dunia ?

Ibnu Khaldun banyak mendapatkan pujian-pujian dari intelektual barat terhadap karya-karyanya yang telah ada dulu.
Intelektual Barat Puji dan Akui Pemikiran Ibnu Khaldun, Sebagai Bapak Sosiologi Dunia ?

Sosiologi Info - Ibnu Khaldun banyak mendapatkan pujian-pujian dari intelektual barat terhadap karya-karyanya yang telah ada dulu, bahkan ada enam tokoh barat yang memberikan pujian tersebut kepada Ibnu Khaldun.

Begitu juga buah pikirnya terhadap negara yang dikatakan maju dengan mulai membangun sistem yang kokoh di fase pertama/generasi pertama. Apakah dunia mengakui Ibnu Khaldun sebagai Bapak Sosiologi Dunia ?

Yuk baca lebih lengkapnya !

Ibnu Khaldun Peletak Dasar Ilmu Sosiologi. Bukan hanya dikenal dengan karya-karyanya yang fundamental di intelektual timur.

Ibnu Khaldun juga dikenal, bahkan dipuji-puji oleh para pemikir-intelektual barat. Dalam sebuah artikel yang berjudul “The Islamic Review & Arabic Affairs” tahun 1970 oleh Bryan Stanley Turner.

Baca Juga : Sekilas Tentang Ibnu Khaldun

Ia mengatakan, tulisan-tulisan sosial dan sejarah dari Ibnu Khaldun hanya satu-satunya dari tradisi intelektual yang diterima dan diakui di dunia Barat.

Terutama ahli-ahli sosiologi barat. Pujian lain juga disampaikan oleh sejarawan Inggris Arnold J. Toynbee yang menyebut buku “Muqaddimah” sebagai sebuah filosofi sejarah yang tidak diragukan lagi.

Buku itu merupakan karya terbesar dari jenisnya yang pernah diciptakan oleh pikiran manapun, kapanpun atau dimanapun (Encyclopedia Britannica Hal. 148).

Bahkan, Filsuf Inggris Robert Flint mengakui bahwa pernah menulis tentang biografi Ibnu Khaldun bahwa kedudukan Ibnu Khaldun tidak bisa disamakan dengan Aristoteles, Plato, dan Agustinus. 

Ini merupakan penghormatan yang tinggi yang diberikan kepada Ibnu Khaldun dari ilmuwan barat yang belum pernah terjadi sebelumnya. 

Begitu juga pengakuan ilmuwan-ilmuwan barat lain seperti Ernest Gellner, Egon Orowan, dan Arthur Laffer (Gellner, 1988) dan (Orowan, 1996).

Kematangan hidup dan ditempa oleh padang pasir telah menjadikan Ibnu Khaldun sebagai manusia fenomenal bersejarah yang diabadikan patungnya di Tunisia. 

Solidaritas sosial yang dikaji Ibnu Khaldun telah menarik benang merah peradaban masa di zamannya. Ditempa dan dibentuk oleh sang Ayah dan kakek terbukti menjadi karakter kuat didalam diri seorang Ibnu Khaldun. 

Ayah Ibnu Khaldun sendiri memilih jalan diluar politik, artinya saat hidup orang tua Ibnu Khaldun (ayah) tidak ikut dan tidak mau terlibat dalam urusan politik.

Begitu pula dengan kakeknya. Semua itu dijalani demi menyelamatkan keluarga dari cengkraman kondisi politik yang tidak kondusif ketika itu.

Baca Juga : Tiga Tingkatan Masyarakat Menurut Ibnu Khaldun 

Bagaimana system pemerintahan dan urusan politik di masyarakat masih perlu di re-stukturisasi dalam bingkai tatanan ideal kekuasaan. 

Ibnu Khaldun meyakini masih banyak yang perlu diperbaiki dengan tata kelola pemerintahan dimasanya. 

Besar kemungkinan perlu dibangun badan-badan baru yang bisa menampung dan menyelesaikan semua urusan masyarakat dari hulu hingga ke hilir. 

Didalam bab kedua dari buku Muqaddimah menjelaskan, Ibnu Khaldun menganalisa apa yang disebut sebagai “Gejala-gejala sosial” dengan menggunakan metode dan pendekatan yang dapat terhubung dengan masyarakat. 

Disitu, dijelaskan bagaimana masyarakat primitive beradaptasi dengan alam sehingga terbentuk menjadi karakter kuat yang tidak mudah goyah. 

Di bab tiga, dijelaskan bagaimana perbedaan mendasar masyarakat modern dengan masyarakat primitive dalam merangsang pola pikir terhadap lingkungan sekitar menjadi tantangan dalam mengarungi lautan kehidupan. 

Tatanan sosial dirumuskan dalam bingkai kekuasaan politik sehingga terbentuk masyarakat yang mandiri (Ashobiyyah).

Baca Juga : Tiga Generasi Umur Suatu Negara Menurut Ibnu Khaldun

Fase generasi negara menurut Ibnu Khaldun. Ia meyakini sekali pada dasarnya negara-negara maju tergantung pada generasi pertama dibentuk. Jika kokoh sistem yang dibangun maka akan memiliki tekad dan kekuatan untuk bisa mendirikan negara yang kuat dan berdaulat. 

Fase generasi kedua, dapat menikmati kekokohan yang dibangun di generasi pertama. Sehingga dapat dinikmati kestabilan politik dan kemakmuran negara di generasi kedua dengan aman dan tentram melalui perjuangan sebelumnya. 

Fase generasi ketiga, tumbuh rasa tenang, rasa ingin menguasai, rasa ingin memiliki lebih, sehingga akhirnya bertengkar dan kian melemah karena persaingan internal yang tidak sehat dan tidak kondusif. 

Kemudian, terakhir, serangan baru muncul dari kelompok eksternal yang ingin menguasai kemakmuran yang ditelah diperebutkan juga oleh internal sehingga kekuasaan dikuasai oleh pihak eksternal yang tidak lagi kompak pihak internal sebelumnya.

Pemikiran-pemikiran brilian yang dimiliki Ibnu Khaldun sehingga digelari sebagai peletak dasar ilmu-ilmu sosial dan politik islam. 

Baca Juga : Ibnu Khaldun Lebih Unggul dari Comte, Ini Dua Alasannya !

Ibnu Khaldun yang dikenal sekarang merupakan hasil juang jerih payah yang telah dibangun selama masa hidupnya yang tak mengenal patah semangat. 

Maka, wajar saja dunia barat mengakui kepakaran Ibnu Khaldun sebagai Bapak Sosiologi Muslim yang masih berpengaruh hingga abad ini.

Artikel 2 | Penulis : Muhammad Irsyad Suardi | Mahasiswa Magister Sosiologi Universitas Andalas (UNAND), Kota Padang, Sumater Barat

Sumber foto :

1. https://iqra.id/ibn-khaldun-filsuf-muslim-pertama-dalam-pemikiran-sosiologi-218392/

Ikuti Sosiologi Info di Google News, klik disini !